RISTRETTO

Bởi Tiaralma

68.5K 6.1K 466

Bagi sebagian orang, mungkin meneguk Ristretto adalah hal yang patut dihindari lantaran kepekatan jenis kopi... Xem Thêm

RISTRETTO
Ristretto (01)
Ristretto (02)
Ristretto (03)
Ristretto (04)
Ristretto (05)
Ristretto (06)
Ristretto (07)
Ristretto (08)
Ristretto (09)
Ristretto (10)
Ristretto (11)
Ristretto (12)
Ristretto (13)
Ristretto (14)
Ristretto (15)
Ristretto (16)
Ristretto (17)
Ristretto (18)
Ristretto (19)
Ristretto (20)
Ristretto (21)
Ristretto (22)
Ristretto (23)
Ristretto (24)
Ristretto (25)
Ristretto (26)
Ristretto (27)
Ristretto (28)
Ristretto (29)
Ristretto (30)
Ristretto (31)
Ristretto (32)
Ristretto (33)
Ristretto (34)
Ristretto (35)
Ristretto (36)
Ristretto (37)
Ristretto (38)
Ristretto (39)
Ristretto (41)
Ristretto (42)
Ristretto (43)
Ristretto (44)
Ristretto (45)
Ristretto (46)
Ristretto (47)
Ristretto(48)
Ristretto (49)

Ristretto (40)

1.1K 141 6
Bởi Tiaralma

Jakarta, Indonesia~

'Tok tok

"Permisi pak.."

Gandha mendongak saat mendengar suara pintu yang diketuk bersamaan dengan derit pintu yang terbuka. Disana, tepatnya diambang pintu berdiri wanita cantik berjilbab maroon. Gadis cantik berusia 25 tahun yang sudah menjadi sekretarisnya selama 3 tahun terakhir.

"Ya Ayasha.."

"Anda memiliki tamu pak, tuan Hermawan dari Star Group."

Gandha mengernyit, "bukannya saya tidak ada jadwal apapun hari ini?"

Gadis cantik bernama Ayasha itu mengangguk takut mendengar nada tajam atasannya. Ia takut Gandha akan murka karena masalah-masalah sepele seperti beberapa bulan terakhir. Hal yang sangat jarang terjadi karena selama 3 tahun ini Gandha yang dikenalnya adalah pria baik dan kebapakan. Namun entahlah.. beberapa bulan ini atasannya itu berubah lebih tempramen dan mudah marah, mungkin hal ini disebabkan juga karena permasalahan keluarga yang tengah membelit keluarganya jadi Ayasha hanya bisa bersabar dan mencoba memahami atasannya itu saja.

"Ayasha," seru Gandha menyadarkan Ayasha dari lamunannya.

"Ah iya pak, maaf. Tuan Hermawan sebelumnya memang tidak membuat janji, beliau datang mendadak hari ini setelah perjalanan bisnis di Amerika satu tahun terakhir."

Gandha mengangguk membiarkan Ayasha keluar dan menutup pintu setelah mengijinkan pemimpin Star Group itu masuk menemuinya.

"Arga.." sapa pria tua berusia 50 tahun itu saat memasuki ruang kerja milik Gandha. Membuat sang empunya kantor hanya tersenyum tipis.

"Hermawan," gumamnya berdiri menjabat tangan koleganya itu.

Pria yang dipanggil Hermawan itu justru tertawa. "Apa-apaan kau ini, kenapa tiba-tiba memanggilku Hermawan?"

Gandha hanya tersenyum tipis. "Duduklah.".

Pria itu mengangguk. "Sedang sibuk?"

Gandha menggeleng, "hanya memeriksa beberapa berkas."

"Dimana istri mu, aku sudah lama tak melihatnya."

Gandha meletakkan pulpen yang dipegangnya kasar. "Aku tidak memiliki istri Andreas."

Pria bernama lengkap Andreas Hermawan itu mengernyit. "Apa maksud mu?"

Gandha menelan saliva nya kasar. "Naka meninggalkan ku beberapa minggu lalu."

"Benarkah?" Tanya Andreas tak percaya. Ayolah, semua pengusaha di Indonesia juga tau seperti apa Gandha dan juga istrinya. Pasangan suami-istri yang selalu sukses membuat semua orang iri karena kemesraannya.

"Apa yang terjadi? Maaf, tapi kita semua tau seperti apa keluarga kalian." Sambungnya.

Gandha mengendikkan bahunya acuh, "entah. Mereka membantah dan meninggalkan ku seorang diri."

Andreas tersenyum tipis, "yah.. mungkin Tuhan sedang menguji mu."

Gandha mengangguk. Sebab ia tak tau harus bersikap bagaimana. Entah Tuhan yang mengujinya atau dirinya sendiri lah yang tengah menguji keluarganya.

"Mau ke bar malam nanti?" Gandha mengernyit mendapati ajakan Andreas sebelum akhirnya mengangguk. Hal yang sukses membuat seorang Andreas Hermawan tertegun sesaat.

- ☕️ -

Lisse, Belanda~

"Terima kasih Arthur," ucap Naka tulus saat Arthur menjemputnya di bandara tadi lalu membawanya ke Lisse.

Arthur mengangguk lalu pamit undur diri setelah membukakan pintu ruang rawat Alicia. Naka tersenyum lembut saat pintu itu terbuka dari dalam dan memperlihatkan Sean yang berdiri memegang handle pintu, menyalaminya dan menyambut dengan senyum lebarnya.

"Mommy.." pekik Vanila berlari memeluk ibunya yang tentu saja diterima Naka dengan senang hati.

"Hai sayang, kamu apa kabar?" Tanya Naka mengecup kening putrinya lembut.

Vanila tersenyum lebar melepas pelukannya. "Baik, calon mantu Mommy ini jagain Ale dengan sangat baik."

"Syukurlah," ucap Naka tersenyum lega. Yah, harusnya memang ia tak perlu mengkhawatirkan Aleira karena sudah dipastikan Sean pasti akan sangat-sangat menjaga putri bungsunya itu dengan baik.

Vanila menepi dari posisinya saat Sean menarik tubuhnya, memberi ruang pada Naka untuk melangkah masuk dan menelisik lebih lagi ke dalam. Tanpa sadar, air mata sudah menggenang di pelupuk mata ibu tiga anak itu.

Disana, hanya berjarak kurang dari 3 meter di depannya tertidur seorang wanita muda yang sudah sangat dikenalnya. Putri kecilnya yang lain, putri yang membawanya kembali bernyawa setelah sempat kehilangan Aleira kala itu, Alicia. Disampingnya, tertidur pula putra semata wayangnya yang beberapa waktu lalu hidup layaknya robot tak bernyawa. Mereka berdua disana, anak sekaligus anak menantunya.

Naka tersentak saat merasakan seseorang memeluknya dari belakang dan kepala yang sudah bersandar di bahu kirinya.

"Mommy jangan nangis, nanti Ale dicincang sama kakak-kakak Ale. Mereka mikirnya Ale nakal ke Mommy nanti." Ucap Vanila yang sukses membuat Naka terkekeh gemas. Putri bungsunya itu ada-ada saja.

Naka berbalik membuat Vanila menegakkan tubuhnya. Apalagi saat Vanila melihat ibunya itu bersedekap sambil menggelengkan kepalanya, gadis 20 tahun tak memiliki pilihan lain selain memamerkan cengiran khasnya.

"Mereka baru tertidur mungkin tiga puluh menit yang lalu Aunty." Jelas Sean menghentikan tingkah konyol kekasihnya.

Naka menoleh menatap Sean yang saat ini juga menatapnya. "Kenapa kamu masih betah sama bocah satu ini?"

"Huh?" Sean mengernyit bingung.

"Oh sayang.. Sean ayolah. Aunty tau seberapa tampan dan kayanya dirimu. Jadi kenapa kamu masih bertahan bersama bocah manja satu ini."

Sean tersenyum, ia mengerti sekarang. Naka tengah menggoda putri bungsu yang juga kekasihnya itu.

"Apa Aunty berniat membantu ku jika aku ingin mencari wanita lain untuk aku jadikan istri?" Vanila mendelik mendengarnya.

"Tentu saja. Sebutkan saja kriteria seperti apa yang kau inginkan, akan ku carikan secepatnya." Kali ini Vanila tidak bisa menahan matanya yang sudah membulat penuh.

Sean dan Naka adalah kolaborasi sempurna untuk membuat Vanila kesal. Ah, harusnya ada Gandha. Jika pria tua paruh baya itu disini, Vanila pasti tidak kesulitan mendapatkan kawan.

Vanila tersentak dalam bungkamnya. Perasaan sesak kembali menghujani dadanya. Dia merindukan pria paruh baya yang sialnya membuatnya menangis itu. Sekuat apapun ia menyangkal, Vanila tidak pernah berhenti merindukan sosok ayahnya itu.

Pria yang selalu menyempatkan waktunya sekecil apapun untuk saling berkirim kabar dengannya dulu. Sosok ayah yang selalu jadi kebanggaan dan membuatnya nyaman. Vanila merindukan Gandha.

"Ehm.."

Suara deheman nan berat itu menarik kembali kesadaran Vanila. Dari sini ia bisa melihat jelas kakaknya yang sudah berdiri menatap ketiganya. Mungkin keributan kecil yang diciptakan kekasih dan ibunya itu membuat keduanya terbangun. Naka bahkan sudah berbalik dan melangkah mendekati putra pertamanya itu.

"Jangan merindukan apapun yang bisa membuatmu terluka sayang," bisik Sean mengecup pelipis Vanila.

"Anak durhaka hah!" Suara Naka yang menggema membuat keduanya menoleh ke depan dan terkikik setelahnya. Bagaimana tidak, Darren yang sudah berusia 23 tahun itu saat ini tengah ditarik daun telinganya bak anak SD nakal oleh ibunya.

"Bagaimana bisa kau menemukan istri mu, namun tak mengabari ku." Lagi-lagi suara Naka menggema di ruangan berukuran 7x5 meter ini.

"Awh.. Mom lepaskan. Oh Ya Tuhan.. kenapa aku harus dipermalukan di depan istri dan calon anak ku ini." Keluh Darren membuat Naka melepaskan tangannya dengan wajah tertekuk.

"Itu semua salah mu." Sahut Naka acuh.

Pandangan Naka akhirnya jatuh pada Alicia yang sudah berkaca-kaca menatapnya dari atas brankar disampingnya. Senyum Naka kembali terkembang saat mendapati peruh membuncit putrinya. Tangan yang sudah nampak tidak sekencang dulu itu bahkan bergerak dengan sendirinya mengusap lembut perut putrinya.

"Mommy.." rengek Alicia membuat Naka memeluk tubuh putrinya erat.

• ☕️ •

Đọc tiếp

Bạn Cũng Sẽ Thích

372K 29.2K 50
Irish ragu dengan apa yang ia lihat kali ini. Ia tidak minus. Seratus persen ia yakin pandangannya tidak bermasalah. Dia juga tidak punya kemampuan u...
389K 59.4K 31
Mili sangat membenci kondisi ini. Dikejar-kejar oleh Mamanya sendiri yang mau menjodohkannya. Bahkan, titah untuk menikah sebelum usia 24 tahun terus...
1.4M 111K 55
Meta memutuskan pulang kampung untuk menemani orang tua ketika mendengar bahwa sang adik harus merantau karena kuliahnya, namun seperti dugaannya, ke...
1M 50.6K 37
"Jalang sepertimu tidak pantas menjadi istriku, apalagi sampai melahirkan keturunanku!" Bella hanya menganggap angin lalu ucapan suaminya, ia sudah...