My Lovely Sister (S1) [COMPLE...

By hejitsmanda

451K 13.4K 774

#1 on Sister Tag (14-07-2020) #2 on SHS Tag (26-06-2020) #54 on Fiksi Remaja Tag (14-05-2018) #95 on Story Ta... More

Prolog
Part 1: Mom Wedding
Part 2 : New Family Member
Part 3 : The Worst Thing I've Ever Heard
Part 4 : WHAT?! HE'S IN MY SCHOOL?!
Part 5 : F(uck)irst Day At School
Part 6 : Good Things
Part 7 : He Comeback
Part 8 : Unnerved
Part 9 : Confused
Part 10 : Serious or pretend?
Part 11 : Panic Attack
Part 12 : Why you gotta be so rude?
Part 13 :The Bad Day (Part 1)
Part 14 : The Bad Day (Part 2)
Part 15 : Why you always make me angry with you?
PENTING!! BUTUH COMMENT KALIAN PARA READERS TERCINTA:)
Part 16 : Fainted again?
Part 17 : A Little Happiness?
Part 18 : What's Wrong With Me?
Part 19 : A Little Moment
Part 20 : Care About Her
Part 21 : Almost
Part 22 : Bad Feeling (Part 1)
Part 23 : Bad Feeling (Part 2)
Curhatan Author
Part 24 : The New Beginning
Part 25 : Worry Feeling (Part 1)
Part 26 : Worry Feeling (Part 2)
Part 27 : Rio Plan (Part 1)
Part 28 : Rio Plan (Part 2)
Part 29 : What Happen With Rio?
Part 30 : The Fragile Side of Giselle
Part 31 : The Mysterious Message
Part 32 : New Protector For Giselle
Part 33 : That Message Again?
Part 34 : Poison?
Part 35 : Revealed (Part 1)
Part 36 : Revealed (Part 2)
Part 37 : Revealed (Part 3)
Part 38 : The Memory (Part 1)
PENGUMUMAN!! PLEASE READ THIS CHAPTER!!
Part 39 : The Memory (Part 2)
Part 40 : The Investigation (Part 1)
Part 41 : The Investigation (Part 2)
Part 42 : The Investigation (Part 3)
Part 43 : The Investigation (Part 4)
Part 44 : Lead to The Truth
Part 45 : The Truth (Part 1)
Part 46 : The Truth (Part 2)
ANNOUNCEMENT!! Please dibaca!! Sangat penting
Part 48 : The Truth (Part 4)
Part 49 : The Truth (Part 5)
Part 50 : The Truth (Part 6)
Epilog

Part 47 : The Truth (Part 3)

3.7K 86 7
By hejitsmanda

Readers, jangan lupa untuk follow @/gisel.thewriter_ yaa... untuk tau sneak peek setiap cerita Author:)

🚫PERINGATAN!!🚫
ADA BEBERAPA KATA KASAR DI PART INI

Ps Note : Readers, kata-kata kasar dipart ini jangan dipakai ya di kehidupan sehari-hari. Kata-kata ini digunakan untuk keperluan cerita ini saja😊

Happy Reading~~

*****

Setelah mengatakan nama kakak tirinya, kedua bola mata James dan Ryan sama-sama melotot. Jujur, keduanya sangat terkejut dengan fakta yang baru saja mereka ketahui.

"Sekarang cepet telfon mereka dan cari Giselle sama Rio sebelum dia membunuh keduanya." Kata-kata Evan seketika membuat James dan Ryan semakin panik dan segera membuka smartphone masing-masing dan mulai menelfon. James menghubungi Satria, sedangkan Ryan menghubungi Tio.

Berbeda dengan kondisi di dalam gudang, Tio yang berada di luar sedang dilanda kegelisahan karena Giselle berlari entah kemana. Saat ini pun, Tio sedang mengejar Joe dan Matt yang sudah terlebih dahulu mencari Giselle. Jujur, Tio tidak tahu harus mencari Giselle kemana apalagi lapangan kosong itu sangat luas.

Namun, berkat keyakinannya, Tio tetap berlari dan mencari Giselle sambil meneriaki nama gadis itu. Tak lama, Tio bertemu dengan Joe dan Matt yang sedang melakukan hal yang sama dengannya.

"Gimana? Masih belom ketemu?" Joe dan Matt menggeleng.

"Sell, lo kemana sih? Lo lari kemana?" batin Tio sambil menarik nafas.

"Okay, gini aja. Kita berpencar sekarang. Lo kearah sana, lo kesana, dan gue bakal kesana. Nah kita ketemu lagi disini. Inget tempat ini, okay? Let's move, guys!"

Ketiganya pun berpencar untuk mencari Giselle yang bisa ada dimana saja. Sebenarnya sangat mustahil untuk mencarinya apalagi tanpa tahu arah. Namun, Tio, Joe, dan Matt tetap yakin jika mereka akan menemukan Giselle dan Rio tentunya.

*****

Disisi lain, orang yang dicari-cari yang tak lain adalah Giselle ternyata sedang bersembunyi di belakang tumpukan kayu-kayu tua. Awalnya, Giselle berniat untuk berdiam diri sejenak di tempat itu sambil menenangkan diri dari peristiwa yang baru saja menimpanya. Namun, rencananya gagal ketika kedua telinganya mendengar suara seseorang dari balik tempat persembunyian itu.

Karena penasaran, Giselle mencoba mencari celah dari tumpukan kayu tersebut. Akhirnya, ia pun mendapatkan celah itu dan salah satu bola matanya segera melihat keluar sana.

Ternyata, celah tersebut sangat membantu Giselle. Lewat celah itu, Giselle bisa melihat ada dua orang laki-laki yang membelakanginya. Yang satu berdiri sedangkan yang satunya duduk disebuah kursi dengan posisi kedua tangannya ke belakang dan diikat seutas tali.

Ketika bola matanya semakin menajamkan penglihatan, Giselle begitu terkejut saat tahu orang yang duduk itu adalah orang yang dari tadi dicarinya.

"Rio!" Air mata Giselle kembali menetes ketika melihat orang yang berharga dalam hidupnya sedang terduduk lemas dengan kondisi seperti itu.

Karena tak sanggup melihat, Giselle pun segera memundurkan wajahnya dari celah tersebut. "Dasar Rio bego! Bisa-bisanya disurat lo bilang bakal baik-baik aja. Tapi gue tau, Yo, lo ga bakal baik-baik aja."

Ketika Giselle masih dengan nafas terengah-engah dan menangis, tiba-tiba semak-semak di depannya bergoyang seperti ada sesuatu yang mendekat. Kali ini, Giselle benar-benar ketakutan. Pasalnya, dirinya benar-benar kaget jika di sekitar daerah persembunyiannya hanya ada ilalang yang tinggi dan pohon-pohon besar.

Giselle pun sudah ikhlas dengan segala kemungkinan yang akan terjadi pada dirinya sambil terus berdoa agar dirinya selamat. Semakin lama, ilalang itu bergoyang semakin kencang dan ternyata muncullah sosok Tio dari balik ilalang bergoyang itu.

"Kak Tio, what are you doing in he-" Belum selesai mengucapkan kata-katanya, Giselle sudah terlebih dahulu jatuh ke pelukan Tio. Pelukan Tio kali ini benar-benar erat seakan tidak ingin kehilangan sosok Giselle.

"What are you thinking, Sell? Lari keluar bangunan itu tanpa arah? Please, jangan lagi lo buat gue jantungan kayak tadi. Cukup kali ini aja. But, are you okay? Wait, lo nangis lagi? Lo kenapa? Ada yang sakit atau-"

"Kak Tio, calm down, okay? I'm fine. Aku tadi lari karna ga kuat liat anak-anak cowo berantem apalagi tonjok-tonjokkan kayak tadi."

"Huft, syukur deh lo gapapa. Tapi, why lo ngumpet disini? Lo lagi ngumpet dari siapa?" Mendengar pertanyaan Tio, membuat Giselle seketika teringat bahwa dibalik sana ada Rio yang sedang terkapar.

"Kak, Rio kak. Rio ada diluar sana. Aku gak sanggup liatnya. Kar-karna dia keliatan lemes banget bahkan tangannya diiket tali. Kak Tio, aku takut," kata Giselle dengan suara bergetar. Tio kembali memeluk Giselle untuk menenangkan gadis itu.

"Sssttt, jangan nangis, Sell. Gue yakin Rio bakal baik-baik aja kok. Lo tau kan, Rio itu cowok yang kuat. Tenang aja, Sell, gue yakin sahabat gue itu kuat." Giselle pun mengangguk dalam pelukan Tio.

"Okay, sekarang lo harus tenang ya? Don't panic. Kita berdoa semoga Rio benaran gapapa. Yaudah sini lo istirahat dulu. Gue tau hari ini tenaga lo pasti terkuras hebat." Tio mempersilakan Giselle untuk menyandarkan kepalanya dibahunya. Giselle yang memang butuh sandaran, seketika kepalanya langsung mendarat dibahu Tio dengan nyaman.

Melihat badan Giselle yang gemetar, Tio pun menyelimuti Giselle dengan jaketnya dan menggenggam tangan mungil gadis itu agar Giselle merasa lebih hangat.

"Tidur sebentar. Biarkan bebanmu lepas sejenak," bisik Tio ditelinga Giselle.

Melihat Giselle yang sudah masuk ke alam bawah sadar membuat Tio tersenyum kecil. Setidaknya untuk sebentar saja, gadis ini hidup dengan tenang. Tiba-tiba otaknya mengingatkannya pada Rio. Tio baru ingat bahwa Giselle tadi sempat menyinggung soal Rio yang ada di luar sana.

Jujur, Tio ingin sekali melihat keadaan Rio namun apa daya gadis disebelahnya ini sedang membutuh ketenangan sejenak darinya.

Saat tidur seperti ini, wajah Giselle terlihat lebih tenang meskipun Tio tahu pikiran gadis itu belum sepenuhnya tenang karena Rio masih belum selamat dari siapapun yang menahannya. Tio pun menghembuskan nafas kasar.

Dirinya benar-benar tidak menyangka bahwa akhir masa SMA-nya akan jadi seperti ini. Awalnya, ia mengira bisa jalan-jalan ke Bandung bersama teman-temannya dengan tenang dan damai. Namun, takdir berkata lain. Ia harus pergi ke Bandung bersama teman-temannya dengan keadaan serumit dan sebahaya ini.

*****

Hembusan nafasnya mulai kembali teratur. Kelopak matanya mulai kembali terbuka. Namun, ketika melihat sekelilingnya yang benar-benar gelap, orang itu meronta. Meski sudah berusaha meronta berkali-kali, kain hitam yang menutupi pandangannya itu tetap tidak bisa terlepas.

Ingin rasanya untuk kedua tangannya membuka kain hitam tersebut namun ia tidak bisa melakukannya. Pasalnya, kedua tangannya diikat seutas tali dengan sangat kencang. Orang yang meronta itu tak lain adalah Rio.

Karena terus meronta, akhirnya terdengar derap langkah mendekat. Tapi, begitu sampai dihadapannya, derap langkah itu berhenti. "Hey! Gue tau lo lagi di depan gue sekarang. Tapi apa lo bisa bantu gue buat lepasin kain item ini?"

Tak berapa lama, Rio bisa merasakan bahwa kain hitam yang menutupi pandangannya sudah terlepas.

Akhirnya, kedua matanya kembali bisa melihat kondisi sekitar. Tapi, Rio merasa ada yang aneh begitu melihat kondisi gudang tersebut. Rio merasa tadi saat bertemu dengan Evan, bukan di gudang ini. Rio ingat, gudang dimana ia bertemu Evan ukurannya lebih kecil dibanding gudang yang ia lihat sekarang.

"Hey! Thanks udah bukain kainnya. Tapi, ini dimana? Ehm, apa lo bisa bantu gue sekali lagi buat buka iketan tali ditangan gue? Gue butuh bantuan lo karena gue ada urusan sama seseor-"

Belum sempat menyelesaikan kata-katanya, Rio sempat menatap bingung kearah laki-laki di depannya ini. Pasalnya, Rio merasa pernah melihat sosok di depannya ini. Tapi, ia tidak ingat pernah lihat dimana.

Sehabis Rio melontarkan pertanyaan tersebut, sosok itu berjalan mendekat lagi. Semakin sosok itu mendekat, Rio bisa melihat jelas wajah sosok itu dengan seksama. Namun, lagi-lagi otaknya tidak bisa diajak kerjasama. Otaknya tidak bisa mengingat siapa laki-laki di depannya ini. Yang bisa Rio tebak, laki-laki ini berusia lebih tua darinya.

"Akhirnya, kita ketemu lagi secara empat mata, Mario Reynaldo," sapa laki-laki tersebut yang membuat sebelah alis Rio terangkat.

"Hmm, lo kenal gue? Sorry nih sebelumnya, tapi gue gak merasa kenal sama lo. Apa kita sebelumnya udah pernah ketemu?"

Yang ditanya hanya memberikan senyum tipis. "Lo ga usah pura-pura gatau, Yo. Lo kenal gue," jawab sosok itu begitu berjalan menjauh dari Rio.

"Denger ya, gue itu gak pura-pura tapi memang kenyataannya gue itu ga kenal sama lo. Jadi, lo ga perlu sok-sok bilang kalo kita udah saling kenal," ujar Rio tajam. Tanpa Rio sadari, sosok itu kembali tersenyum miring.

"Gue baru tau kalo ingatan otak lo secetek itu, Yo." Merasa terhina, Rio memberontak. Namun, niatnya terhenti ketika Rio tahu tubuh dan tangannya diikat tali.

"Gitu aja udah kepancing lo. Baper amat jadi cowo."

"Bacot lo! Ini apa-apaan badan sama tangan gue pake diiket segala, hah? Mau lo apa sih? Kalo mau nyari ribut, ayo gue ladenin lo! Lagian lo siapa? Kok gue bisa di sini sama lo? Perasaan tadi gue lagi sama Evan," bentak Rio sambil berusaha melepaskan dirinya dari tali yang melingkari tubuhnya itu.

Kemudian, sosok itu berjalan mendekat dengan tatapan mengejek kearah Rio. "Buru-buru amat lo. Sabar, ada waktunya kita ribut nanti. Lo ga perlu khawatir, abis ini kita bakalan ribut."

Lagi-lagi sosok itu memberi tatapan membunuh kearah Rio. Rio yang ditatap seperti itu tidak takut sama sekali. Justru dirinya sangat ingin memukul sosok di depannya ini.

"Secepet itukah, Yo, lo lupain kenangan masa lalu lo disini? Gue gak abis pikir lo bisa lupain semua kenangan lo gitu aja," kata sosok itu lagi. Sebenarnya, sejak tadi Rio sudah bingung tentang apa yang dibicarakan oleh sosok di depannya ini. Namun, Rio diam saja. Ia mencoba untuk mendengarkan semua kata-kata yang akan dilontarkan oleh sosok itu.

"Apa sih mau lo?! Mending daripada banyak ngomong, lo lepasin gue. Gue ada urusan sama orang!"

"Jaga ya mulut lo! Lo gak perlu mikirin urusan lo itu karena urusan lo sama Evan udah selesai. Nah, sekarang, gantian urusan lo sama gue," kata sosok itu dengan sangat misterius.

"Lo tau darimana urusan gue sama Evan udah selesai? Lo ga tau masalah kita berdua itu apa. Jadi, jangan sok tau!" Sosok itu tersenyum tipis mendengar perkataan Rio. Melihat hal ini, membuat Rio merasa ada yang tidak beres dengan sosok di depannya ini. Lagipula, bagaimana bisa sosok itu tahu urusannya dengan Evan?

"Lo beneran belom tau ya dari Evan?" Alis mata Rio terangkat begitu mendengar pertanyaan sosok itu. 

"Maksud lo apa? Ngapain lo ngomong kayak gitu? Kayak lo kenal sama Evan aja." Sosok itu lagi-lagi meringis setelah Rio menjawab pertanyaannya. 

Melihat tingkah sosok itu semakin aneh, membuat Rio berpikir keras tentang apa yang sebenarnya ingin disampaikan sosok itu kepadanya. Tiba-tiba, pikirannya teringat akan kata-kata Evan ketika Evan berkata bahwa ada orang lain yang bertanggung jawab atas semua aksi teror ini. Orang itulah yang seharusnya Rio cari dan Rio hajar habis-habisan kalau bisa.

"Jangan bilang kalo elo adalah-"

"Cepet juga otak lo nangkep kode gue. Iya gue memang pelaku utama dari semua aksi teror yang menimpa lo dan Giselle selama ini," ujar sosok itu dengan santai dan bangga tanpa merasa bersalah sama sekali. Mendengar pengakuan sosok di depannya ini, membuat Rio mengepalkan tangannya kuat dan sudah siap memukul wajah Ristof.

Namun, Rio masih menahannya sambil berkata, "Bangsat, lo! Maksud lo apa, hah, buat hidup gue sama Giselle menderita? Mau lo apa, hah?! Dasar psikopat!"

"Bacot lo! Lo tanya mau gue apa?! Mau gue, lo sama dia bisa ngerasain penderitaan yang selama ini gue rasain. Gue juga pengen elo bisa nebus kesalahan lo di masa lalu! Ngerti lo?" 

"Kesalahan di masa lalu? Emang gue pernah salah apa sama lo, hah? Sampe lo buat aksi teror kayak ini."  

"Iya, lo punya salah di masa lalu sama gue. Kesalahan lo adalah lo kabur dari semua masalah ini dan lebih memilih untuk bersembunyi dengan cara pindah rumah. Gila, cara lo hebat juga ya buat melarikan diri."

"Apa mak-"

"Tapi, sekarang gue udah tenang. Karena, sekarang lo udah di sini untuk menyelesaikan masalah kita yang belom selesai."

"Apa? Masalah yang belom ke-" Belum menyelesaikan kata-katanya, Rio sudah dihadiahi pukulan bertubi-tubi pada wajahnya. Ingin rasanya melawan, namun Rio tidak berdaya. Tangannya masih setia terikat oleh tali dengan sangat erat. Maka dari itu, Rio hanya bisa diam menerima pukulan tersebut dan membiarkan sosok di depannya ini untuk menyelesaikan amarahnya.

"Bangsat, lo! Kenapa lo baru kesini lagi sekarang, hah? Pake acara pura-pura lupa lagi sama masalah kita." Sehabis berkata demikian, sosok itu melayangkan pukulan yang sangat kencang kearah wajah Rio. Darah bibir Rio yang tadi sempat mengering, sekarang kembali mengalir lagi.

"Dasar pengecut! Ngapain pake acara pindah rumah? Oh, biar lo bisa lari dari masalah itu? Ya, waktu itu bisa, tapi sekarang lo akan kemana-mana. Karena sekarang, lo udah ada ditangan gue. Gue bakal buat perhitungan sama lo setelah lo seenaknya aja ngelupain masalah penting itu."

Sosok itu berhenti memukul wajah Rio dan berbalik menjauh dari Rio. Rio tidak tahu apa yang sedang dilakukan sosok itu saat ini namun dirinya segera berusaha untuk membuka tali yang masih mengikat tubuh dan tangannya. Tapi, karena tiba-tiba terdengar kembali derap langkah mendekat, Rio seketika menghentikan aktivitasnya dan kembali diam.

"Nih, minum. Lo pasti haus kan abis gue pukulin kayak tadi? Nih," perintah sosok yang Rio tidak tahu namanya siapa. Karena tenggorokannya benar-benar kering, Rio pun menerima gelas itu dan meminumnya dengan cepat. Begitu air itu habis, tak lama kepalanya terasa pusing bahkan pandangannya pun berkunang-kunang.

"Lo ngasih gue-" Seketika itu juga, Rio tak sadarkan diri. Melihat Rio pingsan karena minumannya, sosok itu tersenyum puas. Sosok itu pun mendekat kearah Rio dan mulai melepaskan ikatan tali yang sebelumnya sudah ia pasang. Begitu tali terlepas, sosok itu menyeret tubuh Rio tanpa merasa bersalah menuju ke suatu tempat.

Ketika sampai, sosok itu mendudukkan Rio dan kembali mengikat tubuh dan tangan Rio. Kali ini bukan diikat bersama dengan kursi, namun diikat bersama tiang kayu di gudang tersebut. Setelah selesai mengikatkan Rio, sosok itu lagi-lagi tersenyum puas dengan semua rencananya yang berjalan lancar hingga sekarang ini.

Sosok itu pun meninggalkan Rio yang masih pingsan menuju ke tempat rahasianya, yaitu sebuah ruang kecil di dalam gudang yang sudah ia sulap menjadi tempat persembunyian senjatanya selama ini.

"Akhirnya, malem ini dateng. Gue pake yang mana ya?" ucap sosok itu pada dirinya sendiri sambil memilih-milih senjata yang akan ia gunakan nanti untuk kepentingan utamanya pada rencana ini.

"Okay, I will use this." Sosok itu pun mengambil sebuah senjata yang merupakan Beretta 92 dengan sangat hati-hati. Tangan sosok itu pun merogoh kantong celananya dan segera memasukkan peluru ke dalam Beretta 92 tersebut.

