twenty three

19.7K 2.1K 202
                                    

"Ya gak gitu juga konsepnya Bambang!" Lisa menoyor kepala Justin ketika pria itu selesai mengutarakan gagasannya.

"Nona, dengan adanya anak saya di dalam rahim Inez. Maka dia tak akan pergi."

"Iya sih. But do you want mother of your child hate you, Jas Jus?"

"Why?"

"Pakai nanya! Budaya orang Indonesia beda dengan orang barat. Di sana mungkin hamil di luar nikah dianggap hal biasa, tapi di sini Inez bakalan di judge."

"Why Indonesian people care about other people's lives?" tanya Justin tak habis pikir.

"Gak semua. Tapi kebanyakan iya." balas Lisa tak sepenuhnya menyalahkan omongan Justin. "Kuncinya lo ambil hati Inez dan lo jangan jadi Rain kedua atau gue kebiri lo pada saat itu juga." tambahnya lalu meninggalkan Justin.

Lisa menghampiri Kevin. Pria itu baru selesai membeli kelapa muda untuknya. Sedangkan Justin mengawasi Inez yang bermain air di pinggir pantai.

"Kamu gak main air?"

Duduk di gazebo pantai. Lisa menyandarkan kepalanya di dada Kevin. Paha Lisa digunakan sebagai tempat kelapa hijau segar yang dibeli pria itu tadi.

"Hari ini masih mens, mungkin besok udah berhenti."

Kevin mengelus rambut Lisa. Memperhatikan teman-teman gadisnya yang sedang membuat vlog bersama dan matanya mengawasi keberadaan Justin. Kemana pria itu? Tumben sekali tidak mengikuti Kevin sedang berduaan dengan Lisa. Biasanya Justin suka menjadi nyamuk diantara mereka.

"Jas Jus baru deketin Inez. Kak Kevin gak perlu cari-cari dia."

"Modus." cibir pria itu, dia lupa berkaca saudara-saudara.

"Kelihatannya kaca di rumah situ pecah semua." jawab Lisa. Dia berdecih pelan.

Kevin terkekeh. Matanya menerawang ke depannya. Dia baru saja selesai menghubungi Laras, wanita itu bilang dia telah sampai di Jakarta. Kemudian adik kembar gadis itu disusul lusa Asta dan Sayang.

Teman-teman mendekati Lisa. Magdalena bernyanyi sambil menenteng kameranya.

"Matematika ilmu yang menyenangkan~" sandal hitam sukses melayang di wajah Magdalena. Dia menatap tajam sang pelaku.

"Sekali lagi lo nyanyi begitu, gue gampar ye mulut lo!" ucap Lisa.

"Ayo belajar matematika~" Ryan sengaja melanjutkan.

"Psycho semua." Maria menutup telinga. Dia duduk di samping Azka. Maria berhenti tertawa kala ada bapak-bapak yang duduk di sebelah gazebo mereka.

Sembari menunggu makanan pesanan Kevin datang, Dio membuka pembicaraan. "Magda, gue mau ngomong."

Percayalah, entah lewat pesan atau bicara langsung. Kalimat 'gue mau ngomong' itu membuat hati berdebar.

"Ha?"

"Gue tadi main air laut dan anehnya waktu gue lihat lo, gue sama sekali gak ngerasain asin."

"Kok bisa?"

"Karena lihat lo, rasa asin itu berubah jadi manis."

Lisa melempar wajah Dio memakai tisu. "Bisa ae lo ketek kecebong."

Keheningan terjadi di dalam gazebo yang ditempati Lisa dan kawan-kawan. Mereka menyimak pembicaraan dari bapak-bapak yang tengah melempar lelucon satu sama lain.

"Barusan saya ke apotek buat beli obat tidur, pas pulang saya bawanya pelan-pelan takut kebangun xixixixi." ucap bapak bertubuh gempal di sekumpulan orang di sana.

Bapak bergigi tonggos di depan bapak bertubuh gempal menimpali. "Pak Budi kenapa diam saja?"

"Diriku diam bukan berarti diriku ini Limbad."

