Dara membalas ciuman itu sekedarnya lalu mendorong dada sang suami. "Mas ... " tegurnya. "Ya udah, yuk." Dia menarik tangan Danu karena dia pikir mereka memang sudah seharusnya segera pulang. Namun, Danu tidak merespon. Lelaki itu malah menarik Dara agar kembali duduk.

"Sedang hujan. Aku tidak mau terjadi sesuatu."

Kecelakaan. Dara mengerjap beberapa kali. Danu pasti jadi 2x lipat lebih hati-hati untuk urusan berkendara. Apalagi jika berkaitan dengan Dara yang sedang hamil. Danu jelas tidak akan bisa terima kalau sampai terjadi sesuatu..

Kekhawatiran berlebihan sebenarnya. Namun, Dara yang sudah terbiasa dengan antisipasi ekstrim Danu dan ibu mertuanya karena dia sedang hamil pun mengerti. Toh memang demi kebaikan.

"Kita tunggu hujannya reda?" tanyanya, memastikan.

Danu mengangguk sambil kembali membuka bukunya tadi. Dara merasa kecewa. Semisal mereka memang tidak langsung pulang, bukankah akan sangat menyenangkan jika waktu yang harus mereka habiskan untuk menunggu hujan berhenti itu digunakan untuk mengobrol?

Dara yang sedang cemburu pada sebuah buku pun menarik tangan Danu agar kembali melingkari pundaknya, lalu dia menyenderkan kepala ke baju lelaki itu. Tangan Danu merosot ke bawah, jemarinya merambat ke pinggang, lalu lebih ke depan, mengelus-elus perut samping Dara.

Di antara semua kerumitan yang sedang dia jalani, setidaknya anaknya nanti akan bahagia karena begitu diinginkan. Bahkan informasi bahwa anak pertama mereka itu perempuan tidak pernah membuat sikap Danu berubah. Seakan jenis kelamin bukan masalah baginya. Tidak seperti di rumah Dara, lelaki adalah raja. Perempuan hanyalah penumpang yang tinggal menunggu waktu akan pergi bersama pasangannya.

Dalam hati, Dara berkeluh kesah sedikit. Seandainya Danu bersikap terbuka dan komunikasi mereka lancar, dia tidak akan sebingung ini. Dia tidak berani bertanya pada Danu. Takut sedikit saja salah bertindak, maka semua akan bertambah runyam. Pertemuan rahasianya dengan Lucy saja sudah membuat Dara tidak nyaman. Takut sewaktu-waktu Danu tahu dan mengamuk.

Dara tersenyum kala mengingat kembali perkataan Lucy. Danu tidak selingkuh. Suaminya ini setia. Hanya mendatanginya. Hanya bercumbu dengannya. Itu sesuatu yang membanggakan mengingat rekam jejak Danu serta lingkungan pergaulan Danu yang mendukung seandainya dia ingin selingkuh. Tetapi tidak, suami yang didapatkan secara tak terduga ini, lumayan bisa diandalkan.

Danu melirik Dara lalu tersenyum tipis. Dara tidak malu ketahuan terus menatapi sang suami dengan ekspresi memuja. Suasana hatinya sedang baik. Terlalu baik karena informasi tentang perempuan yang bukan siapa-siapa itu. Seperti kata Danu, tidak selamanya tentang fisik. Ada banyak hal yang membuat pasangan terikat, seperti komitmen, ikatan batin, kecocokan kepribadian, dan hal-hal lain yang ... tidak berkaitan dengan kepuasan mata.

Dara menggeser tubuhnya agar lebih nyaman dan itu membuat tubuh mereka bergesekan. Dara yang masih terbawa suasana, mengecupi rahang Danu. Dia bisa merasakan perubahan ritme napas suaminya itu. Tangan Danu menyentuh siku tangan Dara dan bergerak turun di sepanjang kulit tangan Dara yang telanjang dengan tekanan seringan kapas, membuat getaran yang Dara rasakan di dalam dirinya, kini diiringi dengan denyutan di bawah sana.

Lenguhan sengaja Dara loloskan dari bibirnya. Membiarkan napas panas dari dalam mulutnya terembus ke leher sang suami. Agar mereka semakin tidak terkendali.

Danu menyampingkan posisi duduknya lebih condong ke Dara lalu tangan kanannya memeluk tubuh belakang Dara kuat, memerangkap Dara. Tangan kiri lelaki itu mendarat di paha Dara, mengelusnya. Sedangkan bibir Danu, kini telah memagut bibir Dara tanpa ampun. Saat Dara memalingkan wajahnya, lelaki itu menciumi leher Dara. Bahkan saat Dara melengkungkan tubuhnya ke belakang, Danu menciumi dadanya.

DaraWhere stories live. Discover now