PROLOGUE

755 133 27
                                    

Halo! Selamat datang di bagian awal dari cerita yang direncanakan tidak serius-serius amat ini! Btw, happy fasting everyone! Gak berasa ya besok udah mulai puasa pertama. Semoga ibadahnya lancar bagi kalian yang menjalani ya!

Well, if you like this story please support by giving vote, comments and share!

Happy reading!
💚💚💚

Nama panjangnya Senarai Jelita tapi sering dipanggil Seje cuma karena enggan dipanggil "Sen" yang menurutnya terdengar mirip dengan nama cowok super menyebalkan yang tinggal di sebelah rumah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nama panjangnya Senarai Jelita tapi sering dipanggil Seje cuma karena enggan dipanggil "Sen" yang menurutnya terdengar mirip dengan nama cowok super menyebalkan yang tinggal di sebelah rumah. Padahal emaknya sering bilang, "kan bagus toh panggilannya sama, biar jodoh." Boro-boro diaminin, mendengarnya saja sudah membuat bulu kuduk Seje berdisko ria.

Bukan apa, Sean—lelaki tertampan se-komplek "Sakti Mandraguna Residence"—adalah species makhluk hidup yang paling diantipati oleh Seje. Serupa durian yang paling Seje benci, Sean adalah seonggok manusia yang ketika aroma parfum susunya tercium, kontan akan membuat Seje balik kanan dan ogah menemuinya. Selayaknya dua entitas kimia yang mustahil menyatu, mereka berdua nyatanya memang lebih baik tidak dipertemukan. Karena kalau sampai bertatap muka, satu hal yang pasti terjadi adalah keributan.

Biasanya dimulai dari Sean yang menatap Seje dingin nyerempet tajam, lalu berakhir dengan Seje yang tak mau kalah dan dibumbui oleh bacotannya yang pedihnya naudzubillah. Beberapa hal seperti tidak sengaja papasan di warung atau indoapril yang langsung ditanggapi mereka dengan buang muka dan pura-pura tak saling kenal, berebut kang nasgor yang sering lewat depan rumah, adu keributan melalui speaker dengan genre musik masing-masing yang sama berisiknya, hingga kepada pertikaian tak berkesudahan yang hanya dimulai dari debat remeh salah satu mata pelajaran di sekolah.

Well, mereka berdua memang rival di sekolah. Tapi itu dulu, karena kini mereka yang sama-sama telah lulus dari bangku sekolah di empat tahun silam sudah menjalani hidup dengan pilihan masa depan masing-masing. Sean yang dijuluki berotak Einsten itu berhasil menyelesaikan studi sarjananya hanya dalam 3 setengah tahun kurang dan kini diterima bekerja sebagai karyawan tetap di salah satu perusahaan multinasional. Sementara Seje yang setamat SMA langsung berkeyakinan mengejar mimpinya menjadi penulis, harus puas dengan hasil nihil dan mau tak mau memulai perkuliahan di usia yang cukup terlambat, 23 tahun. Itu pun atas paksaan emak dan bapak yang diselingi oleh kalimat pamungkas mereka, "lihat itu, Sean. Umur segitu sudah diterima kerja dengan posisi bagus. Emak dengar, gajinya sudah dua digit!"

Kalau sudah dibanding-bandingkan seperti itu, otomatis kadar kebencian Seje pada Sean meningkat pesat. Sebenarnya pun, hubungan tak enak antara dirinya dengan anak sahabat orang tuanya itu memang dimulai dari kebiasaan-kebiasaan orang tuanya yang suka membanding-bandingkan mereka.

Seje bukan tidak pintar, jelas dia sangat cerdas karena pernah menang olimpiade matematika tingkat nasional. Meski ya, Sean juga sering menyabet penghargaan-penghargaan serupa di semasa sekolahnya dulu. Tapi, berapa kali pun dilihat, mereka berdua nyaris sama jeniusnya. Hanya saja, semenjak Sean yang mendadak jadi teman sekelas Seje di kelas 2 SMP dulu, semua roman persaingan sarat kebencian di antara mereka pun tercipta.

Seje yang sebelumnya memegang posisi juara kelas 'tetap' harus rela tergeser tepat setelah kemunculan Sean. Seje bukannya benci karena merasa kalah, tapi lebih kepada merasa dicurangi oleh Sean yang nyatanya adalah kakak kelasnya. Iya, secara umur, Sean itu dua tahun lebih dulu berojol ke dunia dibanding Seje. Sean sebaya dengan Ilman—kakak kandung Seje. Bahkan dulu ibu mereka hamilnya bareng. Ya gak bareng juga dong buatnya tapi kebetulan aja gitu, pas hamilnya bareng dan lahiran juga berdekatan.

Sean masuk SD terlambat setahun, lalu entah bagaimana satu tahun di bangku SMPnya ia habiskan di rumah saja. Kata mamanya, "Sean butuh rehat setahun karena gak mood sekolah." Jadilah ia tetap berada di kelas dua ketika Seje telah naik ke tingkat yang sama dan sialnya mereka sekelas.

Persaingan yang menurut Seje tak adil itu lebih sering dimenangkan oleh Sean. Bahkan kebencian di benak Seje semakin terpupuk oleh segala tindak-tanduk Sean yang menurutnya berlevel-level lebih tinggi dari menyebalkan. Ibarat kata, Sean itu memang kelihatan cool kaya tokoh utama di wattpad-wattpad klise tapi sayangnya Sean tidak sekeren itu.

Entah itu adalah penilaian subjektif Seje yang sudah dicampuri oleh rasa tidak sukanya, atau memang karena ia tahu persis seperti apa Sean Solihun yang sering dipanggilnya bihun tersebut. Sean kelihatan dingin dan keren dengan wajah tampan dan postur tingginya, tapi siapa sangka anak itu tak lebih dari seorang anak semata-wayang yang akan senantiasa berlindung di balik ketiak mamanya saat di rumah. Sean yang dikenal maha cerdas di sekolah namun nyatanya seorang fanboy girlgroup yang doyan mutar lagu menye-menye sampai lagu ambyar berbahasa asing yang tak pernah Seje pahami. Sean yang tak banyak bicara di sekolah tapi bisa super cerewet bahkan ngomel-ngomel kalau lagi di rumah. Sean yang cuma baik ke orang lain di mana pun ia berada, tapi berubah menjadi setan begitu berhadapan dengan Seje.

Well, Seje sudah kebal.

Agaknya Seje mensyukuri reaksi laki-laki itu yang juga antipati terhadapnya, mengingat akan jauh lebih menyebalkan jika hanya dirinya sepihak yang merasa terusik dengan tetangganya itu. Padahal dulu sekali—ketika mereka masih bocah—Seje dan Sean biasa-biasa saja. Mereka memang tak tergolong memiliki hubungan akrab selayaknya orang tua mereka yang sudah bersahabat dari semasa muda. Tapi, itu masih lebih baik ketimbang sekarang yang semua-semuanya selalu menjadi masalah. Seolah-olah eksistensi masing-masing adalah kesalahan bagi satu sama lain.

Hingga sampai saatnya, sebuah pertemuan keluarga yang diadakan secara mendadak merubah segalanya. Perbincangan serius antara Keluarga Winarto dan Keluarga Nasution yang diadakan di rumah Seje berhasil meruntuhkan segala ekspektasi gadis itu tentang masa depan cerahnya.

Tanpa terlebih dahulu meminta persetujuannya. Tanpa dengan niat memberinya waktu untuk berkomentar atau sekedar mengeluarkan sebait pertanyaan. Tiba-tiba saja, malam itu, bapaknya dan Om Nasution—yang merupakan papa Sean—menyepakati satu keputusan yang sama-sama mereka akhiri dengan jabatan tangan dan senyum sumringah khas bapak-bapak.

Seje dan Sean akan dinikahkan.

Dan mereka akan hidup serumah di dalam bangunan utama kos-kosan seberang—yang selama ini selalu ia hindari namun sialnya bangunan tua tersebut adalah milik eyangnya dan masuk dalam hitungan kesepakatan gila pernikahan mereka.

Akan tetapi, satu hal yang lebih gila dari semua itu adalah... Sean yang tidak berkomentar apa-apa.

Laki-laki sialan itu menerima semuanya, tanpa penolakan.

■■■■
-Prolog END-

Thanks for reading and see ya on chapter 1!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Thanks for reading and see ya on chapter 1!

-putri-

RIVALOVA: Should I Marry My Fabulous Rival?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang