twenty seven

19.7K 1.9K 123
                                    

"MAKANAN UDAH JADI! LIMA MENIT GAK KELUAR DARI KAMAR, MAMA SURUH NGEPEL SATU RUMAH!" teriakan Laras memenuhi seluruh sudut rumah. Lisa yang berada di ruangan gym istana Dirgantara pun bisa mendengarkan teriakan Laras.

"SATU!"

Hitungan sudah mulai terdengar. Penghuni rumah, tamu maupun tidak. Berlari secepat mungkin ke meja makan. Termasuk Lisa, gadis itu meninggalkan handuk yang dipakai di pegangan treadmill.

Hitungan ketiga belum terucap dari bibir Laras. Seluruh anggota keluarga sudah berkumpul di ruang makan dan duduk di kursi masing-masing. Termasuk Kevin, dia terbiasa dari lulus SMP tinggal di rumah Laras selama 3 tahun. Itulah mengapa Kevin paham betul kejadian sehari-hari di rumah calon istrinya.

"Masak apa Ma?"

"Kemarin pada request cakalang bakar." Laras mengambilkan piring beserta nasi untuk suaminya. "Mashed potato juga ada. Asta jangan dimakan sendiri, adiknya dibagi."

"Pada gak ambil, jadi Asta makan." jawab pemuda itu cuek.

"Lo aja yang ambilnya langsung banyak. Pakai acara nyalahin kami." protes Regan.

"Siapa cepat dia dapat."

"Kalian mau makan atau debat?" Laras mengambil makanan untuk dirinya sendiri. Tradisi dari mereka kecil sampai sekarang. Orang tua mengambil nasi lebih dulu disusul anak-anak. "Debat di luar."

"Mau makan Ma." jawab Asta dan Regan.

"Makanya diam."

Lisa mengambilkan makanan untuk Kevin. Keluarga Dirgantara makan dengan tenang, hanya tatapan sinis ditujukan untuk Kevin dari adik-adik Lisa—minus Arkan.

"Melotot gitu maksudnya apa?" Laras mengarahkan garpunya di depan wajah anaknya. Kebetulan dia bersebelahan dengan Kevin. "Mau Mama colok? Makan!"

Ketiga adik Lisa menunduk takut. Asta menggerutu dalam hari atas sikap ibunya yang membela Kevin, apa yang membutakan ibunya sehingga berbalik arah mendukung Kevin? Jelas terlihat Kevin yang menyakiti Lisa.

"Ma." Hardi meletakkan alat makan saat dia sudah selesai makan. "Besok ada pertemuan bisnis. Rekan kerja Papa meminta berangkat bersama. Tapi satu undangan hanya untuk satu orang. Papa hanya diberi satu,"

"Perempuan?"

"Iya."

Laras berdeham pelan. "Oh. Perempuan." Merenggangkan otot tubuhnya. Di meja makan, semua orang memantau kegiatan apa saja yang dilakukan Laras. Bahkan gerakan sekecil apapun itu. Reaksi wanita itu selalu biasa, namun tindakan dari seorang Margaretha Larasati jangan diragukan.

Wanita itu mengambil buah di atas keranjang serta gunting yang tidak diketahui fungsinya. Laras mengambil pisang itu dan menggenggamnya lalu memakai gunting di tangan kanannya untuk memotong bagian ujung pisang tersebut.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Me And Mr. Billionaire [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang