My Lovely Sister (S1) [COMPLE...

By hejitsmanda

451K 13.4K 774

#1 on Sister Tag (14-07-2020) #2 on SHS Tag (26-06-2020) #54 on Fiksi Remaja Tag (14-05-2018) #95 on Story Ta... More

Prolog
Part 1: Mom Wedding
Part 2 : New Family Member
Part 3 : The Worst Thing I've Ever Heard
Part 4 : WHAT?! HE'S IN MY SCHOOL?!
Part 5 : F(uck)irst Day At School
Part 6 : Good Things
Part 7 : He Comeback
Part 8 : Unnerved
Part 9 : Confused
Part 10 : Serious or pretend?
Part 11 : Panic Attack
Part 12 : Why you gotta be so rude?
Part 13 :The Bad Day (Part 1)
Part 14 : The Bad Day (Part 2)
Part 15 : Why you always make me angry with you?
PENTING!! BUTUH COMMENT KALIAN PARA READERS TERCINTA:)
Part 16 : Fainted again?
Part 17 : A Little Happiness?
Part 18 : What's Wrong With Me?
Part 19 : A Little Moment
Part 20 : Care About Her
Part 21 : Almost
Part 22 : Bad Feeling (Part 1)
Part 23 : Bad Feeling (Part 2)
Curhatan Author
Part 24 : The New Beginning
Part 25 : Worry Feeling (Part 1)
Part 26 : Worry Feeling (Part 2)
Part 27 : Rio Plan (Part 1)
Part 28 : Rio Plan (Part 2)
Part 29 : What Happen With Rio?
Part 30 : The Fragile Side of Giselle
Part 31 : The Mysterious Message
Part 32 : New Protector For Giselle
Part 33 : That Message Again?
Part 34 : Poison?
Part 35 : Revealed (Part 1)
Part 36 : Revealed (Part 2)
Part 37 : Revealed (Part 3)
Part 38 : The Memory (Part 1)
PENGUMUMAN!! PLEASE READ THIS CHAPTER!!
Part 39 : The Memory (Part 2)
Part 40 : The Investigation (Part 1)
Part 41 : The Investigation (Part 2)
Part 42 : The Investigation (Part 3)
Part 43 : The Investigation (Part 4)
Part 44 : Lead to The Truth
Part 45 : The Truth (Part 1)
Part 46 : The Truth (Part 2)
ANNOUNCEMENT!! Please dibaca!! Sangat penting
Part 47 : The Truth (Part 3)
Part 48 : The Truth (Part 4)
Part 49 : The Truth (Part 5)
Part 50 : The Truth (Part 6)

Epilog

10.4K 161 39
By hejitsmanda

Hari ini, suasana kantin kampus ramai seperti biasa. Banyak mahasiswa yang terlihat sedang menyantap makanannya sembari berbincang satu sama lain.

Diantara kerumunan mahasiswa itu, ada seorang gadis berambut panjang yang juga sedang menyantap makanannya sembari bercanda dengan teman-temannya.

"Eh Sell, jadi lo ga bisa ikut kita nih?" tanya Sania setelah menyesap kopi susu miliknya. Sania adalah sahabat baru Giselle yang suka sekali pergi ke cafe shop.

"Iya nih. Sorry banget ya guys. Next time deh, gue bakal ikut. Abis gue udah terlanjur janji mau pergi. Ga enak kalo tiba-tiba batalin gitu aja," jawab Giselle sambil menyeruput es jeruk kesukaannya.

"Oh gitu. Yaudah gapapa sih. Tapi, sebenernya lo pergi sama siapa sih? Tumben nih ga ngasih tau kita-kita," sahut Cecil—sahabat baru Giselle yang sangat bawel.

"Iya nih. Asli gue penasaran. Lo jalan sama siapa sih?" tanya Bianca—sahabat baru Giselle yang punya tingkat kekepoan yang sangat tinggi.

"Gue itu jalan sama-" Belum Giselle menyelesaikan ucapannya, seseorang tiba-tiba menghampirinya dan memanggil namanya.

"Sorry, Sell gue telat. Yuk, jalan sekarang aja biar ga kesorean," ucap seseorang itu yang membuat ketiga sahabat Giselle melotot hebat.

"Eh-Yaudah guys, gue duluan ya. Gue ada urusan sama dia. Bye, guys! See you tomorrow." Baru ingin bangkit, tangan Giselle kembali ditarik oleh Bianca. "Sell, lo kenal sama Mario Reynaldo, the most wanted boy di kampus ini?"

Karena ditanya demikian, Giselle mengangguk perlahan yang membuat ketiga sahabatnya semakin menatap Giselle tak percaya.

"Wah gila, Sell. Lo bisa kenal sama dia dari mana? Kan dia terkenal sebagai cowo yang ga bisa sembarangan dideketin. Keren banget lo bisa deket sama dia. Bahkan kalian jalan bareng, weh!" jerit Cecil yang membuat Rio menatap curiga kearah teman-teman Giselle itu.

Karena merasa ditatap oleh Rio, Cecil pun menyinggungkan sebuah senyuman kecil kearah Rio untuk menandakan bahwa semuanya baik-baik saja.

"Guys, tapi kali ini please lepasin gue. Gue buru-buru banget nih. Ga enak gue sama dia nanti kalo terlalu sore," seru Giselle sembari berusaha kabur dari pertanyaan-pertanyaan aneh dari sahabat-sahabatnya itu.

"Lo bebas sekarang tapi besok lo harus cerita sama kita di basecamp, titik!" seru Sania sambil membiarkan Giselle untuk pergi berdua bersama Rio. Baru beberapa langkah, ketiga sahabat Giselle lagi-lagi dibuat histeris.

Bagaimana tidak, ketiga sahabat Giselle melihat Rio—the most wanted boy di kampus mereka ini menggandeng tangan Giselle. Ingat, RIO MENGGANDENG TANGAN GISELLE.

Yang digandeng juga sebenarnya kaget dengan tindakan sang kakak. Namun, Giselle sesegera mungkin menutupi ekspresinya itu.

Sampai akhirnya, saat sedang berjalan dengan damai, tiba-tiba langkah Rio dan Giselle terhenti ketika melihat ada tiga perempuan dengan make up yang sangat tebal menghadang mereka.

"Rio, kok kamu gandeng cewek itu sih? Apa bagusnya sih dia? Bagusan juga sama kita. Right, girls?"

"You're totally right, Jane," sahut salah satu antek-antek dari perempuan yang bernama Jane itu.

"It's none of your business, aunty. Lebih baik sebelum lo nilai look orang lain mending lo liat penampilan lo dulu deh. Pantes ga sebagai seorang mahasiswi pake make up kayak gitu." Mendengar jawaban Rio, Jane langsung segera melihat penampilannya lagi.

"Ga ada yang salah tuh. Kamu kenapa sih galak banget hari ini? Oh, takut yang sebelah kamu marah ya? Emang dia siapa sih? Pacar kamu? Yaampun Rio, kamu bisa kali dapetin yang lebih cantik dari dia," ujar Jane lagi yang membuat Giselle menahan emosi karena telah dihina seenaknya oleh seniornya.

Melihat ekspresi Giselle berubah menjadi geram, Rio justru semakin mengeratkan genggaman tangan mereka. Hal ini dilakukannya demi menenangkan sang adik yang sedang emosi.

"Udah gue bilang, ini bukan urusan lo, Jane. Mau dia pacar gue kek siapapun gue. Lo gak perlu tahu! Ayo, kita pergi, males gue ladenin cewek mirip badut ini," ucap Rio sambil menarik tangan Giselle dan segera menjauh dari kawanan Jane dan antek-anteknya itu.

Melihat tingkah Rio yang menyebalkan, membuat Jane menghentakkan kakinya keras. Hal itu membuat antek-anteknya—Jessica dan Liana menenangkan Jane.

"Udahlah, Jane. Lo gak perlu marah. Lagian ya, masih banyak kali cowok yang lebih ganteng daripada si Rio songong itu," ujar Jessica yang berniat menenangkan Jane.

"Iya, Jane, bener kata Ica. Udah yuk, kita kan mau kelas. Oh ya, nanti kan ada Julian. Lo deketin dia aja tuh. Kan pesonanya gak kalah sama Rio. Udah gitu masih jomblo loh," seru Liana memberi semangat untuk Jane.

Mendengar hal itu, membuat senyum Jane merekah. Ia pun seketika berubah menjadi sosok yang riang kembali. "You're right, Na. Gue bisa deketin Julian nanti. Ah, you're such a genius!"

"It's me Liana," jawab Liana yang membuat Jessica dan Jane tertawa sambil berjalan menuju kelas mereka pada siang hari ini.

Disisi lain, Rio dan Giselle yang sudah berhasil kabur dari Jane and the gang, langsung menarik nafas lega. "Huft, untung kita berhasil kabur."

"Iya woy! Eh, itu siapa sih Jane-Jane itu? Gila ya dia ngatain gue jelek?! Yaampun dia gak sadar diri, mukanya kayak badut begitu," ucap Giselle menggebu-gebu.

Melihat ucapan Giselle, Rio tertawa hingga perutnya sakit. "Udah, Sell, calm down. Yang penting tadi gue udah belain lo kan? Lo harusnya bilang makasih sama gue karena udah nyelamatin lo tadi dari ucapan tajamnya si Jane."

"Iya-iya, makasih kakakku sayang," ujar Giselle sambil mencubit pipi Rio dengan gemas. Yang dicubit langsung merasa kesakitan pada pipinya.

Tapi, Rio baru sadar bahwa tadi Giselle memanggilnya 'kakak' di lingkungan kampus. Seketika itu juga, Rio menutup mulut Giselle yang membuat Giselle meronta agar tangan Rio bisa lepas dari mulutnya.

"Sell, lo hampir keceplosan. Remember our deal, sist. Kalo ketauan, bubar jalan rencana kita." Awalnya, Giselle tidak menyadari apa kesalahannya yang membuat Rio bisa berkata demikian. Namun, otaknya segera mengingatkannya pada perjanjian antara dirinya dengan Rio.

"Oh, shit! Sorry, bro. Tadi gue keceplosan. Belom ada yang dengerkan?" Rio menggeleng pelan. Giselle pun segera menghela nafas lega.

"Sist, language please. Don't use harsh word," kata Rio memperingati Giselle sebagai seorang kakak laki-laki yang baik.

"Oh iya! Sorry, keceplosan lagi."

"Yaudah, yuk masuk mobil. Gue mau kasih kejutan buat lo," ujar Rio dengan sangat misterius yang membuat Giselle menatap Rio bingung.

"Where are we going?"

"Just stay quiet, Sell. Jangan banyak tanya. Nanti juga lo tau kita ke mana," jawab Rio yang membuat Giselle melipat tangannya didada sebagai tanda bahwa dirinya tidak terima pada Rio yang tidak memberitahu ke mana mereka akan pergi.

Butuh waktu dua jam untuk Rio dan Giselle bisa sampai di tempat tujuan mereka. Begitu sampai, ternyata Giselle sedang terlelap. Sebenarnya, Rio tidak tega harus mengusik kenyenyakan Giselle seperti ini.

Namun, ia terpaksa melakukannya demi kelancaran rencana yang sudah dibuatnya untuk Giselle. "Sell, bangun yuk. Udah sampe nih."

Merasa pipinya ditepuk seseorang, kedua mata Giselle mulai terbuka. "Argh. Ini dimana, Yo?"

"Ya, ini di tempat tujuan kita. Kejutan lo ada di dalem. Btw, buat ke dalem, gue ijin nutup mata lo ya pake kain ini. Kan lo tau ini kejutan, jadi mata lo harus ditutup dulu."

"Terus gue jalan gimana, Yo? Udahlah ga usah pake ditutup. Langsung aja yuk ke sana," ujar Giselle yang sudah siap hendak keluar dari mobil. Namun, tangan Giselle pun langsung ditarik oleh Rio sebagai tanda Rio tidak setuju.

"Sist, sekali ini aja, please?" Karena Rio memelas padanya, Giselle pun segera mengangguk. Rio pun tersenyum bahagia dan segera memakaikan kain tersebut dimata Giselle.

Setelah selesai, Rio mencoba untuk melambaikan tangannya untuk memeriksa apakah kain yang ia pakaikan ke Giselle sudah benar-benar membuat Giselle tidak bisa melihat keluar lagi atau tidak.

"Lo sama sekali gak liat tangan gue kan barusan?" Giselle pun menggeleng. Rio pun tersenyum. "Okay, sekarang lo ikutin gue. Tenang, gue bakal tuntun lo. Jangan takut jatoh ya. Lagian kalo lo jatoh, bakal gue tangkep."

Benar saja selama perjalanan Rio dan Giselle memasuki kawasan tersebut, tangan Giselle menggenggam erat baju Rio. Rio yang melihatnya tersenyum geli. Ternyata, jika sedang dalam keadaan seperti ini, ekspresi ketakutan Giselle sangat lucu. Membuat siapa saja yang melihatnya pasti gemas.

"Yo, ini kita udah sampe belom sih? Jauh banget jalannya," umpat Giselle gusar karena sejak tadi ia sudah merasa berjalan jauh namun Rio belum juga membuka kain penutup matanya.

"Be patient, okay, Sell? Sedikit lagi kita sampe. Ya, semoga kejutan ini buat lo seneng ya." Akhirnya, setelah berjalan cukup jauh dan menaiki beberapa anak tangga, keduanya pun sampai di tempat tujuan. Rio pun memelankan langkahnya dan segera berbalik menghadap Giselle. Rio pun mendekat dan segera melepaskan kain yang menutupi mata Giselle.

"Kita udah beneran sampe ya?" tanya Giselle ketika merasa kain yang menutupi matanya agak kendur. "Iya, kita udah sampe. Bentar ya, gue lagi buka iketannya."

Setelah ikatan itu berhasil terbuka, kedua mata Giselle pun mencoba untuk menetralkan penglihatannya. Begitu sudah normal, kedua mata Giselle melotot hebat begitu tahu di mana ia berdiri.

"Yo, ini keren banget," ujar Giselle yang masih tidak percaya bahwa dirinya sedang berdiri di tempat tersebut. Kalian pasti penasaran, tempat apa yang dikunjungi Giselle dan Rio?

Jawabannya adalah Rio membawa Giselle ke Puncak dan mengunjungi sebuah tebing dengan pemandangan yang sangat indah. Tak hanya pemandangannya saja, tapi udaranya juga begitu sejuk dan segar membuat siapapun yang menghirupnya pasti akan merasa rileks.

"Lo suka, Sell?" tanya Rio dan Giselle pun mengangguk mantap sambil tersenyum. "Gue suka banget asli, Yo. Tempat ini adalah tempat yang selalu pengen gue kunjungin kalo lagi penat. Dan Yo, lo tepat banget bawa gue ke sini sekarang. Karena sekarang gue lagi penat banget sama kuliah. Rasanya rileks banget bisa liat dan nikmatin pemandangan sebagus dan seindah ini. Thanks banget, Yo."

Seketika itu juga, Rio segera memeluk Giselle dengan erat. Sekarang, Rio benar-benar merasa beruntung bisa menjadi bagian dari keluarga ini.

Meskipun awalnya, berjalan tidak baik tapi lambat laun semua berubah. Semuanya berubah menjadi sempurna. Meski menuju kehidupan yang sempurna itu, Rio dan Giselle harus melewati masa sulit dahulu.

"You don't need to thank me. Lo seharusnya berterima kasih sama Tuhan. Karena tanpa Dia, kita gak bakal ketemu dan menjadi satu keluarga kayak sekarang. Bahkan, gue juga yakin, gue belom tentu juga bisa kenal sama lo. Ya, gue seneng kalo lo suka sama kejutan gue ini. Berarti kan kejutan gue berhasil dong?"

Giselle mengangguk dan membalas perkataan Rio, "Iya, berhasil banget. Gue bener-bener gak nyangka lo bakal bawa ke sini. Pantes aja tadi lo keliatan buru-buru banget."

"Iya, lagian kejutan kedua gue kan mau ngajak lo untuk liat sunset bareng dari sini. Di tempat ini tuh spot yang bagus banget buat ngeliat sunset. Kalo lo mau foto sunsetnya, beh gak usah ditanya. Hasilnya bakal bangus banget. Jarang kan lo nemuin tempat pemandangan se-perfect ini?"

"Iyalah jarang banget. Ya, mengingat kalo di Jakarta bakal susah nemuin tempat dengan suasana kayak gini. Btw, nama tempatnya apa? Kok gue liat-liat juga nih dari tadi kayak gak ada orang lain ya," kata Giselle sambil melirik ke kanan dan ke kiri.

"Tempat ini memang sepi kayak gini. Apalagi kalo kita yang ke sini. Beh, pasti sepi kayak gini. Tapi, lebih enakkan? Lo bakal lebih tenang dan rileks karena gak rame."

"Iya, bener sih kata lo. Tapi, gue penasaran. Namanya apa sih? Siapa tau kan gue bisa ke sini sama temen-temen gue," kata Giselle sambil berdiri dan mengambil nafas dalam.

"Tempat ini bukan sembarang tempat, Sell. Ya, gak sembarang orang bisa masuk kecuali ada ijin dari kita." Mendengar perkataan Rio, Giselle menengok kearah cowok itu dan berkata, "Maksud lo?"

"Ya, tempat ini udah seutuhnya jadi milik kita, Sell. Milik keluarga kita lebih tepatnya." Giselle yang mendengarnya segera menatap Rio lama. Giselle tidak salah dengarkan bahwa tempat ini sudah jadi milik keluarganya?

"Yo, jangan bilang lo beli tempat ini?"

"Ya, memang kenyataanya begitu, Sell. Sebenernya sih bukan gue yang beli tapi papa. Gue cuman ngusulin aja dan papa setuju untuk beli tempat ini. Jadi, kita berempat bisa sama-sama pake tempat ini untuk acara kita masing-masing. Tapi, lo harus inget, yang bisa masuk sini harus seijin kita. Ya, kecuali para pekerja yang merawat tempat ini."

Giselle benar-benar tidak menyangka bahwa Rio dan papanya sudah membeli tempat seindah ini. Sekarang, perasaan senang Giselle sudah tidak bisa dibendung lagi. Rasanya ia ingin berterima kasih langsung kepada papa tirinya itu karena telah membeli tempat ini. Giselle benar-benar bersyukur akan hal itu.

"Thanks, Yo, thanks banget. Gue bener-bener speechless denger penjelasan lo barusan. Karena ini bener-bener keren banget. Oh ya, gue pengen tau. Lo sama papa beli tempat ini berapa? Pasti tempat ini kan mahal banget secara ya luas banget, Yo."

"Sell, lo ga perlu tau soal itu. Aslinya pun, gue gak tau papa beli tempat ini dengan harga berapa. Karena papa juga gak ngasih tau gue. Dia cuman bilang, ketika tempat ini jadi milik kita, kita harus rawat tempat ini. Ya, maksud papa jangan mengandalkan para pekerja di sini aja tapi kalo kita lagi berlibur di sini ya ikut bantu ngerawat."

"Oh gitu. Ya pastilah gue bakal rawat tempat ini. Jangan sampe keindahan tempat ini tercemar tau gak. Oh ya, tapi ngomong-ngomong, kok papa bisa beli tempat ini sih? Emangnya dulu tempat ini apa?"

"Oh, sebenernya dulu tempat ini itu tempat wisata. Cuman, pengembang tempat ini bangkrut gitu dan ninggalin tempat ini gitu aja. Nah, waktu itu gue gak sengaja mampir ke tempat ini karena menurut maps, tempat ini masih jadi tempat wisata. Eh, begitu sampe sini gue malah dapet info dari penjaganya kalo tempat ini udah tutup. Padahal, di sini bagus banget kan?"

"Banget, Yo. Ah, dasar si pengembangnya gak serius buat tempat wisata. Mending gue aja yang jadi pengembangnya," sahut Giselle membanggakan dirinya. Rio menggeleng-gelengkan kepala saja melihat tingkah Giselle.

"Eh, yuk ambil teh ato kopi di dalem sana. Abis itu kita duduk di sini lagi sambil nikmatin sunset. Tuh liat, sunset-nya bentar lagi dateng," ajak Rio kepada Giselle untuk masuk ke dalam sebuah bangunan kecil di sudut tempat itu. Ternyata, bangunan itu adalah dapur kecil di mana biasanya para pekerja memasak makanan untuk mereka konsumsi.

