RAFFA (END)

By inivaa

3.5M 297K 23.9K

LINK UNTUK PEMESANAN NOVEL RAFFA ADA DI BIO!! . . Semua orang tahu sedingin apa sifatnya, sedatar apa wajahny... More

Prolog
Ke - 1
Ke - 2
Ke - 3
Ke - 4
Ke - 5
Ke - 6
Ke - 7
Ke - 8
Ke - 9
Ke - 10
Ke - 11
Ke - 12
Ke - 13
Ke - 14
Ke - 15
Ke - 16
Ke - 17
Ke - 18
Ke - 19
Ke - 20
Visual 1
Visual 2
Bantu follow yuk
Ke - 21
Ke - 22
Ke - 23
Ke - 24
Ke - 25
Ke - 26
Ke - 27
new!!
Ke - 28
Ke - 29
Ke - 30
Ke - 32
Ke - 33
Ke - 34
Ke - 35
Ke - 36
Ke - 37
Ke - 38
Ke - 39
Ke - 40
Ke - 41
Ke - 42
Ke - 43
Ke - 44
Ke - 45
Ke - 46
Ke - 47
Ke - 48
Ke - 49
Ke - 50
Ke - 51
Ke - 52
Epilog
Extra part!
KABAR BAIK!!!
INFO TERBIT!!
VOTE COVER dan INFO PRE ORDER!!
PRE ORDER

Ke - 31

52.4K 5K 507
By inivaa

Selamat hari senin!! Siap untuk baca raffa? Kalo siap, vote dulu dongg. Dan komen di setiap partt!!!

Semoga suka yaa:)

🌱

- Raffa tau -

Ini adalah hari kedua Raffa tidak masuk sekolah. Sudah 2 hari ia tidak mengisi perutnya, berkali-kali perutnya bersuara namun tetap ia acuhkan. Sudah 2 hari pula ia tidak mandi, kegiatannya selama 2 hari ini hanya duduk menunggu Khanza membuka matanya.

Pintu ruangan terbuka, terlihat Nisa dan Rey memasuki ruangan Khanza.

"Raffa, kamu gak mau makan sayang?" tanya Nisa sambil mengusap lembut bahu Raffa.

Raffa hanya menggeleng kecil dengan tatapan lurus ke Khanza.

Nisa dan Rey hanya bisa menghembuskan nafasnya pelan. Raffa sangat keras kepala, pikir keduanya.

"Lo gak mau mandi gitu Raf?" tanya Rey, Raffa menoleh sekilas lalu mengangkat bahu acuh.

"Mending lo mandi biar segeran. Mana gak pernah makan, gak pernah mandi juga lo lesu banget jadinya," suruh Rey, Raffa hanya mendengar tanpa berniat menjawabnya.

"Iya bener kata Rey. Mending sekarang kamu mandi dulu, tadi bunda udah mampir ke rumah kamu buat ambilin kamu baju ganti. Mama kamu khawatir sayang, mama kamu juga nitipin bekal ke bunda," ucap Nisa dengan lembut.

"Kamu mandi ya? Abis itu makan. Khanza bakal ngambek kalo kamu kaya gini," lanjutnya memberi Raffa pengertian.

Bagaimanapun juga ia mengkhawatirkan Raffa yang dari 2 hari lalu hanya diam mematung.

Raffa menatap Khanza lama, lalu bangkit.

"Makasih bun," ucap Raffa dan langsung memasuki kamar mandi.

🌱

Pukul 3 sore, Rey dan Nisa sudah pulang ke rumahnya untuk membersihkan diri. Di ruangan ini hanya ada Raffa yang masih menunggu Khanzanya.

Brak.

Pintu terbuka dengan keras membuat Raffa menoleh tajam. Edo dan Evan yang menjadi pelaku itu hanya bisa tersenyum bodoh sambil mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya.

"Si Evan dorong-dorong gue sih," ucap Edo pada Raffa.

Evan yang tidak terima pun langsung memukul kepala Edo kencang.

