"Sadar diri lah Bang. Gak usah balik lagi, kami gak perlu keberadaan manusia gak berguna di sini." ucap Regan.

Regan melenggang pergi ke dalam. Menyusul Lisa ke dalam rumah. Kevin terdiam di tempatnya. Perlahan Asta dan Raka juga pergi menyusul Regan ke dalam rumah. Tersisa Arkan dan Kevin.

"Bang."

"Ya?" Kevin mendongak. "Abang persilahkan kalau kamu mau mencela Abang."

"Bukan."

Kali ini pandangan penuh tanya tertuju pada Arkan.

"Buktikan Abang serius. Arkan bisa ngerasa Regan masih mengharapkan Abang tapi dia kecewa sama keputusan Abang yang pergi gak bilang ke kita."

Arkan sedari tadi hanya mengeluarkan sedikit suara, sekarang menyuarakan suaranya. Sebagai kembar identik, Arkan bisa tahu apa yang dirasakan Regan. Maka dari itu dia hanya diam selagi Regan menerocos tak ada hentinya.

"Abang tau Abang salah."

"Persetan siapa yang salah. Yang butuhin cuma bukti keseriusan Abang."

Malas banyak bicara lebih, Arkan mengikuti para saudaranya masuk. Meninggalkan Kevin sendirian yang termenung.

Benar kata Arkan. Permasalahan bukan siapa yang salah di sini. Namun keseriusannya dalam memperjuangkan Lisa kembali.

******

Regan masuk ke dalam kamar Lisa tanpa mengetuk pintu. Dia langsung menarik sang kakak ke dalam pelukannya. Lisa yang tak mengerti apapun hanya terdiam sambil membalas pelukan Regan.

"Regan, kenapa?"

Regan menggeleng di atas kepala Lisa. "Aku gak mau Kak Lis sakit hati."

"Kakak baik-baik aja Gan."

Regan melepas pelukannya. "Kak Lis janji jangan nangis lagi karena laki-laki di luar sana ya. Aku sayang sama Kak Lis, gak mau Kak Lis sedih."

Lisa terharu mendengar ucapan adiknya, dia berjinjit. Mengelus kepala adiknya. Dibalik sikap ketus dan tak bersahabat dari Regan. Sebenarnya Regan hanya ingin menjaga Lisa dari berbagai macam buaya di dunia dan tak ingin kakaknya sedih.

"Kak Lis juga sayang kamu. Jangan galak-galak, nanti gak ada yang mau sama kamu."

Regan mendengus kesal. "Gak penting. Kepentingan aku sekarang cuma jaga Kakak dari buaya-buaya kere di luar sana."

Lisa terkekeh pelan. Dia wajahnya celingak-celinguk ke sana kemari mencari seseorang. "Dari tadi Kak Lis gak lihat Mama. Dimana Mama sama Papa?"

"Dari kemarin Mama dan Papa belum pulang. Katanya baru ke apartemen buat pacaran."

Kebiasaan orang tua mereka. Meninggalkan anak sendirian untuk menghabiskan waktu berdua saja, mereka tidak mau diganggu.

Untung Laras sudah mensterilkan rahimnya. Jika tidak adik Lisa auto on the way.

Pintu Lisa terbuka lebar untuk kedua kalinya. Asta, Arkan dan Raka masuk ke dalam kamar Lisa. Mereka duduk di sofa yang khusus di sediakan untuk diskusi bersama.

"Kemarin Kak Is ke restoran?" Asta menyindir.

Lisa nyengir tak berdosa. "Awalnya Kak Is kira tempatnya di restoran,"

"Emang di restoran ada dance floor dan DJ? Restoran mana?" balas Raka.

"Ada. Banyak malah." sahut Lisa tak mau kalah.

"Besok undang Kak Inez ke sini. Kami mau bicara."

Wajah Lisa berubah pucat pasi. "Jangan dong. Kak Lis janji deh, gak akan ngulang kejadian ini lagi."

Lisa menumpuk tangan adik-adiknya di atas paha. Mengeluarkan jurus andalannya, biasanya jurus ini mampu meluluhkan hati adik-adiknya. Dia memajukan beberapa centi bibirnya ke depan dan menatap adiknya menggunakan puppy eyes.

"Ya udah iya." Asta menyerah.

"Asal jangan di ulang lagi." Raka juga menyerah.

"Sebelum mau ke pesta, kami yang harus antar." Regan tak absen.

"Hm." kalian pasti tahu itu siapa.

Lisa merentangkan tangannya sambil tersenyum lebar, menampilkan deretan giginya yang rapi. "Sini peluk."

Regan, Raka dan Asta melesak masuk ke pelukan Lisa. Sedangkan Arkan ditarik paksa Raka agar mau menuruti permintaan Lisa.

Gini amat jadi bucin Kakak sendiri. Keluh Arkan dalam hati.

******

Setelah lihat jumlah vote kemarin. Aku jadi semangat nulis, karena yang nunggu ceritaku update ternyata ada banyak :)

Me And Mr. Billionaire [END]Where stories live. Discover now