RAFFA (END)

By inivaa

3.5M 297K 23.9K

LINK UNTUK PEMESANAN NOVEL RAFFA ADA DI BIO!! . . Semua orang tahu sedingin apa sifatnya, sedatar apa wajahny... More

Prolog
Ke - 2
Ke - 3
Ke - 4
Ke - 5
Ke - 6
Ke - 7
Ke - 8
Ke - 9
Ke - 10
Ke - 11
Ke - 12
Ke - 13
Ke - 14
Ke - 15
Ke - 16
Ke - 17
Ke - 18
Ke - 19
Ke - 20
Visual 1
Visual 2
Bantu follow yuk
Ke - 21
Ke - 22
Ke - 23
Ke - 24
Ke - 25
Ke - 26
Ke - 27
new!!
Ke - 28
Ke - 29
Ke - 30
Ke - 31
Ke - 32
Ke - 33
Ke - 34
Ke - 35
Ke - 36
Ke - 37
Ke - 38
Ke - 39
Ke - 40
Ke - 41
Ke - 42
Ke - 43
Ke - 44
Ke - 45
Ke - 46
Ke - 47
Ke - 48
Ke - 49
Ke - 50
Ke - 51
Ke - 52
Epilog
Extra part!
KABAR BAIK!!!
INFO TERBIT!!
VOTE COVER dan INFO PRE ORDER!!
PRE ORDER

Ke - 1

163K 11.9K 912
By inivaa

Halo semoga suka ya sama cerita ini hehe:)

🌱

- Amara Abrianna Khanza -

Dinginnya udara malam menyatu dengan dinginya aura lelaki yang kini tengah duduk di bangku balkonnya. Jari telunjuk dan jari tengahnya mengampit benda panjang bernikotin. Sesekali ia mengisapnya lalu dihembuskannya asap itu ke udara. Kini, balkon yang awalnya sejuk mulai terkontaminasi oleh asap rokoknya.

Di atas sana awan tampak hitam legam, tidak ada bintang-bintang berhamburan. Bulanpun seakan enggan menampakan dirinya. Hanya ada gelam gulita juga sisa rintik-rintik air yang jatuh dari awan hitam itu.

Seakan semesta sedang merasakan apa yang ia rasa. Di dalam hidupnya yang gelap ini, ia ingin sekali menangis menumpahkan semua yang ia rasakan. Walau sudah berlalu rasa kesal, kecewa, sedih, benci itu masih ada dan terus menghantuinya. Ia tidak tahu lagi harus apa.

Klek.

Seorang gadis dengan celana bahan pendek berwarna coklat susu, juga atasan kaos santai berwarna biru langit. Rambutnya ia cepol asal membuat beberapa helainya berjatuhan, juga poni tipis yang setia menutupi keningnya.

Ia berjalan dengan riang mendekati lelaki yang sedang terdiam di balkon itu. Ia tahu apa yang terjadi padanya hingga kembali berdiam diri seperti itu. Karena itu jugalah ia ke sini.

"DAR!" serunya membuat lelaki itu terkejut.

"Untung gak punya riwayat sakit jantung aku!" ucapnya kesal, lalu mematikan rokok itu ke asbak.

"Lebay ih Raffa!" balasnya geli.

Iya, lelaki itu Raffa, lebih tepatnya Raffa Afian Aldelard. Sang idola sekolah, lelaki yang selalu diharapkan oleh banyak gadis di sekolahnya. Dingin, cuek, datar, kejam, tidak peduli sekitar, omongannya pun pedas. Namun, karena ketampanan yang di atas rata-rata membuat banyak gadis yang seolah lupa dengan sikapnya itu.

Sayang, Raffa kini sudah mempunyai kekasih.

Raffa terus memperhatikan gadis yang berdiri bersandar pada pagar balkonnya.

"Kenapa ke sini?" tanya Raffa.

Gadis itu menoleh lalu tersenyum lebar, "Ayah, Bunda lagi gak ada, terus aku laper. Mau bikin makanan tapi aku gak bisa, mau minta Kak Rey beliin makanan tapi gak enak soalnya ada temen-temennya. Mau beli makanan sendiri tapi males, lagian takut juga udah malem," jelasnya.

"Langsung ke intinya aja," balas Raffa dengan gemas, bahkan ia mengacak rambut gadis itu.

Gadis itu tampak tertawa pelan, "Pilih masakin makanan apa temenin beli makanan?" tanyanya.

Raffa menggelengkan kepalanya seraya tertawa.

"Pertanyaan kamu itu mirip gini nih. Kamu yang cium aku atau aku yang cium kamu?"

Gadis itu melebarkan matanya, "Apaan sih Raffa! Mesum! Siapa yang ngajarin?!" pekiknya.

Raffa tertawa, tawa yang tak pernah ia perlihatkan pada siapapun, kecuali gadisnya.

Raffa bisa menjadi dirinya sendiri jika sedang bersama gadisnya ini. Raffa tersenyum, Raffa tertawa, Raffa merengek, Raffa ngambek, intinya Raffa akan mengeluarkan banyak ekspresi jika sedang bersama gadisnya. Bahkan Raffa selalu lupa diri, di tempat umum pun jika ia bersama gadisnya maka tidak ada Raffa yang datar dan menyeramkan.

"Ish Raffa! Udah deh mending anterin aku beli makanan yuk ke depan!" ajaknya.

Raffa mengangguk kecil, "Ganti baju!" suruhnya tegas.

Gadis itu mengecurutkan bibirnya sebal, Raffa selalu seperti itu. Memang apa salahnya memakai celana pendek keluar rumah? Toh ia dari rumahnya ke rumah Raffa jugakan harus keluar rumah dulu.

"Kenapa emangnya?" tanyanya menantang.

"Ganti Ca," suruh Raffa lagi.

"Ya emang kenapa? Kasih aku kejelasan sejelas-jelasnya baru aku bakal ganti."

Raffa menghembuskan nafasnya pelan, "Aku gak suka ada cowo yang liat kamu pake celana itu. Sadar gak? Celananya ngundang banyak mata liatin kamu."

"Terus maksudnya Raffa doang gitu yang boleh liat aku pake celana pendek hah?!" sahutnya langsung.

Ia sebal pada Raffa sekarang. Niatnyakan ingin menghibur Raffa kenapa Raffa membuatnya kesal?

Raffa menyeringai jahil, "Itu tau."

"Ish! Raffa kok mulai serem sih sekarang? Pasti diajarin Edo sama Evan ya gitu? Raffa mikirnya gak boleh kemana-mana, dosa Raffa dosa!" ucap gadis itu panjang.

Raffa yang tidak kuat dengan wajah gemas gadisnya itupum langsung mengacak gemas rambutnya lalu mencubit kedua pipi chubby itu.

"Ish sakit!"

"Abis gemesin, anak siapa sih?" tanya Raffa, gadis itu hanya mendengus kesal.

🌱

Setelah perdebatan panjang dan Raffa yang tidak henti-hentinya menjahili gadis mungil ini. Akhirnya mereka sampai di depan komplek yang ramai oleh penjual kaki lima.

"Khanza!" panggil seorang gadis berambut panjang, lalu melambaikan tangannya.

Amara Abrianna Khanza, nama gadis yang sedari tadi Raffa jahili. Raffa memang tidak pernah bosan menjahili Khanza. Wajah kesal Khanza sudah menjadi candunya sejak kecil.

"Adiba!" balas Khanza lalu menarik tangan Raffa untuk menghampiri sepasang kekasih itu.

Kini Khanza dan Raffa sudah berada di hadapan Adiba dan Alvan.

Adiba Kirana gadis cantik dengan rambut panjangnya. Gadis yang tahan dengan sikap pendiam Alvan hampir setengah tahun ini. Iya, Adiba yang notabenya sahabat Khanza itu adalah kekasih seorang Alvandra.

"Lagi ngapain lo di sini?" tanya Adiba membuat Khanza berdecak sebal.

"Harusnya gue yang nanya onyon! Lo berdua ngapain ada di sini?" tanya Khanza lalu menatap Adiba dan Alvan bergantian.

"Alvan nih manja pengen ditemenin beli makanan. Berhubung makanan sini enak-enak yaudah gue ajak ke sini aja dia," penjelasan Adiba sukses membuat Alvan menatapnya sebal.

"Kebalik," ralat Alvan.

Mendengar itu, Khanza dan Adiba hanya tertawa pelan. Tapi tidak dengan dua manusia yang saling kenal namun saling diam itu. Siapa lagi kalo bukan Raffa dan Alvan.

