Lisa duduk di samping Kevin. "Lo bisa rebut Inez dari Rain. Gue restui."

Selain Lisa, adakah yang setuju?

"Maksud Nona?" tanya Justin belum mengetahui motif Lisa mengatakan kalimat itu.

"Gue baru tau Inez sering dipukuli Rain." mata Lisa berubah sendu. "Gue ngerasa bersalah. Gue sahabat dia gak bisa paham keadaan sahabat gue selama dua tahun belakangan."

Senyum dia hati Justin berkembang. Namun raut wajahnya tetap datar seolah tak ada ekspresi di sana. "Sesuai perintah Nona."

"Kalau bisa nikahin aja. Inez udah 28 tahun, lo udah 32 tahun. Cocok dah kalian nikah."

"Sa, nikah gak semudah itu." imbuh Kevin.

"Jadi Kak Kevin gak mau cepet-cepet nikah sama aku?"

"Tentu mau!" jawab Kevin cepat.

"Kak, nikah gak semudah itu."

"Buat aku semua bisa jadi mudah."

"Ya udah, Jas Jus sama Inez sama."

Kevin merangkul bahu Lisa. "Itu biar jadi urusan mereka. Jadi ke pantai?" mereka berdiri dari bangkunya.

Sepeninggal Lisa dari kamar Justin. Pria itu memastikan kedua bucin itu menghilang dari pandangannya. Justin berteriak di ruangan kedap suara itu, sebenarnya dia sudah menyelidiki kasus ini dari awal.

Justin hanya menunggu titah Lisa untuknya mendekati Inez. Dan sekarang pintu itu sudah terbuka lebar, Justin segera masuk ke dalam celah itu. Sekarang bagaimana cara dia mendapatkan Inez. Dia terlalu kaku, tak tahu berinteraksi dengan kaum hama. Hidupnya monoton.

Bagaimana jika aku menghamili Inez? Otomatis dia tak bisa lepas dariku. Pikir otak cerdas Justin. Ya, nanti pria itu akan diskusikan dengan Lisa.

Sementara itu Lisa memeluk pinggang Kevin selama perjalanan. Teman-teman Lisa sengaja pergi ke pantai lebih dulu, mereka ingin menghabiskan waktu lama.

Selain berlibur, Maria dan Magdalena teman Lisa juga seorang Youtuber. Mereka mau membuat konten bersama.

"Kak."

"Ya?" Kevin membuka pintu mobil untuk gadisnya.

"Nanti mau mampir beringharjo." ucap Lisa yang disetujui Kevin. Semasa mereka kecil dahulu sering sekali menghabiskan waktu di malioboro atau beringharjo—mereka menemani Sita dan Laras berbelanja.

Kevin menjalankan mobilnya. Dirinya dan Lisa membicarakan kisah masa kecilnya. Ketika Lisa yang sangat dekat dengannya dari kecil dan perdebatan mereka saat Lisa meminta ijin bermain bersama Jeno.

Lisa sadar. Kevin sudah posesif padanya sedari kecil.

Kevin mengambil tangan Lisa, menggenggam tangan itu lalu mencium jemari gadisnya. "Aku sempat di tangkap polisi Sa." terang Kevin.

Gadis itu dilanda rasa shock. "Kapan?! Kasus apa?" Lisa memusatkan perhatiannya pada pria di sebelahnya.

"Kasus pencurian hati gadisku bernama Lisa."

Lisa memutar bola matanya malas. Mengeluarkan ponselnya lalu membuka sebuah aplikasi. "Polisinya pasti dia." Lisa menyodorkan ponselnya kepada Kevin.

"Bukan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Bukan." lampu lalu lintas berubah merah. Kevin merebut ponsel dari tangan gadisnya, mengetik sesuatu di ponsel gadisnya. "Tapi dia,"

"Polisi gak berguna

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Polisi gak berguna. Semua tugas dilimpahkan ke anak kecil." komentar Lisa sesudah ponselnya kembali ke tangannya.

"Orang dalam Sa."

Lisa tertawa. Memasukkan ponsel ke dalam dompetnya. "Kak Kevin tau sebelum ke Jogja, aku habisin banyak uang buat belanja."

"Asal kamu senang, aku gak masalah Sa. Lagipula aku kerja buat kamu juga akhirnya."

Lisa menepuk-nepuk bahu Kevin. "Ya. Bekerjalah seperti tuyul. Gak kelihatan, gak perlu pujian, gak cari perhatian tapi jelas hasilnya memuaskan."

*******

Me And Mr. Billionaire [END]Where stories live. Discover now