thirty nine

20K 1.8K 81
                                    

"Anak Mama cakep bener. Gak salah, Lisa emang betul anaknya Laras. Cantiknya nurun." sembari memuji Lisa, Laras menyempatkan waktu memuji dirinya sendiri.

"Iya dong. Kita kan manusia paling syantik di rumah, Ma." Lisa merangkul pundak ibunya.

"Join guys." Regan bersiap memeluk ibunya dari belakang tapi terhalang Hardi yang memeluk pinggang istrinya.

"Kamu sudah besar." ucap Hardi tenang.

"Lah, yang bilang Regan masih bocil juga sape." gumam pemuda itu bingung. "Perasaan gue juga udah mimpi basah." tambahnya.

Hardi memutar bola matanya malas. Dia meninggalkan anak-anaknya menuju lantai dansa bersama sang istri. "Setdah! Bapaknya siapa sih, perasaan gue lembut tutur katanya. Beda banget sama dia."

Lisa mencolek lengan adiknya. "Kamu tau Gan? Berbohong itu lebih dosa dari tidak berbohong." ucapnya memberi informasi berguna bagi adiknya.

"Kak Lisa tau?" Regan balik bertanya.

"Enggak."

"Ya udah sama."

"Apaan sih anjing gak jelas." itu bukan suara Lisa, tapi Raka yang menyusul kakaknya. "Cie udah tuker cincin." godanya membuat pipi Lisa memerah.

"Tuker yang lain pasti juga udah." sambung Asta. Arkan menyusul setelahnya.

"Apaan tuh?"

"Tukeran air liur." balas Asta dengan mata menyipit tajam.

Arkan melihat datar interaksi kakak-kakaknya. "Jangan godain Kak Lisa berlebihan. Kita di sorot kamera." Arkan memperingati. "Jaga bicara."

Asta mengangguk. "Ini sebenernya yang jadi Abang lo atau gue sih Kan. Kayaknya lebih cocok lo deh."

"Emang." balas Arkan enteng.

Lisa menggeleng takjub, tidak cukup satu Hardi di rumah. Kini ada versi muda dari Hardi. Tak lama kemudian, Kevin menyusul Lisa. Dia tadi berbicara pada rekan bisnisnya.

Lisa dan Kevin berjalan menuju media yang haus berita. Mereka menunggu di depan gedung karena Kevin tidak mengijinkan ada media yang masuk, hanya satu yang di ijinkan masuk yaitu Widyatama Entertainment milik Adit—ayah kekasih Asta.

"Lisa, apa benar hubungan kalian berlangsung sejak kalian duduk di bangku SMA?" seorang wartawan perempuan menyodorkan sebuah ponsel ke arah Lisa agar bisa merekam jelas

Lisa mengangguk cepat. "Tapi kami sempat putus. Lalu setelah 7 tahun, kami bersama lagi." jelas gadis itu.

"Bukankah anda pernah dikabarkan dekat Raffi Mamat. Apa itu benar?" tanya wartawan laki-laki dari arah belakang.

Tubuh Kevin tiba-tiba kaku, ia menoleh pada Lisa yang tersenyum tenang. "Memang kami sempat hampir menjalin hubungan. Di tengah jalan saya merasa tidak ada kecocokan antara kami jadi saya memilih tidak melanjutkan hubungan kami lebih jauh."

Raffi Mamat adalah playboy kelas kakap tanah air.

Lisa merasa remasan Kevin di pinggangnya, gadis itu mendongak. Raut wajah Kevin berubah masam. Hey, 7 tahun Lisa ditinggalkan tanpa kepastian. Pada saat itu Lisa juga belum tahu tentang surat kekasihnya. Jadi tidak heran Lisa mencoba menjalin hubungan diam-diam di belakang adiknya.

"Lalu apakah Raffi Mamat diundang ke acara pertunangan ini?"

"Saya mengundangnya." Lisa mengalihkan perhatiannya lagi pada wartawan.

"Dikabarkan Raffi mengalami gagal move setelah berkencan dengan anda. Bagaimana tanggapan an—"

Belum selesai mengatakan kalimatnya, Kevin terlebih dahulu membawa Lisa masuk lagi ke dalam gedung. Dia menarik pinggang Lisa, gadis itu mengernyit bingung. Bukankah Kevin yang ingin hubungan mereka dipublikasikan? Mengapa sekarang malah menghindari wartawan?

