Awalnya, sesuai rencana, Wooseok ingin mengikuti Yena sampai masuk ke dalam ruang rawat Seungyoun.
Tapi, karena sepupu Seungyoun, si Sungjoo, Wooseok jadi tertahan di luar ruangan, membuat Wooseok mengumpat di dalam hati karena kesal.
Berbeda dengan Wooseok, di dalam ruangan, Yena justru hanya diam, duduk di sebelah ranjang Seungyoun tanpa berniat untuk membuka suaranya.
Seungyoun pun juga sama. Dia justru mengalihkan pandangannya keluar jendela. Menatap apapun asal tidak Yena, jujur, dia masih kesal pada gadis itu.
"Kak."
Akhirnya, setelah beberapa menit, Yena memberanikan dirinya. Tapi hanya sampai disana, setelah itu, Yena kembali diam, membuat Seungyoun akhirnya jengah.
"Kamu kalau masih mau diam, mending pulang," sarkas Seungyoun.
"Maaf,"
Satu kata itu terucap dari bibir Yena, membuat Seungyoun memutar bola matanya malas.
"Pulang, Yena. Aku mau istirahat," tegas Seungyoun. Dia baru akan berbaring kembali sebelum sebelah tangan Yena menahannya.
"Aku tahu aku salah, Kak. Aku udah egois, mementingkan diri sendiri tanpa memikirkan orang lain. Tapi, tolong, kakak jangan --"
"Ck. Percuma, Na. Percuma kamu minta maaf, kalau kamu sendiri gak tahu salah kamu apa."
Perkataan Yena otomatis terpotong karena Seungyoun.
Kepala Yena kembali tertunduk, keberaniannya menciut karena sindiran sarkas dari pria yang berumur tiga tahun lebih tua darinya itu.
"Kamu tahu, nggak, kenapa aku, Bang Seungwoo, Wooseok dan Yohan bisa semarah itu sama kamu kemarin?"
Yena menggeleng, jujur saja, dia tidak tahu, karena dia juga belum bicara dengan kakak-kakaknya.
Wooseok menghindarinya, Yohan dan Seungwoo juga tidak pulang ke rumah kemarin.
Jadi, bagaimana Yena bisa tahu?
"Kamu sadar, nggak, sih, kalau kita khawatir? Waktu kamu dirawat karena kecelakaan, kita udah hampir gila karena khawatir kamu kenapa-napa. Tapi kamu justru nekat ikut upacara cuma karena gak mau dianggap lalai? Kamu mikir enggak? Mikir enggak kamu, gimana khawatirnya kita waktu dengar kamu pingsan?! Paling enggak, hargain orang-orang yang sayang sama kamu. Bisa, kan?"
Yena mengepalkan kedua tangan di sisi tubuhnya, mulutnya seakan membisu, tertutup rapat dan enggan terbuka.
Semua perkataan Seungyoun barusan benar-benar menyadarkan Yena, bahwa dia sudah membuat kesalahan fatal, hingga sulit untuk dimaafkan.
"Kalau kamu gak bisa mencintai diri kamu sendiri, jangan harap orang lain akan mencintai kamu."
Satu kalimat itu berhasil menusuk hati Yena sampai ke dalam. Yena tidak pernah menyangka Seungyoun akan semarah ini padanya.
Sedetik, dua detik, Yena masih diam, tetapi lelehan air matanya mulai berlomba untuk saling berjatuhan.
Yena menangis dalam diam, tangannya sampai hampir memerah karena Yena mengepalkannya erat-erat, membuat Seungyoun yang melihat itupun menghela napas pelan.
Dia tahu Yena menyesal, dia bisa melihat itu dari getaran tubuh Yena karena tangisan diamnya.
Seungyoun tahu, tangisan diam Yena lebih menyedihkan daripada saat bersuara.
"Sini."
Seungyoun menepuk pinggiran ranjang rumah sakitnya, meminta Yena untuk duduk disana.
Yena menurut, dia berjalan mendekati Seungyoun dengan kepala tertunduk.
Sebelah tangan Seungyoun lalu memegang kepalan tangan Yena. "Lepasin. Gak sakit apa tangannya sampai merah begini."
Yena masih diam, tetapi dia mengikuti semua perkataan Seungyoun.
