twenty two

20.1K 2K 229
                                    

"Ayolah Nez. Kita mau ke pantai, ya kali lo pakai jaket lengan panjang gini." Lisa menatap outfit Inez dari kepala hingga kaki.

Inez sebenernya hanya menggunakan tanktop di balik jaket crop top. Tapi ada sesuatu yang harus dia tutupi dari Lisa, dia tak ingin sahabatnya panik.

"Gue nyaman pakai ini."

"Nez." Lisa merengut lucu di depan Inez.

"Gak bisa Lisa."

"Ish lama." tanpa aba-aba Lisa membuka resleting jaket yang dipakai Inez. Gadis itu membelalak kaget melihat kulit Inez setelah Lisa melucuti jaket sahabatnya.

"LIS!" Inez menutupi semua lebam di sekujur tubuhnya dengan tangan mungilnya.

"Lo kenapa Nez!" teriak Lisa di kamarnya dan Inez. "Siapa yang mukulin lo sampai kayak gini?!" dengan penuh kehati-hatian, mendaratkan tangannya di bahu Inez yang tak memar. "Ini sebabnya lo gak nyaman tidur kemarin? Seluruh badan lo penuh memar Nez!"

"G-gue...," Inez tergagap. Dia diam saat Lisa menariknya duduk di ranjang. "Gue gak apa-apa."

"Jujur sama gue Nez." Lisa mengeluarkan tatapan penuh intimidasi yang menurun dari Ayahnya. Lisa jarang sekali mengeluarkan aura seperti sekarang.

"Lis,"

"Siapa?" Lisa menekan pertanyaannya.

"Rain." Inez mulai terisak di tempat, tubuhnya luruh ke lantai. Menutup wajahnya lalu menangis. "Dia pukul gue setiap kali gue gak mau balas ciuman dia."

Mata Lisa melotot untuk kedua kalinya. Rain yang gadis itu kenal sebagai seorang kekasih idaman. Perlakuannya kepada Inez di publik sangat lembut, loyal dan menghormati pasangan. Jadi seperti tidak mungkin Rain memukul Inez.

"Sejak kapan?" Lisa ikut berjongkok di depan Inez, dia merengkuh tubuh sahabatnya kedalam kedelapannya.

"Dari bibi dan paman gue sepakat jodohin kita. Rain jadi semena-mena sama gue."

"Kenapa lo gak bilang gue Nez?" isak tangis Inez semakin keras. "Gue sahabat lo, gue bakalan percaya sama yang lo omongin dibandingkan orang lain."

"Rain ngancam gue Lis. Dia bilang bakalan celakain orang terdekat gue kalau gue berani buka mulut tentang kelakuan dia."

"Banci!"

"Gue gak mau lo jadi sasaran Rain. Gue sayang sama lo Lis."

"Dia gak bakalan bisa nyentuh lagi. Gue pastiin lo aman Nez." Lisa mengelus rambut panjang Inez. "Gue bakalan jagain lo. Apapun resikonya."

"Gak usah Lis. Gue bisa ngadepin ini sendiri, gue gak mau lo terseret sama masalah Rain."

"Orang tua lo sebelum meninggal selalu wanti-wanti gue buat jaga lo. Dengan lo gak bilang hal besar ini, gue ngerasa bersalah karena gak bisa jaga sahabat gue."

Pertemuan pertama mereka. Inez menjadi kakak kelasnya dan saat itu Lisa hampir pingsan lantaran dia kekurangan minum. Inez datang menyerahkan air mineral dari dalam tasnya, lalu memberikannya pada Lisa. Padahal gadis itu tahu Inez juga kehausan. Biasa, namun itu berbekas di pikiran Lisa.

Ditambah saat itu Inez seorang yatim piatu. Kebetulan menghampiri mereka ketika Lisa diterima di universitas tempat Inez menimba ilmu dengan jurusan yang sama pula.

Inez membalas pelukan Lisa. "Makasih Lis. Cuma lo yang selalu ada buat gue."

*******

"JAS JUS! GUE ADA HOT NEWS!" masuk ke dalam kamar Justin yang ada Kevin di dalamnya, Lisa tak tahu malunya berteriak.

"Ada apa Sa?" Kevin dan Justin sontak berdiri. Mereka tadi membahas mengenai pabrik pembangunan di kota ini.

Me And Mr. Billionaire [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang