Dua hari sejak operasi waktu itu, Seungwoo masih belum sadar sampai sekarang.
Bikin Eunbi selalu was-was, takut kalau Seungwoo gak akan bangun lagi, dan Eunbi gak akan bisa ngucapin permintaan maafnya ke Seungwoo.
Maka dari itu, selama ini Eunbi tidak pernah sedetikpun berpikir untuk melangkahkan kakinya keluar dari ruang rawat Seungwoo.
Beruntung karena keluarga Seungwoo mengijinkan, dia juga bersyukur karena selama dua hari terakhir Yena juga terus menemaninya.
Kalau Yena harus pulang, maka Chaeyeon yang menggantikannya.
Kedua adik Seungwoo itu benar-benar masih bersikap sangat baik dengannya, bahkan setelah apa yang sudah Eunbi lakukan pada Seungwoo.
"Bi ..."
Suara itu membuat Eunbi tersadar dari lamunannya.
Lalu matanya terbelalak saat melihat Seungwoo sudah membuka matanya, meski masih belum sepenuhnya.
"Kak, kakak sudah sadar? Sebentar ya kak, aku panggil dokter dulu," setelahnya Eunbi sudah akan pergi untuk memanggil dokter, sebelum tangan Seungwoo menahannya.
"Ja-jangan. Ja-ngan pergi, Bi. Jangan pergi lagi. Ka-kak gak bisa kehilangan kamu," Eunbi menitihkan air matanya mendengar perkataan Seungwoo barusan.
Bahkan disaat kesadaran Seungwoo masih belum terkumpul sepenuhnya, dia tetap berusaha untuk mempertahankan Eunbi di sisinya.
Eunbi tidak menjawab, dia lalu melepas tangan Seungwoo yang memegang lengannya pelan dan berjalan keluar untuk memanggil dokter dengan air mata yang meleleh membasahi pipinya.
"Loh, kak Eunbi kenapa nangis?" kebetulan pas keluar dari ruang rawat Seungwoo, Eunbi ketemu sama Yena yang baru aja balik dari kantin rumah sakit buat beli minum.
"Kak Seungwoo ... Kak Seungwoo udah sadar, Na ..."
"Kak Eunbi serius??" Yena ikut seneng dengernya.
Dan Eunbi ngangguk, terus bilang "Kamu temenin kak Seungwoo ya, biar kakak yang panggil dokternya,"
"Eh tapi kan ada bel buat ... Kak Eunbi!"
Yena memanggil namanya saat Eunbi sudah berjalan cepat menjauhi kamar Seungwoo, membuat Yena melangkahkan kakinya mengikuti Eunbi.
Yena mengejar Eunbi, "Kak, tunggu ..."
"Maaf Na, tapi kakak harus ..."
"Kakak mau pergi kan? Memang gak bisa kakak ada di samping bang Seungwoo satu hari lagi aja? Aku yakin bang Seungwoo pasti nyariin kakak setelah sepenuhnya sadar,"
"Na ..." Eunbi tercekat waktu mau ngomong sesuatu, bikin Yena terus meluk Eunbi.
"Kak Eunbi sama Abang kenapa sih harus pisah kalau kalian masih saling cinta?" Yena mengatakannya, karena dia tahu itu lebih dari siapapun.
Karena tidak mungkin Eunbi dengan setia merawat Seungwoo dua hari ini kalau sudah gak cinta.
"Ada hal yang lebih penting dari sebuah hubungan selain cinta, Na ..." akhirnya Eunbi bisa mengatakan nya, membuat Yena mengurai pelukannya.
"Apa kak?"
"Restu orang tua," Yena mengernyit mendengar penuturan Eunbi.
Apa orang tua Eunbi tidak memberikan restu lagi pada abangnya?
Kenapa? Apalagi alasannya kali ini?
Setelah, Seungwoo sudah mapan, sudah meninggalkan dunia musiknya juga, lalu apalagi? Orang tua Eunbi mau apalagi dari abangnya?
Tidak cukup apa pengorbanan Seungwoo selama ini untuk putri mereka?
"Tapi kak ..."
"Dalam hubungan yang serius, itu sangat dibutuhkan Na ... Dan sayangnya kamu tahu, hubungan kakak dan Abang kamu tidak pernah main-main. Kami selalu membayangkan bagaimana kehidupan kami setelah menikah nanti. Itu sebabnya, kakak gak bisa sama bang Seungwoo lagi," setelah Eunbi mengatakan itu, dia segera berjalan cepat untuk menjauh dari Yena, sebelum gadis itu berhasil menahannya lagi.
*****
"Hei Na! Bengong aja?? Kesambet setan rumah sakit baru tahu rasa!!" Hangyul datang, mengejutkan Yena yang sedang asyik melamun di kantin rumah sakit.
Dan Yena makin pusing setelah tahu kalau Hangyul datangnya gak sendiri. Tapi dia bawa pasukan.
"Kalian ngapain sih kesini?!" tanyanya dengan nada tidak suka yang kentara, ke Jihoon, Mark, Lucas, Hyewon sama Sihyeon yang berdiri tepat di depannya.
"Lah kan kita mau jengukin bang Seungwoo Na ... Emang gak boleh?" Sihyeon langsung ngambil duduk di seberang Yena.
"Ya tapi ini kantin rumah sakit, bukan ruang rawat bang Seungwoo. Kalau mau jengukin itu ke kamarnya, bukan kesini,"
"Maunya juga gitu kali Na ... Tapi ketenaran Abang Lo itu masih belum pudar rupanya. Banyak banget yang jenguk, makanya kita jadi harus ngantri," Giliran Hyewon yang buka suaranya, kali ini dia duduk di sebelah Yena.
"Masih ada siapa emang? Perasaan terakhir gue lihat, cuma ada Mamih sama Aa' di kamarnya Abang,"
"Itu, temen-temennya musik dulu. Victim ya kalau gak salah namanya??"
"Victon Bule! Victon!"
"Yaelah Cas, namanya juga typo. Wajarin aja napa!"
"Halah! Bilang aja Lo sengaja! Biasanya kan Lo gitu, suka melesetin nama seenaknya," Mark sama Lucas jadi ribut, sama hal yang menurut Yena gak penting banget buat diributin.
Bikin Yena kepalanya tambah pusing.
"Lo kenapa Na? Sakit?" tanya Jihoon, pas ngelihat Yena megangin kepalanya. Memang cuma Jihoon doang yang peka sama keadaannya.
"Gak papa Hoon, cuma sedikit pusing aja" kata Yena ke Jihoon yang udah duduk di samping kirinya.
"Mikirin bang Seungwoo?" ya itu salah satunya, tapi Yena gak mau cerita itu ke Jihoon, karena ini bukan hanya menyangkut soal dia.
Hyewon udah mau nimbrung ke pembicaraan Yena sama Jihoon sebelum dia kaget karena Yohan tiba-tiba narik tangannya Hyewon buat ikut sama dia.
"Eh eh Han, Lo mau bawa Hyewon kemana??" itu Sihyeon yang teriak, bikin Yena jadi mengalihkan pandangan. Bingung sama sikap kembarannya itu akhir-akhir ini.
Itu menjadi salah satu hal yang menjadi beban pikiran Yena juga.
Sejak dua hari lalu, waktu Yohan ngilang tanpa kabar itu, sampai sekarang Yena masih gak tahu kembarannya kenapa. Karena Yohan setiap ditanya selalu menghindar.
Yena mau minta tolong anggota keluarganya juga gak bisa, karena seluruh keluarganya fokusnya lagi ke bang Seungwoo sepenuhnya.
"Lo ngerasa akhir-akhir ini Yohan agak aneh gak sih, Na?" itu Hangyul yang tanya, agak berbisik ke Yena, ngambil alih tempat Hyewon di sebelah Yena tadi.
Yena jadi tertarik sama pertanyaan Hangyul, "Lo merasa juga?"
"Iyalah, Woojin juga merasa Yohan aneh, karena selama dua hari ini, di kelas Yohan diem aja, gak banyak omong. Makanya dia tanya sama gue," nah kan. Beneran aneh kembarannya.
"Ikut gue yuk, gyul" Yena buru-buru narik Hangyul buat ikut sama dia, bikin Sihyeon lagi-lagi teriak, "Heh kalian kok pada pergi??"
*****
"Jadi Lo mau gue nyelidikin Yohan?"
Dan Yena ngangguk, "Iya, bisa kan Gyul?"
"Tapi gimana caranya Na? Kan gue gak sejurusan sama Yohan,"
"Ya minta tolong sama Woojin lah, Lo juga deket sama dia karena temen seclub taekwondo kan?"
Hangyul diam, gak merespon Yena, bikin Yena jadi mukul pelan lengan Hangyul, "Heh gimana dut?! Lo mau bantuin gue kan? Please, gue gak tahu mau minta bantuan sama siapa lagi, karena keluarga gue juga lagi sibuk sama Abang,"
"Kalau gue sih pasti bantu Lo Na ... Cuma ini si Woojin, itu anak pasti minta imbalan, kan dia tipe friend with benefit banget,"
"Kasih aja berapa maunya, nanti pasti gue bayar,"
Hangul mendengus, "Kalau Woojin imbalannya pasti bukan duit lah Na ..."
Oh iya ya, Woojin kan anak orang kaya. Jadi gak mungkin butuh duit.
"Terus?"
Lalu Hangyul menyebutkan sebuah nama, "Sohye,"
"Hah?" Yena gak paham sama maksud perkataan Hangyul barusan.
"Kalau Lo bisa bikin Woojin dekat sama Sohye, gue yakin Woojin pasti mau bantuin kita. Kan Woojin bucin banget tuh sama Sohye,"
Sebentar. Ini kayak ada yang aneh.
Feeling Yena mulai nggak enak.
"Maksud Lo, Sohye itu bukan Kim Sohye adik sepupunya kak Seungyoun kan?"
Sedang Hangyul ngangguk. Ngangguknya itu iya atau bukan?
"Iya, Sohye sepupunya bang Seungyoun"
Mampuslah udah.
Kenapa sih hidup Yena selalu berkaitan sama Seungyoun terus? Gak bisa apa sekali aja lepas gitu??
Yena bukan tenang, malah jadi kepikiran kalau begini.
*****
"Apaan sih Han?! Main narik-narik orang sembarangan!"
Hyewon melepaskan tangan Yohan dengan paksa saat mereka sudah berada jauh dari kantin rumah sakit.
Yohan melirik sekitar, beruntung mereka ada di taman rumah sakit sekarang.
Jadi pasti aman untuk dijadikan tempat bicara dengan Hyewon.
"Dua hari yang lalu, kamu ke rumah sakit ini kan? Untuk apa?" tanya Yohan, tiba-tiba. Bikin Hyewon jadi bingung.
"Maksudnya?"
"Udahlah Won, gak usah pura-pura. Aku udah tahu semuanya kok,"
"Tahu soal apa?" kening Hyewon mengkerut.
"Setiap hari selasa, kamu bolos kelas bukan untuk nganterin mama kamu check up, tapi buat periksa keadaan kamu sendiri kan?"
"Lo ngomong apaan sih Han?!"
Hyewon udah mau beranjak dari tempatnya, tapi Yohan menahannya. Kali ini, Yohan tidak akan membiarkan Hyewon kabur begitu saja.
Dia butuh penjelasan.
"Kamu, menemui dokter spesialis jantung kan? Choi Minho?"
Hyewon terkejut, darimana Yohan tahu soal itu?
"Lo ..."
"Dokter Minho, dia pamanku. Aku tahu kamu punya penyakit kelainan jantung," aku Yohan, to the point.
Hyewon mendengus, tapi Yohan justru semakin mendekati Hyewon.
"Kamu kenapa harus nutupin ini dari kita sih, Won? Kita sahabat kamu kan?"
"Lo ngomong apaan sih Han? Ngelantur Lo ya?!" sekali lagi, Hyewon masih mencoba mengelak.
Lalu dia beranjak dari tempatnya tapi Yohan mencekal tangan Hyewon.
"Lepasin!"
"Enggak, sebelum kamu bicara yang sebenarnya,"
Sebenarnya, Yohan sudah tahu penyakit Hyewon sekalipun gadis itu tidak mau cerita pada akhirnya.
Hanya saja, Yohan butuh mendengar pernyataan itu dari mulut Hyewon sendiri.
"Yohan!" bahkan bentakan Hyewon tidak berpengaruh untuk Yohan saat ini.
"Hyewon, please. Ceritain semuanya ke aku. Paling nggak, supaya aku bisa bantu kamu, Won"
"Kalau gue cerita, Lo yakin bisa bantuin gue? Termasuk, ngasih apapun yang gue mau?" Dan Yohan langsung mengangguk mengiyakan.
"Katakan. Apapun itu, aku akan berusaha untuk membantumu,"
"Oke, kalau gitu gue mau ..." Hyewon sengaja menggantungkan ucapannya. Memikirkan apa dia harus melakukan ini atau tidak.
"Hangyul,"
"Ha?" Yohan melebarkan bulatan matanya, antara terkejut dan bingung dengan perkataan Hyewon barusan.
"Gue mau Hangyul jadi pacar gue, Lo yakin bisa ngasih dia buat gue?"
Udah mulai konflik nih ... Terlalu cepat gak sih konfliknya? Hehe 😁
Surabaya, 22 Mei 2020.