Lisa dan teman-temannya tertawa. Joke bapak-bapak memang sangat menghibur, apalagi diakhiri dengan kalimat xixixi ngakak abiezz.

"Kenapa air mata warnanya bening? Kalau hijau namanya air matcha xixixi." perut buncit bapak Budi ikut bergetar mendengar lelucon kawannya.

"Ih, macha cih?" Ryan mengomentari dari jarak jauh.

"Gue juga punya lelucon dari bapak gue." ucap Azka. "Kendaraan apa yang imut kalo lagi jalan?"

"Gak tau." timpal Maria.

"Kereta api, soalnya dia ngeluarin bunyi cute cute cute~ xixixi ngakak abiezz."

"Gue mikir dulu baru ketawa." sahut Inez di samping Justin.

Lisa mau membalas ucapan Azka, namun dia ingat ayahnya tak pernah mengeluarkan lelucon receh ala bapak-bapak. Ayahnya sibuk menjadi budak cinta hingga lupa keberadaan anaknya yang butuh lelucon untuk dipamerkan.

Maria menaruh kamera Magdalena di pangkuannya. "Hewan apa yang paling hening?" sesudah melihat teman-temannya yang menggeleng baru Maria melanjutkan ucapannya. "Semute... Xixixixii ngakakk abieez."

"Pada pamer joke bapaknya. Sedangkan bapak gue gak bisa ngeluarin lelucon." timpal Ryan.

"Bapak lo pasti tipe orang yang serius?" tanya Lisa. Akhirnya dia punya teman satu jenis. Ayahnya terlalu serius.

Ryan menggeleng. "Bapak gue bisu."

"Dark anjir!" sahut Inez. Dia mau ketawa, tapi takut Ryan tersinggung.

"Lampu mana lampu?" tanya Dio mencari-cari lampu sampai membuka ketiaknya yang penuh bulu.

Kevin terkekeh, dia merangkul bahu Lisa dan gadis itu menyandarkan tubuhnya di dada calon suaminya.

"Bubar ayo bubar, ada yang ngebucin. Bubar!" seru Inez bercanda. Diikuti yang lain menyoraki Lisa, tak memikirkan nasib teman-temannya yang masih menjomblo.

Justin menahan tangan Inez yang hendak berdiri. "Saya mau tanya."

"Apa?"

Semua orang di gazebo fokus pada dua manusia itu. "Ngakak abieezz itu apa artinya?" tanya Justin heran. Dia sedari tadi terus menyimak tanpa tahu arti ucapan orang-orang di sekitarnya.

"Ngakak abiez itu ketawa banget."

"Jus." Lisa bertanya.

"Ya?" Justin menoleh.

"Bahasa Inggrisnya aku, apa?"

"I."

"Kamu?"

"You."

"Berpikir?"

"Think."

Dio paham, dia menyahut. "I you think-think kenapa malah jadi penyanyi?"

"Mungkin gara-gara dia masih think-think." sahut Maria.

"Terus waiting sampai tiring akhirnya nothing." ucap Azka menyindir seseorang.

"Sindir terus Ka, jangan kasih kendor." balas Inez memanasi lalu tertawa.

Lisa menyentuh bahu Azka. "Lo sama gue itu kayak baju sama garam." ucapnya prihatin.

"Kenapa bisa gitu Lis?" tanya Ryan.

"Gak ada hubungannya."

"WADIDAW MANTAP JIWA!" seru Dio heboh.

"Nyelekit guys." tambah Magdalena.

"Azka." Kevin mengeluarkan suara pertama kalinya setelah tadi hanya menyimak pembicaraan.

Azka was-was menoleh pada atasannya.

Kevin berdeham. "Belajar dari bahasa Inggris bahwa butterfly bukan berarti mentega terbang dan deadline bukan berarti garis mati." lanjut Kevin. "Lisa bersama kamu, bukan berarti hatinya juga untuk kamu."

"YHAA TAMBAH RETAK DAH!" Maria bertambah heboh.

*******

Me And Mr. Billionaire [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang