RAFFA (END)

由 inivaa

3.5M 297K 23.9K

LINK UNTUK PEMESANAN NOVEL RAFFA ADA DI BIO!! . . Semua orang tahu sedingin apa sifatnya, sedatar apa wajahny... 更多

Prolog
Ke - 1
Ke - 2
Ke - 3
Ke - 4
Ke - 5
Ke - 6
Ke - 7
Ke - 8
Ke - 9
Ke - 10
Ke - 11
Ke - 12
Ke - 13
Ke - 14
Ke - 15
Ke - 16
Ke - 17
Ke - 18
Ke - 19
Ke - 20
Visual 1
Visual 2
Bantu follow yuk
Ke - 21
Ke - 22
Ke - 23
Ke - 24
Ke - 25
Ke - 26
Ke - 27
new!!
Ke - 28
Ke - 29
Ke - 30
Ke - 31
Ke - 32
Ke - 33
Ke - 34
Ke - 35
Ke - 36
Ke - 37
Ke - 38
Ke - 39
Ke - 40
Ke - 42
Ke - 43
Ke - 44
Ke - 45
Ke - 46
Ke - 47
Ke - 48
Ke - 49
Ke - 50
Ke - 51
Ke - 52
Epilog
Extra part!
KABAR BAIK!!!
INFO TERBIT!!
VOTE COVER dan INFO PRE ORDER!!
PRE ORDER

Ke - 41

51.5K 4.4K 690
由 inivaa

Semoga suka yaa:)

*btw ga dibaca ulang, jadi kalo ada typo komen ya!

🌱

- Kekhawatiran Khanza -

"Gimana?" tanya gadis itu.

"Shit! Mereka bareng lagi! Gue gak bisa biarin! Gimanapun juga Khanza cuma punya gue!" sahutnya dengan wajah kesal.

Gadis itu tersenyum miring, "Rasanya pengen gue bunuh si Khanza," ucapnya namun langsung mendapat tatapan tajam.

"Lo sentuh dia, lo berurusan sama gue," ancamnya, lagi gadis itu tampak tersenyum miring.

"Devan, Devan. Lo itu bodoh apa gimana sih? Udah jelas-jelas tuh bocah gak suka sama lo, jadi mau lo perjuangin dia segimana juga ya dia gak akan ada di sisi lo. Mikir dong dikit, lo gak ada apa-apanya dibanding Raffa!"

Lelaki itu menggeram, "Gue gak akan lepasin Khanza, sebelum gue coba tubuhnya," balasnya dengan penuh penekanan juga seringai di wajahnya.

Ya, lelaki itu adalah Devan.

Mendengar ucapan Devan lantas gadis itu ikut tersenyum miring. Kilatan-kilatan dendam masih terlihat di matanya. Dan untungnya ada Devan yang sepertinya bisa membalas dendamnya itu. Bagaimanapun juga ia ingin Khanza merasakan apa yang ia rasakan, tidak bisa melanjutkan sekolah—contohnya.

"Gue kira lo beneran tulus sama Khanza, tapi ternyata?" ucapnya.

"Gue tunggu hari itu," lanjutnya dengan senyum miring.

Devan menatap gadis itu, "Tapi gue butuh lo."

"Dengan senang hati gue bantu."

"Siapin gue gedung kosong yang jauh dari jangkauan Raffa sialan!"

"Anjing! Sialan gitu juga gue masih sayang sama dia!"

"Ck, iya atau ngga?!"

"Iya anjir, galak amat dah!"

🌱

Malam ini, Raffa berada di ruang tengah rumah Khanza.

"Raffa aku gak bisa fokus belajar! Aku kepikiran kak Rey," ucap Khanza sedikit merengek.

"Berenti jadiin kak Rey alasan Ca. Kamu taukan besok pelajaran apa?" tanya Raffa lalu kembali fokus pada buku yang ada di hadapannya.

Jawaban Raffa jauh dari apa yang Khanza harapkan. Ia benar-benar memikirkan Rey—kakaknya yang masih berada di rumah temannya, tapi Raffa berkata bahwa ia hanya menjadikan Rey sebagai alasan.

"Raffa jahat!" pekik Khanza seraya memukul kepala Raffa dengan bukunya.

"Aduh Ca, sakit," ucap Raffa sambil mengusap kepalanya.

Mata berkaca-kacanya menatap Raffa sebal, "Bodo amat! Aku kesel sama Raffa! Raffa jahat!" serunya.

"Ca, kamu nangis?" tanya Raffa panik.

"Hiks, aku, aku ta--kut kakak kenapa-napa. Tap--i Raffa bilang itu cuma alas--an," ucap Khanza terbata-bata.

Raffa langsung menarik Khanza ke dalam pelukannya. Mengusap lembut belakang kepalanya juga punggungnya. Ia merasa bersalah pada Khanza, harusnya ia mengerti bagaimana Khanza mengkhawatirkan Rey saat ini setelah apa yang terjadi di sekolah tadi.

"Tenang ya?" ucap Raffa dengan sangat lembut.

"Gak, gak bisa tenang. Aku khawatir sama kakak," balasnya langsung.

Untung saja Nisa—bunda Khanza sudah masuk ke dalam kamarnya dan Jefri—ayah Khanza masih di kantor. Jika keduanya ada di sini dan melihat Khanza menangis apalagi berkata bahwa Khanza mengkhawatirkan Rey, sudah bisa dipastikan bahwa Raffa yang akan diwawancarai keduanya.

"Telpon kak Rey ya? Mau?" tanya tawar Raffa dan langsung dibalas anggukan oleh Khanza.

"Tapi jangan nangis, nanti kak Rey panik," lagi-lagi Khanza mengangguk.

Raffa yang kepalang gemas pun langsung mengecup singkat pipi kanan Khanza yang tadi bersandar di dadanya.

"Raffa?!" seru Khanza dengan wajah memerah malu.

"Udah diem, nih aku telpon kak Rey," sahut Raffa seolah tidak peduli dengan seruan Khanza.

"Halo Raf, kenapa?" sapa Rey dari sana.

"Ada yang kangen," balas Raffa sambil menatap Khanza yang sudah menatapnya.

"Siapa?"

"KAKAK!" teriak Khanza membuat Raffa langsung memberikan handphonenya.

"Kak, kakak di mana? Kakak baik-baik ajakan? Gak ada yang lukakan? Gak ada orang yang jahatin kakak kan?" tanya Khanza langsung, Raffa hanya mengusap puncak kepala Khanza memberi ketenangan.

"Ada mau nih pasti kalo kaya gini," balas Rey dengan santai.

Mendengar itu lantas Khanza mencabik bibirnya kesal, "Aca serius kak," rengeknya.

"Ck, gue gapapa elah. Lo kenapa sih aneh banget? Biasanya juga kalo gue gak di rumah, lo malah nyuruh gue jangan balik. Lah sekarang ngapain lo khawatir banget gitu?"

"Aca takut kakak kenapa-napa," ucap Khanza pelan, lagi-lagi Raffa yang ada di sampingnya memberi Khanza ketenangan.

Tangannya mengenggam tangan Khanza lalu mengelusnya lembut.

"Kakak mau pulang kapan? Jangan pulang malem ini ya?" pinta Khanza.

"Tuhkan bener disuruh jangan balik. Lo emang minta dikubur idup-idup ya Ca?" tanya Rey terdengar kesal, membuat Raffa yang mendengar itu tertawa geli.

"Ih kak pokonya jangan pulang malem ini! Takut ada orang jahat, bukan apa-apa. Pokonya kakak kalo mau pulang besok aja, jangan malem sekarang!" sahut Khanza.

"Gue pulang malem udah biasa kali Ca, lagian gue udah punya kunci cadangan rum--."

"Ngga! Pokonya kakak jangan pulang malem-malem, Aca takut kakak kenapa-napa. Jangan ya kak?" pinta Khanza.

Rey menghembuskan nafasnya pelan, "Iya Ca ngga. Kamu kenapa tiba-tiba kaya gini? Raffa apain kamu?" tanya Rey lebih lembut dari ucapan-ucapan sebelumnya, karena ia merasa Khanza memang sangat mengkhawatirkannya.

"Enak aja! Gak gue apa-apain!" serobot Raffa sebal.

"Hahahaha santai dong! Yaudah Ca, kakak lanjut nugas lagi ya?"

"Iya kak. Inget ya jangan pulang dan kakak harus jaga diri baik-baik, oke?"

"Oke baby. Bye, assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

🌱

Raffa sampai di rumahnya dengan lesu. Acara belajar bersama Khanza itu harus selesai saat Khanza berkata dirinya sudah mengantuk. Awalnya Raffa ingin tetap menahan Khanza, tapi melihat wajah lelah Khanza membuat Raffa mengurungkan niatnya.

Ia tahu pikiran gadisnya sedang kemana-mana saat ini. Ancaman Devan pasti membuatnya tertekan dan sangat takut.

Raffa mengepal tangannya kuat-kuat, berusaha mengendalikan emosinya sebelum Daffa mengambil alih tubuhnya. Walau jujur, ia sudah sangat ingin melampiaskan emosinya tapi disaat seperti ini pikirannya harus benar-benar jernih. Akan sangat runyam jika Daffa berhasil mengambil alih tubuhnya dan Daffa bisa saja langsung melukai Devan mengingat bahwa Devan sudah menyuruh Khanza untuk menjauhi dirinya.

Kepulan asap rokok itu memenuhi balkon, untung saja angin berhembus sedikit kencang jadi asap itu segera terbawa. Ia kembali menghisap lalu mengepulkan asapnya ke udaranya begitu seterusnya, bahkan matanya terpejam untuk lebih bisa menikmati benda bernikotin ini.

"Devan," gumamnya seraya ia membuka mata.

Seringai mengerikan tiba-tiba saja menghiasi bibir kemerahan miliknya yang tadi menghisap rokok. Tatapan tajam dan siap membunuh itu fokus ke depan sambil terus bergumamkan satu nama.

"Devan."

🌱

Gimana ini?

Jangan lupa vote dan comen.

11jan21

Publish ulang, 5 mei 2022

继续阅读

You'll Also Like

RAYDEN 由 onel

青少年小说

3.4M 210K 65
[Follow dulu, agar chapter terbaru muncul] "If not with u, then not with anyone." Alora tidak menyangka jika kedatangan Alora di rumah temannya akan...
534K 63.6K 8
"Gilaa lo sekarang cantik banget Jane! Apa ga nyesel Dirga ninggalin lo?" Janeta hanya bisa tersenyum menatap Dinda. "Sekarang di sekeliling dia bany...
2.9M 247K 62
⚠️ BL Karena saking nakal, urakan, bandel, susah diatur, bangornya Sepa Abimanyu, ngebuat emaknya udah gak tahan lagi. Akhirnya dia di masukin ke sek...
396K 46.6K 31
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...