Setelahnya, Seungyoun menarik sebelah tangan Yena hingga gadis itu terduduk di pinggiran ranjang rumah sakitnya.
"Coba lihat wajahnya," perintah Seungyoun, membuat Yena mendongakkan kepala.
Terlihat jelas bekas air mata yang membasahi wajah Yena.
Seungyoun mengulurkan tangannya, mengambil tisu di atas nakas dan mengusap bekas air mata yang masih menempel di wajah Yena.
"Udah, jangan nangis lagi, sayang banget udah cantik jadi jelek," komentar Seungyoun.
Setelah Seungyoun berhasil membersihkan wajah Yena, gadis itu justru terisak.
"Hiks"
Kedua tangan Yena terangkat untuk menutupi wajahnya.
"Hiks hiks"
Yena menangis lebih kencang, berbeda dari sebelumnya, membuat Seungyoun jadi tidak tega melihatnya.
Lalu Seungyoun mendekati Yena, memeluk gadis itu erat sambil berkata, "Kenapa, sih, kamu suka banget bikin kakak khawatir hmm?"
Usapan lembut Seungyoun berikan untuk menenangkan Yena, hingga beberapa menit, tanpa bicara.
Setelah Yena lebih tenang, Seungyoun baru melepaskan pelukannya.
Ibu jarinya mengusap kelopak mata Yena. "Jangan diulangi lagi, ya."
Yena mengangguk dengan masih sesenggukan. "Maafin kakak kalau marahnya keterlaluan," ungkap Seungyoun.
Yena lalu menggeleng, tapi dia masih diam, tidak bicara, tenggorokannya kering karena terlalu banyak menangis.
"Mau minum?" tawar Seungyoun, memberikan gelas miliknya untuk Yena.
Gadis itu menerimanya, meminumnya dengan bantuan Seungyoun karena tangannya masih gemetaran.
"Pelan-pelan," kata Seungyoun, nada suaranya berubah menjadi lebih lembut.
Setelah Seungyoun meletakkan gelas miliknya yang tinggal setengah, Yena baru membuka suaranya. "Ka-kak u-dah maafin aku?"
Tapi Seungyoun menggeleng. "Belum. Tapi kakak akan maafin kamu dengan satu syarat."
"Apa?"
"Be my girlfriend."
"Ha?"
Yena melongo, tidak menyangka Seungyoun akan mengatakan itu.
Baiklah, Seungyoun memang sudah mengungkapkan perasaannya sejak beberapa hari yang lalu. Tetapi, Yena tetap saja terkejut.
Dia pikir Seungyoun justru akan berubah pikiran setelah kejadian kemarin.
"Gimana? Mau, kan?"
"Tapi, Kak. Kenapa ..."
"Ya, karena kakak sayang sama kamu."
Yena menggeleng. "Bukan itu."
"Terus?"
"Kakak gak marah sama aku?"
Seungyoun mengangguk. "Marah, marah banget. Karena itu, kakak makin gak bisa lepasin kamu. Jadi, kalau kamu ngulang lagi, kakak tinggalin aja. Biar kamu nangisnya lebih parah dari ini."
Tanpa sadar Yena mengerucutkan bibirnya. "Huhu kakak jahat banget."
"Please, deh, Na. Nggak usah ngerayu, gak akan mempan. Kakak cuma mau maafin dengan syarat itu."
Yena melengos. "Siapa juga yang ngerayu," gumamnya.
"Lah, itu. Bibirnya pakai muncis-muncis, ngapain coba?"
"Aku enggak --"
"Lagian kamu kenapa cantik banget, sih, hari ini? Kakak jadi gak bisa marah-marah, kan?"
Yena mendecak kesal. "Terus tadi apa kalau bukan marah-marah?"
"Tadi yang mana?"
Lah pakai pura-pura lupa si Seungyoun.
"Tadi yang 'Kamu mikir enggak? Mikir enggak kamu kalau blablabla' itu apa kalau bukan marah?" Yena sampai sengaja menirukan nada bicara Seungyoun tadi saking kesalnya.
"Oh, itu tadi kakak ngasih nasihat, gak marah."
"Ngasih nasihat tapi sarkas banget ngomongnya," keluh Yena.
"Jadi, kamu gak terima dimarahin?" Seketika Seungyoun kembali dalam mode tegas.