"Apaan sih anjing?! Sakit pala gue! Kalo geger otak gimana hah?!" serunya, Evan hanya melengos masuk dan duduk di sofa disusul oleh Alvan dan Adiba.

"Halo Za, gue kangen sama lo masa," ucap Adiba dengan sedih.

"Rasanya aneh lo tidur lama kaya gini, ya walaupun lo emang kebo sih," lanjutnya.

Ia mengenggam tangan Khanza yang tidak memakai gips. Detik berikutnya ia melebarkan matanya saat jari Khanza bergerak.

"PANGGIL DOKTER! JARI KHANZA GERAK!" teriak Adiba, Raffa langsung refleks menatap jari-jari Khanza.

Memang benar, jari Khanza bergerak. Perlahan tapi pasti, Khanza mulai membuka matanya.

"Egh," gumamnya.

"Ca?" panggil Raffa dengan senang.

"Raf--fa?" tanya Khanza lemah.

Raffa mengangguk dengan senyum haru. Ia bahagia sangat bahagia, bahkan matanya berkaca-kaca melihat Khanza yang sudah membuka mata.

"Ca," panggil Raffa lagi dengan suara bergetar.

"Maaf harus saya periksa dulu," seorang dokter membuat Raffa mengangguk, lalu menyingkir.

Edo, Evan, Alvan dan Adiba tak kalah bahagianya dengan Raffa. Apalagi Edo dan Evan sampai bersujud syukur, karena mereka tidak akan pernah mau lagi melihat Raffa seperti mayat hidup. Ya, selama menunggu Khanza Raffa benar-benar seperti mayat hidup.

"Pasien dalam keadaan baik, hanya saja jangan terlalu diajak banyak bicara," ucap dokter itu lalu pamit keluar.

Raffa langsung mendekat dan memeluk Khanza yang masih berbaring. Sambil memeluk Khanza, Raffa menitikan air matanya. Ia sangat takut Khanza tidak akan pernah membuka matanya, maka dari itu ia sangat bersyukur sekarang.

"Jangan buat aku khawatir lagi," bisik Raffa di dalam pelukannya.

Khanza tertawa pelan, "Aku gapapa," ucapnya menenangkan Raffa.

"Hm ini Raf--."

"Raffa, aku Raffa. Maaf gara-gara aku kamu jadi gini," ucap Raffa penuh penyesalan.

"Its okay," bisik Khanza.

"Huaa Raf! Gue juga mau peluk Khanza!" pekik Adiba membuat Raffa mau tak mau kembali berdiri tegak.

"KHANZA! HUAA GUE SENENG BANGET LO BANGUN! LO TAU GAK SIH GUE SELAMA DUA HARI INI DI KELAS TERUS! GAK ADA TEMEN KE KANTIN! HUAAA!" pekik Adiba membuat Khanza terkekeh geli.

"Kan ada Alvan," balas Khanza.

"Tapikan rasanya beda gak ada lo di sisi gue," sahutnya.

"Boong Za boong dia mah! Orang kerjaannya ngebucin mulu sama si Alvan di kelas," celetuk Edo membuat Adiba menatapnya kesal.

"Apaan sih?! Gak ikut campur! Udah lo paling bener mah diem!" seru Adiba, lalu kembali memeluk Khanza.

"Gue kangen sama lo," ucap Adiba lebih manusiawi tidak seperti tadi yang teriak-teriak.

"Gue juga," balas Khanza.

Adiba melepas pelukannya, menatap tubuh Khanza dari atas hingga bawah.

"Masih pada sakit?" tanyanya khawatir.

Khanza mengangguk kecil, "Sedikit pusing, jari masih sedikit nyeri dan semua badan kaku," jelasnya.

"Siapa?" tanya Raffa membuat Khanza mengerutkan keningnya.

"Nah iya gue baru mau nanya Raf!" sahut Evan.

Adiba dan Khanza saling tatap. Khanza memberi kode pada Adiba untuk tidak memberitahu.