"Lo sendiri ngapain?" tanya Adiba penasaran karena ia melihat celana yang dipakai Khanza adalah calana trening yang kebesaran.

"Mana pake celana kegedean gitu lagi, kek badut sumpah!" lanjut Adiba.

Khanza langsung mendengus kasar, ia melebarkan kakinya.

"Iyakan gue jadi kaya badut gini? Anehkan Dib aneh?!" tanya Khanza langsung.

"Iya bego. Khanza pake celana lo Raf?" balas Adiba lalu, bertanya pada Raffa.

Raffa tidak menjawab, ia hanya berdehem mengiyakan.

"Oke lupain masalah celana! Jadi tujuan lo di sini ngapain Za?" tanya Adiba lagi.

"Ah ini gue laper pengen beli makanan. Lo juga mau beli makanankan? Gimana kalo bareng?! Skuy!" ajak Khanza lalu mengait lengan Adiba yang lebih tinggi darinya dan berjalan meninggalkan 2 lelaki yang sedari tadi diam.

Raffa menatap Khanza tidak percaya, sekarang ia mulai berpikir. Apa jangan-jangan Khanza sengaja mengabari Adiba agar mereka bisa bersama seperti itu? Pikirnya.

"Ikutin aja," ucap Alvan pada temannya itu.

Raffa hanya mengangguk lalu berjalan di samping Alvan mengikuti Khanza dan Adiba.

Tak terasa 30 menit berlalu. Khanza dan Adiba sudah menghabiskan beberapa macam makanan. Dan semua itu di bayar oleh pasangan masing-masing. Kini Khanza sudah terduduk di salah satu bangku, begitupun dengan Adiba. Sedangkan para lelaki yang berdiri menatap gadis-gadisnya dengan jengah.

"Za, udah ngerjain PR belum lo?" tanya Adiba.

"Belum paling nanti dikerjain sama Raffa," sahut Khanza membuat Raffa menatapnya sebal.

Adiba tertawa pelan, hanya Khanza memang yang berani menyuruh Raffa, berani merepotkan Raffa. Walau begitu, hanya Khanza juga yang bisa membuat Raffa mengeluarkan ekspresi.

"Mampus Raf, asal lo tau PR nya banyak banget gila! Lo taukan gimana gak warasnya Pak Makmun?" ucap Adiba pada Raffa, ia tahu Raffa tidak akan menjawab ucapannya.

"Gue juga deh Alvan aja yang ngerjain. Kamu mau ya sayang?" ucap Adiba lalu bertanya pada Alvan dengan wajah melasnya.

Alvan menatapnya, "Ayo pulang," ajak Alvan, Adiba mengangguk lalu bangkit.

"Gue pulang deh Za, Raf, duluan ya?" pamit Adiba.

"Duluan," pamit Alvan.

Khanza mengangguk semangat dan Raffa hanya diam. Lalu ia menjatuhkan dirinya di bangku yang tadi diduduki Adiba.

"Pinter ya ngomongnya," ucap Raffa seraya menjawil hidung Khanza.

Khanza hanya tertawa pelan lalu mengajak Raffa untuk pulang. Setidaknya Raffa kini lupa perihal apa yang ia pikirkan tadi.

🌱

Gimana?

Jangan lupa vote dan comen.

17nov20

Continue Reading

You'll Also Like

1.8M 87.3K 60
LO PLAGIAT GUE SANTET 🚫 "Kita emang nggak pernah kenal, tapi kehidupan yang Lo kasih ke gue sangat berarti neyra Gea denandra ' ~zea~ _____________...
2.1M 114K 53
"Lihat saudaramu yang lain! Mereka berprestasi! Tidak buat onar! Membanggakan orang tua!" Baginya yang terbiasa dibandingkan dengan saudara sendiri...
465K 47.2K 47
Rasa sakit menjadi alarm atau penanda bagi kita bahwa tubuh sedang tidak baik-baik saja. Ia memberikan sinyal kepada kita untuk lebih peduli atau mul...
336K 17.7K 28
Menjadi istri antagonis tidaklah buruk bukan? Namun apa jadinya jika ternyata tubuh yang ia tepati adalah seorang perusak hubungan rumah tangga sese...