"Ya, bukan gitu, Kak."
"Pulang sana."
"Loh, kakak jangan marah lagi, dong. Kan tadi udah baikan," seru Yena.
"Kapan? Aku lupa," kata Seungyoun.
Yena memberengut kesal. "Yaudah deh, iya. Aku mau."
"Mau apa?"
"Ya, itu tadi."
"Apa?" Seungyoun sengaja menggoda Yena.
"Aku mau jadi pacarnya Kak Seungyoun!"
Seungyoun menatap Yena menyelidik. "Yakin? Gak takut ditinggal kalau kamu ngulang kesalahan?"
"Gak akan. Toh aku juga gak akan ngulangin lagi," kata Yena, mengangkat kedua sudut bibirnya membentuk senyuman lalu mendekati Seungyoun untuk memeluknya.
"Eh. Kok udah berani peluk-peluk?" kata Seungyoun, sengaja menggoda Yena, padahal dia sendiri juga mengeratkan pelukannya.
"Masih SD udah nakal, ya!"
Yena melepaskan pelukannya dengan dahi mengkerut. "Kok SD, sih, Kak?"
"Lah, kamu, penampilan kayak anak SD begini. Dapat kacamata itu juga darimana, sih? Imut banget."
"Ini itu kacamata punya Yohan, aku pinjem buat nutupin mata aku yang agak merah karena nangis kemarin," jelas Yena.
"Makanya, lain kali jangan aneh-aneh biar gak dimarahin."
"Iya-iya. Eh, tapi mending kakak bilang aku anak SD. Aa' malah bilang aku mirip anak TK. Kan, sebel!" Yena cemberut, membuat Seungyoun tertawa melihatnya.
Lalu tangan Seungyoun mencubit kedua pipi berisi Yena. "Gemesin banget, sih, pacar TK aku, nih!"
Yena menangkis tangan Seungyoun. "KAKAK IH!"
"HAHAHAHA"
"Tahu ah, bete!"
Yena membalikkan badannya, melangkah menjauh, tetapi Seungyoun menghentikannya.
"Mau kemana?"
"Pulang! Tadi katanya disuruh pulang."
Seungyoun kembali tertawa renyah. "Hmm ngambekan, pacarnya siapa sih?"
Yena diam, melototkan matanya hingga membuat Seungyoun kembali tertawa.
Anehnya, apapun yang dilakukan Yena justru terlihat menggemaskan di mata Seungyoun.
"Selfie, yuk!"
Yena mengerutkan dahinya. "Buat apa?"
"Ya buat pamerlah. Biar cowok yang mau deketin kamu mundur alon-alon. Kan, kamu udah punya aku."
"SOK BANGET!"
Sekalipun mengeluh, Yena tetap menuruti kemauan kekasihnya.
"BENTAR, AKU MAU PAKAI JAKET DULU!"
"NGAPAIN?"
"BIAR KEREN! BAJU PASIEN GAK KELIHATAN KEREN!"
Yena menggelengkan kepalanya heran melihat tingkah absurd Seungyoun. Untung sayang, coba kalau enggak?
"OKE, UDAH SIAP!" seru Seungyoun.
"Yaudah, satu dua tiga!"
CEKREK.
"Sini sini, mau aku upload!"
Seungyoun buru-buru meminta ponselnya.
Tetapi setelah melihat galerinya, dahi Seungyoun mengkerut dalam.
"Lho, Na."
"Kenapa?"
"Memori aku habis, fotonya gak ke-save."
"ASTAGA, KAK SEUNGYOUN!"
Hai, aku datang lagi dengan part terbaru ☺️ Hayo hayo, yang dari dulu nunggu Oriwoodz jadian siapa? 😁
Btw, kalian harus berterimakasih sama flowerdck_ yang buat aku update cepet hari ini. Karena aku tiba-tiba BAPER gara-gara baca cerita dia yang judulnya 'RAIN'
Pemerannya emang Yena sama Hangyul tapi masa aku BAPER donggg 😭 soalnya aku suka mereka juga 🥺
Makanya terus aku update ini aja, biar aku makin BAPER 😂
Btw, untuk hasil selfienya mereka, part selanjutnya yaa! 😍
©️ 15 Desember 2020.