"Ada apa?" tanya Lisa setelah Kevin membawanya di ruang make up gedung. Kevin mengunci pintu dari luar, menambah kerutan di dahi Lisa.

"Kamu pernah dekat dengan laki-laki selain aku?"

Kevin mengurung tubuh Lisa di meja rias. Tangannya bertumpu di sisi kiri dan kanan tubuh gadisnya.

"Ya. Wajar dong. Aku kehilangan kabar dari kamu, gak tau kamu udah ada cewek atau belum di sana."

"God!" Kevin meraup wajahnya sendiri. "Sejauh apa?" tanya Kevin dengan napas memburu.

"Cuma nonton, gandengan berdua. Emang Kak Kevin gak pernah ngedate sama bule?"

"Sa!" teriakan Kevin membuat Lisa terlonjak kaget. Gadis itu mengelus dadanya. "Aku gak ada waktu buat ngelirik perempuan lain selain gadisku di Indonesia. Aku di sana menimba ilmu biar cepat lulus buat menyusul kamu. Tapi kamu malah dekat dengan artis itu?"

"Maaf. Aku gak tau." Lisa melangkah lebih dekat ke arah Kevin. Dia memeluk tubuh kekar tunangannya. "Coba aku tau dari awal, aku gak akan kasih celah siapa aja deketin aku."

Kevin membalas pelukan gadisnya bertambah erat. "Aku gak mau kamu pindah ke hati yang lain Sa. Kamu suka dia?"

Lisa menggeleng. Jujur Raffi hanya dijadikan Lisa pelarian, sekalian memberi pelajaran laki-laki hidung belang itu. Dia membuat Raffi mencintainya dan meninggalkan pria itu setelah Lisa bosan. Lebih tepatnya, membuang Raffi.

Biar pria itu mengetahui bagaimana rasanya ditinggal orang waktu sayang-sayangnya.

"Beneran kan Sa?"

"Kak Kevin cinta pertama dan terakhir aku."

"Sejujurnya aku sedih mendengar kamu pernah dekat dengan orang lain." ucap Kevin sedih, Lisa mengusap punggung tunangannya.

"Dia cuma masa lalu gak penting."

"Ini si Lisa kemana. Koo malah emak bapaknya yang ciuman di panggung." suara MC yang tak lain teman Lisa, seorang selebgram terkenal dengan omongannya yang frontal mengisi suara di gedung. "Yaelah Bapak, kalau sange sana ke kamar aja."

"Balik ke lantai dansa." ajak Lisa, baru saja gadis itu melepaskan tangan Kevin di pinggangnya. Pria itu sudah mendekatkan diri mereka yang sekarang hanya tersisa beberapa centi.

"Isi baterai sebelum pergi ke sana." bisik Kevin tepat di depan bibir gadisnya.

Lisa mengalungkan lengannya di leher Kevin dan menatap menggoda tunangannya. "Tenaganya habis buat kerja ya?" Lisa mengelus rahang tegas Kevin. "Pernikahan kita gak murah biayanya."

Kevin mengangkat tubuh Lisa. Mendudukkan badan Lisa ke meja rias. "Dari sana kamu bisa menyimpulkan, berapa tenaga yang aku butuhkan."

Lisa menyentuh perlahan bibir Kevin, dia menggerakkan bibirnya tidak terburu-buru. Kevin mendekap Lisa lebih dekat, dia mengelus punggung gadisnya yang terbalut gaun.

Lisa memiringkan kepalanya, tautan bibirnya dan Kevin semakin dalam. Lisa mengigit bibir bawah Kevin, lalu beralih mengeksplor bibir dalam pria itu. Rasa manis dari bibir keduanya membuat dua insan itu dimabuk ciuman.

Lisa melingkarkan kakinya ke pinggang Kevin. Gaunnya tersingkap sampai ke pangkal paha. Tangan Kevin mengelus paha mulus gadisnya, otomatis tubuh Lisa meremang di bawah telapak tangannya.

Decakan mulut teman Lisa terdengar di sound sistem ruang make up. "Udah deh ini fiks emak bapaknya temen gue langsung main gobak sodok di kamar."

Yakin hanya Laras dan Hardi? Atau iman Kevin yang menepis akan membuat pertahanannya selama ini runtuh?

Kebetulan hotel berada di samping gedung pesta pertunangan Lisa berlangsung. Bisa menjadi sarana Kevin menuju jalan habisnya dia di tangan adik Lisa nanti.

********

Me And Mr. Billionaire [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang