RAFFA (END)

Door inivaa

3.5M 297K 23.9K

LINK UNTUK PEMESANAN NOVEL RAFFA ADA DI BIO!! . . Semua orang tahu sedingin apa sifatnya, sedatar apa wajahny... Meer

Prolog
Ke - 1
Ke - 3
Ke - 4
Ke - 5
Ke - 6
Ke - 7
Ke - 8
Ke - 9
Ke - 10
Ke - 11
Ke - 12
Ke - 13
Ke - 14
Ke - 15
Ke - 16
Ke - 17
Ke - 18
Ke - 19
Ke - 20
Visual 1
Visual 2
Bantu follow yuk
Ke - 21
Ke - 22
Ke - 23
Ke - 24
Ke - 25
Ke - 26
Ke - 27
new!!
Ke - 28
Ke - 29
Ke - 30
Ke - 31
Ke - 32
Ke - 33
Ke - 34
Ke - 35
Ke - 36
Ke - 37
Ke - 38
Ke - 39
Ke - 40
Ke - 41
Ke - 42
Ke - 43
Ke - 44
Ke - 45
Ke - 46
Ke - 47
Ke - 48
Ke - 49
Ke - 50
Ke - 51
Ke - 52
Epilog
Extra part!
KABAR BAIK!!!
INFO TERBIT!!
VOTE COVER dan INFO PRE ORDER!!
PRE ORDER

Ke - 2

126K 9.8K 2.2K
Door inivaa

Semoga suka yaa:)

🌱

- Kekasih Raffa -

Pagi ini, Khanza dan Adiba santai-santai saja disaat hampir semua teman kelasnya sibuk saling menyalin jawaban dari PR yang diberikan Pak Makmun 2 hari lalu.

Alasan Khanza dan Adiba bisa santai tentu saja karena tugasnya sudah diselesaikan oleh 2 lelaki dingin itu. Memang hanya mereka berdua perempuan yang berani memberi perintah pada keduanya. Dan dengan pasrahnya, kedua lelaki itu menuruti. Bukan apa, Alvan hanya tidak ingin repot-repot membujuk Adiba yang marah nantinya. Sedangkan Raffa, ia sudah terbiasa dengan segala perintah Khanza.

Apa yang Khanza ucapkan akan ia lakukan, sekali pun Khanza meminta untuk Raffa pergi dari hidupnya. Akan Raffa lakukan jika memang itu keinginan Khanza, karena jika Raffa sendiri tentu saja ia tidak akan pernah meminta Khanza untuk pergi. Dan setelah hampir seumur hidupnya ia bersama Khanza, Raffa menjadi yakin bahwa Khanza tidak akan meminta Raffa untuk pergi. Raffa sudah seyakin itu.

"Woi! Pak Makmun udah whatsapp gue, katanya tugasnya harus cepet di ke ruang guruin!" seru Ken sang ketua kelas.

"Belom anjir Ken!" sahut Shopi gadis yang kini sedang menyalin tugas milik Dila.

"Gak usah sok aktif bangsat Ken!" seru Ari yang ada di pojokan kelas.

Khanza dan Adiba hanya menggeleng seraya tertawa pelan melihat kegaduhan kelasnya. Untung saja Pak Makmun tidak masuk kelas hanya meminta tugasnya saja. Bisa dipastikan jika Pak Makmun masuk kelas dan melihat kelas gaduh seperti ini, yang kena itu semua.

🌱

Berbeda dengan kelas X-IPA1, kelas Raffa—X-IPA2 jauh lebih tenang dan tentram.

Di depan kelas ada Bu Imel yang sedang menulis berbagai rumus di papan tulis. Tiga baris dari bangku depan, semua tampak menyatat apa yang Bu Imel tulis. Dua baris ke belakangnya sibuk dengan kegiatan masing-masing.

Pojok kanan terdapat beberapa lelaki yang sudah menundukan kepalanya dengan handphone miring, mabar. Di tengah-tengah terdapat beberapa gadis yang sedang mengobrol dengan suara pelan. Dan di pojok kiri terdapat Edo dan Evan yang sama sedang mabar, sedangkan Alvan dan Raffa memilih untuk tidur.

Alvan yang duduk di samping Edo itu tampak menaruh buku paket dengan posisi berdiri dan ia tertidur di balik buku itu. Raffa yang duduk di samping Evan itu tampak santai menidurkan kepalanya di atas tas yang hanya diisi dengan satu buku.

Bukannya Bu Imel tidak tahu apa yang dilakukan oleh murid-murid yang ia ajar itu. Ia sudah tahu bahwa beberapa murid di belakang sana tidak mencatat apa yang ia suruh. Bu Imel hanya menunggu waktu yang tepat untuk menegurnya. Dan inilah saatnya.

Brak.

Semua yang sibuk pada kegiatan masing-masing itu langsung buru-buru bergerak seolah ia memang menulis. Tapi tidak dengan Raffa, Alvan, Edo dan Evan yang masih asik pada dunianya sendiri. Wajar jika Raffa dan Alvan tidak mendengar gebrakan papan tulis itu karena keduanya tertidur. Namun, Edo dan Evan yang membuat banyak mata meliriknya.

"Sssttt Do, kanan lo bego cepet!" bisik Evan.

"Iya anjing bentar, lo bantu gue coba!" balas Edo tak kalah berbisik.

"RAFFA AFIAN! EDO BAGAS! EVAN HADI! ALVANDRA PUTRA! KELUAR DARI KELAS SAYA SEKARANG!" bentaknya dengan sangat kencang membuat Edo dan Evan terkejut bukan main.

Melihat kilatan amarah di mata Bu Imel, buru-buru Edo dan Evan menarik teman sebangkunya membuat Alvan dan Raffa terkejut karena tiba-tiba tertarik.

Tepat beberapa langkah di depan kelas, Raffa langsung menghempaskan tangan Evan yang masih memegang lengannya.

"Wes! Santuy-santuy," ucap Evan dengan cengiran khasnya.

Raffa menatap Evan tidak suka. Selain ia kesal dengan Evan yang mengganggu tidurnya sehingga kepalanya terasa berat karena gerakan tiba-tiba tadi, Evan malah ke enakan memegang lengannya.

"Kantinlah kuy!" ajak Edo lalu memasukan handphone ke dalam saku celana abunya.

Tanpa menjawab, Raffa berjalan mendahului ketiganya membuat Evan mendengus kesal.

"Kalo bukan temen udah gue santet tuh orang," gumam Evan membuat Edo menatapnya ngeri.

"Santet? Lo suka sama si Raffa Van?"

Duk.

"Gue normal malih!"

Edo hanya meringis saat Evan menjitak kepalanya. Alvan pun tanpa pedulikan keduanya memilih berjalan menyusul Raffa.

🌱

"Van kenal Chintiya gak? Anak sebelas IPS 2?" tanya Edo disela-sela makannya.

Evan menatap Edo sekilas, lalu menggerakan matanya berpikir.

"Yang imut-imut gitu gak sih? Yang rambutnya panjang?" tanya balik Evan.

"Nah bener banget! Gue deket sama dia anjing!" seru Edo memulai sesi curhat.

"Bukannya pacar dia itu ya si, siapa sih namanya? Yang lulusan kemaren bukan sih?" tanya Evan dan Edo mengangguk sekilas.

"Biasa mereka lagi ada problem, kesempatan gue buat deket sama dia. Pas gue chat eh responnya baik banget dong," cerita Edo, Evan hanya mengangguk paham.

"Eh Van kata si Tiara lo deket sama dia ya?" tanya Edo lagi.

"Lho kok si Tiara bilang sama lo?" tanya balik Evan bingung.

"Ya iya, gue lumayam deket sama si Tiara," balas Edo seadanya, Evan pun tak masalah dengan itu.

"Iya, gue deket sama dia. Baru beberapa hari terakhir sih," sahut Evan.

"Tiara manja banget gila, dikit-dikit minta anter. Gak bisa tidur minta temenin, gue telat bales chatnya lima menit marahnya lima jam. Pusing gue lama-lama," cerita Evan membuat Edo tertawa pelan.

"Mampus, makanya gue gak lanjut sama dia. Cukup deket biasa aja deh, daripada gue ribet nantinya," sahut Edo.

"Mendingan si Thalita gak sih Do?" tanya Evan.

"Thalita? Dua belas IPA itu? Mantan osiskan?" tanya Edo dan Evan mengangguk.

"Ya iyalah bego! Thalita kemana-mana anjir!"

"Eh tapi si Tasya juga mayan deh Van," lanjut Edo membuat Evan manggut-manggut.

"Minta nomor whatsapp mereka coba Do," pinta Evan.

"Bukannya lo ada?"

"Kontak cewe dihapus bangsat sama si Tiara kemaren malem!" seru Evan sedikit kesal, lantas Edo tertawa kencang mendengarnya.

"Lagian lo fucek boy!" ledek Edo.

"Ngatain diri sendiri lo?!"

Baru saja Edo ingin membalas, suara lembut seorang gadis menghentikannya.

"Raffa?" panggil gadis itu.

"Kenapa ada di sini? Bolos apa gimana?" tanyanya langsung.

Raffa hanya diam saja tanpa menjawab, ia lebih memilih memainkan handphonenya.

"Ini Vi, biasalah cowo," sahut Evan karena tidak enak pada gadis itu.

Viony Raveera. Si suara emas kebanggaan sekolah. Selain suaranya yang bagus, penampilannya pun sangat bagus dan modis. Mulai dari ujung kepala hingga ujung kaki harganya sangat mahal. Rambut hitam panjang, kulit putih dengan tubuh yang body goals menjadi kebanggaannya yang membuat ia percaya diri untuk bersanding dengan Raffa. Wajahnya tampak lebih dewasa dibandingkan dengan Khanza dan Adiba.

Viony atau yang lebih sering di sapa Vio ini adalah siswi tingkat akhir. Keberadaannya di sekolah tinggal menghitung bulan saja. Maka dari itu ia selalu ingin berada dalam ruang lingkup Raffa, kekasihnya. Walau masih sering kalah telak dengan Khanza yang berstatus sahabat Raffa.

"Istirahat bareng aku ya Raf," ucap Vio sambil terus menatap Raffa yang masih fokus pada handphone.

Raffa menatap tajam Vio membuat Vio langsung menunduk takut. Tatapannya membuat Vio gugup dan takut.

"Hm."

Dalam nunduknya Vio tersenyum senang, ia sebisa mungkin tidak loncat kegirangan.

"Yaudah aku balik ke kelas ya?"

Tidak menjawab, Vio sudah biasa dengan itu. Ia pun langsung berbalik dan berjalan menuju kelasnya. Tepat di belokan, Vio bersorak senang.

"Jangan dingin-dinginlah Raf sama si Vio, kasian dia," ucap Evan yang langsung mendapat sahutan dari Edo.

"Iya, sama pacar sendiri lo gitu amat dah."

Raffa hanya mengangkat bahu acuh dan kembali membalas pesan Khanza.

🌱

Gimana? Kurang pakboi ga evan sama edo?

Jangan lupa vote dan comen.

19nov20

Ga verder met lezen

Dit interesseert je vast

690K 60.6K 39
Setelah kematian ibunya Rayanza yang tadinya remaja manja dan polos. Berubah menjadi sosok remaja mandiri yang mampu membiayayi setiap kebutuhan hidu...
1.8M 97.3K 55
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...
3.5M 280K 47
AGASKAR-ZEYA AFTER MARRIED [[teen romance rate 18+] ASKARAZEY •••••••••••• "Walaupun status kita nggak diungkap secara terang-terangan, tetep aja gue...
390K 19.9K 30
Menjadi istri antagonis tidaklah buruk bukan? Namun apa jadinya jika ternyata tubuh yang ia tepati adalah seorang perusak hubungan rumah tangga sese...