"Vio. Vio sama temen-temennya yang bully Khanza," ucap Adiba membuat Khanza melebarkan matanya.

"Kok lo tau?" tanya Edo.

"Ini bukan pertama kali Khanza dibully Vio. Tapi, gue rasa ini yang paling parah," jawab Adiba santai.

"KENAPA LO GAK BILANG?!" bentak Raffa emosi membuat Alvan langsung mendorong bahunya.

Alvan tidak terima Adiba dibentak begitu oleh Raffa, "Tahan emosi lo!"

"Khanza yang minta," balas Adiba tanpa takut.

Mata Raffa langsung turun ke Khanza, "Bener?" tanyanya.

Khanza mengangguk kecil, detik berikutnya Raffa pergi dari ruangan Khanza.

"RAFFA!"

🌱

Lelaki itu tahu kemana ia harus pergi. Ia sedikitnya tahu apa yang dilakukan oleh gadis-gadis famous di sekolahnya.

Maka kakinya melangkah lebar memasuki cafe itu. Matanya langsung menangkap 2 gadis yang sedang berfoto ria di pojokan sana, langsung saja ia melangkahkan kakinya ke pojok.

Dengan sekali gerakan, ia menarik satu dari 2 gadis itu dan membawanya keluar.

"Eh apa-apaan sih lo?! Lo siap--RAFFA?!" pekik Vio, saat Raffa mendorongnya untuk memasuki mobil.

Ia juga ikut masuk ke dalam mobilnya membuat Vio sedikit takut.

Apa Raffa sudah tahu bahwa ia orang yang membuat Khanza seperti itu? Pikirnya.

"Aku mau turun!" seru Vio, Raffa langsung mengunci mobilnya dan melaju dengan kecepatan tinggi.

Vio ketakutan saat Raffa mengendarai mobil seperti orang kesetanan. Berkali-kali ia meneriaki Raffa namun Raffa tidak mendengar. Ia hanya bisa merapalkan doa dan berharap ini bukanlah akhir dari hidupnya.

Hingga mobil Raffa terhenti di sebuah bangunan kosong yang jaraknya sangat jauh dari kota. Vio bahkan tidak tahu dirinya di bawa ke daerah mana oleh Raffa. Yang jelas ini sangat amat jauh, namun terasa cepat karena Raffa mengendarai mobil dengan sangat kencang.

"Ini di mana Raf?" tanya Vio, Raffa tidak menjawab.

Langsung saja ia menarik Vio untuk memasuki bangunan itu.

Bau anyir mulai menyeruak ke indra penciuman Vio. Ia mulai bergetar takut sekarang, dilihatnya juga Raffa seperti bukan Raffa yang ia kenal.

Brak.

Raffa membanting Vio hingga gadis itu tersungkur.

"Call me Daffa," ucapnya dengan seringai mengerikan di wajah tampannya.

🌱

Gimanaaa?!!!

Jangan lupa vote dan comen.

30des20

Daffa sebenernya pacar aku..

Publish ulang, 14 april 2022

Continue Reading

You'll Also Like

471K 47.7K 47
Rasa sakit menjadi alarm atau penanda bagi kita bahwa tubuh sedang tidak baik-baik saja. Ia memberikan sinyal kepada kita untuk lebih peduli atau mul...
2.2M 77.2K 44
Jangan jadi pembaca gelap! Seorang santriwati yang terkenal nakal dan bar-barnya ternyata di jodohkan dengan seorang Gus yang suka menghukumya. Gus g...
669K 58.3K 38
Setelah kematian ibunya Rayanza yang tadinya remaja manja dan polos. Berubah menjadi sosok remaja mandiri yang mampu membiayayi setiap kebutuhan hidu...
2.1M 116K 53
"Lihat saudaramu yang lain! Mereka berprestasi! Tidak buat onar! Membanggakan orang tua!" Baginya yang terbiasa dibandingkan dengan saudara sendiri...