thirty two

19.9K 2K 233
                                    

Sekembalinya Asta, Raka, Arkan dan Regan. Mereka melihat kakaknya sedang saling suap dan tersenyum bersama. Regan berdecak iri, dia duduk di depan kedua sejoli yang dimabuk cinta itu.

"Bang, gue ambil motor." Asta mengangkat kunci motor milik Kevin.

"Gue mobil Bang. Barengan sama Regan." ucap Raka. "Arkan ambil buku di ruangan tadi."

"Gak sekalian satu-satu mobilnya?" tanya Kevin sambil mengelus lengan Lisa yang matanya mulai terpejam. "Kalian udah ada SIM kan?"

"Udah. Gue takut kena marah Mama Bang kalau malakin lo banyak-banyak." terang Regan. Dia tak berbohong, Laras bisa marah saat tau dirinya meminta sebuah mobil pada kekasih kakaknya.

Suara Mila menginterupsi percakapan Kevin dan adik-adik Lisa. Dia menunduk sebelum memberitahu alasan kedatangan dirinya.

"Pak Hardi sedang menuju ke sini Tuan." ucapnya lalu pergi meninggalkan Kevin dan lima orang lainnya. Wajah lima orang itu berubah panik.

Arkan dengan santai berjalan ke ruang musik di penthouse Kevin, meninggalkan saudaranya yang berlari tak jelas ke sana kemari.

"Ke sini bodoh! Ngapain berdiri di balik vas bunga!" Regan menarik telinga Raka yang mengangkat vas bunga mungil menutupi tubuhnya supaya tak diketahui ayahnya.

"Asta!" Lisa menarik tangan yang bersembunyi di balik gorden. Bahkan gorden itu hanya sebatas lututnya.

Mereka kompak mengikuti Arkan ke ruang musik dan memantau apa yang dilakukan Kevin bersama Hardi. "Papa sering datang penthouse Bang Kev?" tanya Asta pada Lisa.

"Jarang. Papa ke sini cuma mau mendesak Kak Kevin buat kasih tau dimana Mama."

"Sebenernya Papa juga tanya ke kita. Tapi kita bilang gak tau, Mama gak kasih tau kita." timpal Raka pelan.

Lisa menginstruksi adiknya diam. Mereka menyimak perbincangan antara Kevin dan Hardi. Permasalahan rumah tangga ternyata rumit.

"Kevin."

"Ya?" Kevin membalas masih dengan senyum hangat di wajahnya berbanding terbalik dari orang di depannya yang menatap Kevin dengan raut wajah penuh permohonan.

"Apa Lisa di sini?"

"Lisa baru pulang dua puluh menit yang lalu."

Hardi mengangguk. "Kamu masih belum mau memberitahu Om, Kev?"

"Maaf Om." cuma itu yang keluar dari mulut Kevin. Mewakili seluruh jawabannya, tentu jawaban Kevin masih sama. Dia tak mau memberitahu dimana tempat tinggal Laras.

"Bantu Om sekali saja."

"Ya dengan ini mungkin Om bakalan sadar. Sabar itu ada batasannya, apalagi kemarin Om Hardi membicarakan soal kedudukan yang mengarah ke posisi Tante Laras hanya harus menurut tanpa membantah."

"Om gak sadar melakukan hal itu."

"Dari SMA sampai sekarang. Aku lihat setiap perdebatan kalian, Tante Laras yang mengalah. Ini bukan kali pertama Om. Tante Laras gak akan marah kalau emang Om kelepasan bilang seperti itu. Setauku, Tante Laras bukan tipe perempuan pendendam."

"Om akan selesaikan semua. Tapi tolong beritahu dimana Laras dan Lisa tinggal."

"Besok ya Om. Aku belum diskusikan dengan Lisa. Bagaimana pun keputusan Lisa itu penting."

Kevin tidak bermaksud menyinggung Hardi. Tapi ucapan dari pria itu seakan menyadarkan Hardi yang sering mengambil keputusan sendiri tanpa bertanya kepada istrinya. Dia menganggap semua keputusannya baik tanpa perlu melibatkan pasangan.

Me And Mr. Billionaire [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang