RAFFA (END)

By inivaa

3.5M 297K 23.9K

LINK UNTUK PEMESANAN NOVEL RAFFA ADA DI BIO!! . . Semua orang tahu sedingin apa sifatnya, sedatar apa wajahny... More

Prolog
Ke - 1
Ke - 2
Ke - 3
Ke - 4
Ke - 5
Ke - 6
Ke - 7
Ke - 8
Ke - 9
Ke - 10
Ke - 11
Ke - 12
Ke - 13
Ke - 15
Ke - 16
Ke - 17
Ke - 18
Ke - 19
Ke - 20
Visual 1
Visual 2
Bantu follow yuk
Ke - 21
Ke - 22
Ke - 23
Ke - 24
Ke - 25
Ke - 26
Ke - 27
new!!
Ke - 28
Ke - 29
Ke - 30
Ke - 31
Ke - 32
Ke - 33
Ke - 34
Ke - 35
Ke - 36
Ke - 37
Ke - 38
Ke - 39
Ke - 40
Ke - 41
Ke - 42
Ke - 43
Ke - 44
Ke - 45
Ke - 46
Ke - 47
Ke - 48
Ke - 49
Ke - 50
Ke - 51
Ke - 52
Epilog
Extra part!
KABAR BAIK!!!
INFO TERBIT!!
VOTE COVER dan INFO PRE ORDER!!
PRE ORDER

Ke - 14

59.9K 5.6K 651
By inivaa

Semoga suka yaa:)

🌱

- Vio meledak -

Malam ini sekitar pukul 11 malam, semua sudah duduk melingkari api unggun. Api unggun membantu menghangatkan tubuh dari angin malam yang cukup menghembus kencang.

Tadi sudah beberapa siswa-siswi menampilkan bakatnya. Ada yang bernyanyi, memainkan gitar, menari, dance, bahkan ada yang menampilkan drama. Cukup, untuk hiburan sudah dianggap cukup. Kini waktunya menjalankan game uji nyali yang sudah disiapkan oleh beberapa guru dan anggota pengurus OSIS.

Khanza duduk di samping Raffa, tangannya memeluk erat lengan Raffa. Setidaknya dengan menempelkan tubuhnya pada Raffa udara dingin ini sedikit menghilang.

Sama halnya dengan Adiba, bahkan gadis itu dengan terang-terangan memeluk kekasihnya. Guru-guru yang melihat pun merasa tidak masalah, mereka juga pernah muda jadi memaklumi hal itu. Asal tidak melakukan apa yang melanggar norma dan aturan saja.

Devan berdiri di tengah-tengah, lebih tepatnya beberapa langkah dari api unggun. Tangannya memegang pengeras suara, sebelahnya lagi memegang selembar kertas.

"Uji nyali malam ini akan dikelompokan dan kelompoknya itu dibagi secara acak oleh dewan guru. Saya hanya akan membacakannya saja dan menjelaskan tentang uji nyali ini," ucapnya dengan bertegas.

"Uji nyali ini tidak terlalu rumit. Setiap regu hanya perlu berjalan mengikuti arah yang sudah kami siapkan. Dan siapa yang sampai lebih dulu itu yang menang. Bagi tiga regu yang menang akan mendapat special box yang sudah kami siapkan."

"Ketua regu wajib memperhatikan anggotanya, jangan sampai ada yang tertinggal atau berjalan sendirian. Harus selalu bersama dari awal hingga akhir. Dalam uji nyali ini semua di uji kekompakannya dan tanggung jawab bagi ketua regu karena setiap regu hanya memegang satu buah senter kecil."

"Saya gak mau banyak bicara, langsung saja saya bagi kelompoknya."

Devan mulai membacakan regu.

Khanza terus berdoa dalam hati agar dia bisa bersama dengan Raffa.

"Aris, Egam, Alvandra, Rival, Edo, Isabella, Ramanda, Dila, Gladis, Naya."

"Ish! Masa kamu seregu sama si Bella centil sih?!" gerutu Adiba dengan kesal, ia tambah kesal saat Bella sudah memekik kesenangan di sana.

Alvan tertawa pelan, lalu mengacak rambut Adiba gemas.

"Semoga aku sama Raffa," doa Khanza membuat Raffa tertawa pelan.

"Kamu pasti sama aku," sahut Raffa.

Sebelumnya Raffa sudah membicarakan ini pada guru-guru. Awalnya guru-guru menolak karena merasa tidak enak pada murid yang lain, tapi ini Raffa yang meminta membuat semua tidak bisa menolak apalagi tatapan dinginnya yang seakan siap membunuh itu.

"Ari, Geri, Rian, Raffa, Evan, Viony, Hana, Tiara, Amara, Sarah."

Khanza mengerjapkan matanya pelan, lalu ia mengangkat tangannya untuk bertanya pada Devan.

"Kenapa Khanza?" tanya Devan.

"Itu tadi Amara, Amara gue apa Amara Annisa?" tanya Khanza karena memang nama Amara itu ada 2.

Devan tertawa pelan, "Amara Abrianna Khanza," balasnya.

Lantas Khanza tersenyum lebar, "Yeay! Kita satu regu Raffa!" serunya senang.

Adiba semakin menampilkan wajah kesalnya, "Ish masa cuma gue yang gak seregu sama kalian! Mana Alvan sama si Bella lagi!" serunya sebal.

"Udahlah terimain Dib," sahut Evan.

"Gue bisa terima kalo Alvan gak seregu sama si Bella!" balas Adiba kesal.

Alvan hanya menggeleng pelan mendengar gerutuan-gerutuan kekasihnya itu.

🌱

Raffa tahu, sejak awal berangkat camping ia memang mempunyai 2 tanggung jawab. Selain Khanza, ada gadis lain yang menjadi tanggung jawabnya. Walau ia tampak acuh, tetap saja ia memperhatikan gerak-gerik gadis itu.

"Raffa jalan duluan bawa senter, terus Khanza, Vio, Sarah, Hana, Tiara, gue, Ari, Geri, Rian," ucap Evan menjelaskan posisi jalan.

Rian menatap Evan tidak terima, "Apaan?! Gue gak mau di belakang!" tolaknya langsung.

"Elah lebay lo!" sahut Evan.

"Yaudah lo aja yang paling belakang Van?" tawar Rian, Evan langsung tersenyum lebar dan menggeleng.

"Gue," seorang gadis berhoodie hitam itu membuka suara.

Ia malas mendengar perdebatan yang sama sekali tidak penting.

"Kak Sarah mau di belakang? Gak usah kak, kakak sama aku sama kak Vio aja, sama Raffa juga. Masa cewe di belakang sih?" sahut Khanza.

"Gini aja deh jalannya berdua-berdua. Aku sama kak Vio di belakang Raffa, terus dilanjut sama kak Sarah dan Hana. Tiara sama Evan sampingan jalannya, Ari sama Geri dan Ri--."

"Tetep aja gue sendiri Khanza imut!" gemas Rian pada Khanza.

Lantas ia tertawa pelan.

"Yaudah-yaudah atur posi--."

"Kapan jalannya btw?" celetuk Geri membuat Khanza menepuk dahinya pelan.

"Yaudahlah variabel aja. Siapa yang di belakang berarti harus terima," putus Khanza seolah di sini ia adalah ketuanya.

"Raffa jalan," suruhnya dengan santai.

Raffa mulai berjalan memasuki hutan, mengikuti arah yang sudah disiapkan panitia. Ia menyenter ke arah depan, sesekali ia senterkan ke belakang untuk memeriksa anggotanya.

"Semua masih amankan?" tanya Khanza, entahlah di sini Khanza yang aktif berbicara bukan Raffa yang notabenya ketua regu.

"Aman Za," sahut Tiara.

"Cuma nih trio kadut kelas lo rese banget!" lanjutnya.

"Emang Ra mereka gitu, doain aja biar ada yang nempelin," sahut Hana santai.

"Hus! Jangan ngomong gitu lo!" seru Geri tidak terima.

"Lagian gue bukan rese ya, gue cuma ganggu si Tiara sama si Evan aja," ucap Ari membela dirinya sendiri.

"Ya itu namanya rese bego!" seru Evan tak suka.

Memang sedari tadi Ari, Geri dan Rian terus saja mengganggu Evan yang sedang merangkul Tiara.

"Udah kok pada ribut sih?" lerai Khanza.

"Kak Vio baik ajakan?" tanya Khanza pada Vio, gadis itu mengangguk lalu tersenyum kecil melihat sebelah tangan Raffa yang ternyata mengenggam erat tangan mungil Khanza.

"Kak Sarah juga baikan?" tanya Khanza pada Sarah.

"Hm."

Semua kembali diam dan melanjutkan langkahnya agar bisa cepat-cepat keluar dari hutan ini.

"Aws!" pekik Sarah saat ia terkelincir.

Hana yang berada di sampingnya langsung membantu Sarah untuk bangun.

"Lo gapapa kak?" tanyanya langsung, Sarah hanya menggeleng.

Khanza menatapnya khawatir, "Kak Sarah beneran gapapa? Kakinya sakit gak? Perlu Raffa gendong gak?" pertanyaan Khanza terlontar begitu saja membuat Vio mengerutkan keningnya.

Ada Evan, Ari, Geri dan Rian kenapa Khanza menyarankan Raffa yang menggendong gadis Elsa ini?

Ya, Sarah adalah nama asli gadis dingin dengan julukan Elsa.

"Kayanya kaki kak El--maksudnya kak Sarah keseleo deh," ucap Tiara saat tak sengaja melihat Sarah meringis.

Wow. Hampir saja ia memekik saat melihat ekspresi lain selain ekspresi datar, dingin dan tajam milik Sarah. Jika ia membawa handphone sudah dipastikan ia akan mengabadikan ekspresi Sarah itu.

"Tuhkan, kakak digendong Raffa aja ya? Dia udah besar kok, udah bisa gendong kakak," ucap Khanza membuat Evan memutar mata malas.

"Semua juga tau si Raffa udah gede," cibirnya.

Tanpa pedulikan Evan, Khanza langsung menyuruh Raffa untuk mendekati Sarah.

Setelah memberikan senter itu pada Khanza, akhirnya Raffa pun berjongkok di depan Sarah. Baru saja Sarah ingin naik ke punggungnya, Vio melarangnya.

"Gak boleh! Raffa gak boleh gendong dia! Lagian kenapa harus Raffa sih? Kan masih ada Ari, Rian, Geri atau Evan, kenapa harus Raffa yang gendong?!" tanyanya marah.

"Raffa denger ya, kamu masih pacar aku. Aku ada hak buat larang kamu dan aku gak mau kamu gendong dia!" ucapnya seraya menunjuk Sarah.

Kini Khanza, Evan, Tiara, Hana, Ari, Rian dan Geri diam menatap Raffa juga Vio secara bergantian.

"Kak jang--."

"Apa lo mau ngomong apa?! Gue muak ya sama lo! Jangan lo pikir gue gak sakit hati liat lo lebih deket sama Raffa dibanding Raffa deket sama gue. Jangan lo pikir gue gak cemburu saat Raffa nurutin semua ucapan lo sedangkan ucapan gue sama sekali gak dia denger," serobot Vio mengeluarkan isi hatinya.

"Ini tengah hutan woi," ucap Rian berharap Vio tidak lagi berbicara.

"Gue gak peduli! Gue udah cape ya, disaat gue nunggu kabar dari Raffa tapi Raffa malah berduaan sama Khanza. Gue tau mereka sahabatan tapi apa gak bisa Raffa luangin waktunya buat gue?! Dan lo Khanza, gue bener-bener muak sama kelakuan lo. Harusnya lo sadar diri, Raffa bukan lagi Raffa sahabat lo yang gak punya pacar. Raffa udah punya pacar dan Raffa juga punya tanggung jawab selain lo dan itu gue! Raffa gak selalu biasa memprioritaskan lo karna gue juga mau jadi prioritas Raffa."

"Sekarang setelah apa yang lo lakuin dengan gampangnya lo nyuruh Raffa buat gendong cewe bisu ini? Gue gak terima! Gue ngelarang Raffa buat ngikutin ucapan lo! Gue pacarnya Raffa dan udah seharusnya derajat gue lebih tinggi dari lo yang cuma sahabat Raffa!" seru Vio, Khanza menatap Vio dengan tidak percaya.

Matanya berkaca-kaca, Hana langsung saja mengusap bahu Khanza lembut. Karena sudah beberapa bulan satu kelas dengan Khanza ia sedikitnya tahu bahwa Khanza tidak bisa di bentak.

"Raffa aku gak izinin kamu buat gendong dia!" ucap final Vio.

🌱

Gimana ini? Akhirnya vio keluarin semua unek-uneknya.

Pengen dikomenin pokonya.

29nov20

Continue Reading

You'll Also Like

2.9M 169K 41
DILARANG PLAGIAT, IDE ITU MAHAL!!! "gue transmigrasi karena jatuh dari tangga!!?" Nora Karalyn , Gadis SMA yang memiliki sifat yang berubah ubah, kad...
5.6M 376K 68
#FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA⚠️ Kisah Arthur Renaldi Agatha sang malaikat berkedok iblis, Raja legendaris dalam mitologi Britania Raya. Berawal dari t...
6.2M 264K 58
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...
909K 89.1K 49
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...