Begitu masuk ke dalam bangunan itu, Giselle berkenalan dengan para pekerja yang sedang beristirahat setelah lelah seharian merawat tempat itu. Setelah sedikit berbincang, Giselle merasa sangat senang. Pasalnya, selain tempat ini sangat indah, para pekerja di tempat itu sangat ramah.

Meski Giselle dan mereka baru berbincang sebentar, tapi Giselle sudah bisa akrab dengan semua pekerja itu. Melihat hal itu, Rio tersenyum bangga kepada Giselle. Ia tidak menyangka ternyata adiknya pandai berkomunikasi dengan orang lain secepat itu. Jarang-jarang orang baru bisa langsung cocok dengan sosok Giselle James.

"Bapak, Ibu, saya sama Giselle permisi sebentar ya. Kami mau melihat sunset dulu di luar. Ayo, Sell, nanti ngobrolnya dilanjut lagi," ajak Rio yang membuat Giselle segera pamit kepada para pekerja yang sedang mengobrol dengannya.

Ketika Giselle menghampirinya, Rio langsung menggenggam tangan Giselle dan menarik Giselle supaya cewek itu lebih cepat saat berjalan. "Aduh, sabar dong, Yo. Jangan narik-narik kenapa."

"Eh, sorry-sorry. Abis gue terlalu excited mau liat sunset ini sama lo. Kan lo tau kejutan kedua gue itu ini. Jadi, gak boleh gagal dong. Sini, Sell, duduk." Giselle pun segera duduk di samping Rio sambil menyesap teh hangat yang ia bawa dari dalam dapur.

Sebelum sunset itu muncul, Giselle menarik nafas dalam lalu membuangnya. Sekarang, Giselle benar-benar merasa rileks dan lebih tenang. Kondisi seperti ini membuat kondisi jiwa Giselle sangat tenang di tengah padatnya jadwal kuliah yang sedang ia jalani saat ini.

Melihat Giselle yang sedang bersemedi sejenak, membuat Rio mengikuti Giselle. Ketika sudah melakukannya, Rio bisa merasakan apa yang selama ini Giselle rasakan jika sedang berada di tempat seperti ini. Rasanya sangat menenangkan. Rio benar-benar bersyukur karena masih ada tempat seindah ini.

Aktivitas Giselle dan Rio pun selesai tepat disaat sunset mulai datang dengan indahnya. Giselle sebagai orang penikmat sunset, segera mengeluarkan smartphone-nya dan segera mengambil gambar sunset tersebut secara berkali-kali. Ketika merasa sudah cukup, Giselle memasukkan kembali smartphone-nya dan menyandarkan kepalanya dipundak Rio.

Rio pun menengok ketika merasakan pundak sebelahnya lebih berat. Melihat, kepala Giselle yang sudah nyaman bersandar di sana, membuat Rio menyandarkan kepalanya di atas kepala Giselle. Posisi ini sangat nyaman bagi Giselle dan Rio. Keduanya memang sangat menyukai posisi seperti ini. Apalagi sambil menikmati indahnya sunset pada sore hari itu. 

"Yo? Thanks for everything ya. Gue lagi-lagi gatau harus ngomong apa sama lo atas jasa-jasa lo selama ini sama gue. Maafin gue yang dulu ya. Yang selalu marah dan ngebentak lo. Padahal, sebenernya mah gue yang salah. Dan, gue mau bilang sama lo, kalo gue beruntung banget bisa punya kakak tiri kayak lo. Rasanya kalo gak ada lo, gue yakin hidup gue bakal beda banget. Ya, gak kayak sekarang. Gue bersyukur, Yo, bisa dipertemukan sama lo di dalam keluarga ini."

"Hey, Sell, listen to me. Justru yang lebih beruntung itu gue. Karena sebelum gue kenal sama lo, hidup gue biasa aja. Bener-bener datar. Nah, berkat lo, hidup gue jadi ga ngebosenin lagi kayak dulu. Gue makin bersyukur, Sell, setelah semua yang udah kita alamin. Karena setelah peristiwa itu, gue jadi semakin paham tentang lo, tentang mama sama papa, dan juga lebih paham tentang sahabat-sahabat gue. Thanks to you, sist," balas Rio sambil mengecup puncak kepala Giselle dengan penuh rasa sayang seorang kakak kepada adiknya.

Giselle yang merasakan kecupan itu pun hanya tersenyum kecil. Hari ini, ia benar-benar merasa bahagia saat bisa bersama kakak kesayangannya yaitu Mario Reynaldo yang dulu sempat masuk ke dalam list musuh bubuyutan seorang Giselle James. Tapi, setelah apa yang sudah dialami keduanya, Giselle justru memindahkan nama Rio ke dalam list orang yang paling dikasihinya. Ya pastinya peringkatnya setelah orang tuanya.

"Thanks, my best brother," ucap Giselle sambil tersenyum manis kearah Rio.

Rio yang disebut sebagai kakak terbaik itu langsung mencubit pipi Giselle dan berkata, "Your welcome, my lovely sister."

Setelah mengucapkan kata-kata tersebut, Giselle dan Rio pun kembali melihat pemandangan indah yang ditawarkan oleh sunset pada sore hari itu dengan rasa kebahagiaan, kenyamanan dan juga ketenangan.

Keduanya sadar, setelah ini kehidupan mereka akan lebih menantang dari sebelumnya. Namun, meski begitu, mereka sudah siap melangkah ke depan untuk melihat misteri yang ada di depan sana. Tak hanya itu, mereka juga memutuskan untuk berani dalam mengambil langkah saat menuju masa depan yang lebih baik.

*****

Akhirnya, setelah sekian lama, cerita "My Lovely Sister" bisa complete juga!!🎉🎉

Ya ampun, rasanya seneng banget bisa menyelesaikan cerita ini sampe akhirnya!!😃

Gue cuman mau ngucapin makasih banyak buat semua readers yang udah setia baca cerita ini dari awal sampe akhir...

Gue memang gak bisa sebutin nama kalian satu-satu.

Tapi, gue bener-bener akan inget kebaikan kalian selama ini buat gue.

Tanpa dukungan kalian pun, mungkin cerita ini belom selesai tepat pada waktunya.

Karena jujur, yang bikin gue semangat update cerita itu ya kalian semua para readers yang minta untuk cepet update setiap kali gue baru update part baru.

Gue juga mau minta maaf sama kalian soal pernah gantungin kalian lama bangettt...

Itu bener-bener terpaksa gue lakukan karena mengingat jadwal nulis gue dulu masih sangat mepet. Ya doakan saja, buat next story, gue gak akan gantungin kalian lagi dan buat kalian lama nunggu.

Gue juga mau berterima kasih kepada semuanya yang telah menjadi inspirasi gue dalam menulis cerita ini🙏🏻🙏🏻

Karena semua inspirasi itu, beberapa ada yang gue dapet dari kehidupan gue😁

Jadi sekali lagi, makasih banyak!!

Pokoknya, gue sayang banget sama kalian semua, para readerss setia!!💖💖

Kalian bener-bener pendukung yang terbaik!!👌🏼❤️

Kalo gitu, sampe ketemu lagi sama gue dikarya gue yang lainnya yaa!!🤗

Tapi, coming soon bakal ada story baru yang bakal rilis😅

Jadi, stay tune terus ya di profile wattpad gue!!✌🏻

All the love❤️

Gisel xx

-31 Juli 2018-

Continue Reading

You'll Also Like

9.5M 706K 31
"Kudanil, Tuhan nggak sayang Angel, ya?" "Kok ngomongnya gitu?" "Buktinya papanya Angel diambil. Angel, kan, jadi sedih." "Nggak gitu, Ngel. Semua...
685 187 9
Jenuh akan pekerjaannya, membuat Sohyun sering menghabiskan waktu sepulang kerjanya dengan mabuk-mabukan. Semuanya tampak membosankan, hingga ia meli...
2M 118K 42
Kanaya Tabitha, tiba tiba terbangun di tubuh seorang figuran di novel yang pernah ia baca, Kanaya Alandra Calash figuran dingin yang irit bicara dan...
3M 255K 62
⚠️ BL Karena saking nakal, urakan, bandel, susah diatur, bangornya Sepa Abimanyu, ngebuat emaknya udah gak tahan lagi. Akhirnya dia di masukin ke sek...