"Sekarang, gue siap." Sosok itu pun segera keluar dari ruangan rahasia miliknya dan segera menyiapkan rencana lainnya sembari menunggu Rio sadar.

Berbeda dengan sosok yang sedang senang itu, Rio masih hanyut dalam kerasnya obat tidur yang tadi ia minum. Namun, sebelum kesadaran Rio muncul seutuhnya, dirinya sempat mengalami mimpi singkat yang membuat otaknya seketika bingung.

Dalam mimpi itu, Rio bisa melihat jelas bahwa ada dirinya saat masih kecil sedang bermain bersama dua orang. Dimimpi itu juga, Rio bisa melihat dirinya begitu akrab dengan dua orang yang bermain bersamanya.

Semua mimpinya tampak normal, namun hingga pada akhirnya, Rio tersadar bahwa wajah salah satu dari teman akrabnya itu mirip sekali dengan sosok yang tadi memukulnya.

Selain itu, Rio bisa mendengar jelas nama sosok itu. Rio memang seperti pernah mendengar nama itu sebelumnya, namun ia masih belum bisa mengingat apa-apa.

Tiba-tiba saja, kepalanya terasa pusing dan seketika mimpinya hilang. Begitu mimpi itu hilang, Rio mulai bisa merasakan atmosfer di sekitarnya. Entah mengapa, kepalanya sangat susah untuk diangkat keatas. Rio terus mencoba untuk mengangkat kepalanya yang terasa berat itu.

Pada akhirnya, usahanya berhasil. Ia bisa mengangkat kepalanya kembali tegak. Namun, yang membuat Rio bingung ia terduduk di tanah dengan tubuh dan tangan yang diikat tali ke sebuah tiang kayu.

Rio merasa aneh. Bagaimana bisa dirinya pindah kesini? Apalagi hal yang terakhir Rio ingat adalah ia sedang minum air yang diberikan sosok itu dan tiba-tiba ia tak sadarkan diri.

"Udah sadar juga lo. Enak abis tidur?" ejek sosok itu yang tiba-tiba muncul dari kegelapan gudang tersebut. Melihat sosok itu kembali muncul, membuat Rio menatap sosok itu lama.

Ketika Rio sedang mengamati wajah sosok itu dengan seksama, rasa pusing mulai menghampiri kepala Rio. Karena kepalanya terlalu sakit, Rio akhirnya menundukkan kepalanya sebentar untuk meredam rasa sakit dikepalanya itu.

Begitu rasa pusing itu sudah hilang, Rio kembali bersuara, "Lo Ristof, salah satu sahabat kecil gue, kan?"

Mendengar namanya dipanggil, sosok yang tak lain adalah Christof Julliano atau yang akrab disapa Ristof ini berjalan mendekat kearah Rio. "Udah inget sama gue? Gue kira lo bakal terus pura-pura buat ga inget sama gue."

"Tunggu, jadi lo beneran Ristof? Yang suka main bareng sama gue waktu dulu?" tanya Rio masih tak percaya menatap sosok di depannya ini.

"Akhirnya, otak lo bener juga. Gue rasa otak lo udah mulai normal lagi sekarang," jawab Ristof dengan enteng.

"Tunggu, gue masih ga yakin kalo lo itu adalah Ristof sahabat gue. Masalahnya, kalo lo memang sahabat gue, lo ga bakal mukul gue kayak tadi."

"Udah diem aja lo, bacot! Kalo gue mukul lo kayak tadi emang kenapa? Itu hak gue. Emangnya lo inget apa tentang gue, hah? Tadi katanya lo ga kenal sama gue. Tapi, kenapa abis gue kasih obat tidur, lo tau nama gue dan tau sifat gue, hem?"

Rio diam. Ingin sekali rasanya ia menceritakan apa yang sebenarnya terjadi saat dirinya terpengaruh oleh obat tidur itu. Namun, Rio mengurungkan niatnya begitu merasakan amarah Ristof mulai memuncak kembali.

"Ga bisa jawab kan lo? Berarti dugaan gue bener. Kalo dari tadi lo itu boong. Lo boong ga kenal sama gue. Buktinya, sekarang lo tau nama gue. Udah lah, lo ga usah sok ngeles bilang lo gatau gue. Gue tau, lo kayak gitu cuman mau menghindar dari masalah kita aja, kan?"

"Tof, gue gatau kita punya masalah apa tapi apa harus ya tadi lo ngasih gue obat tidur? Maksud lo apa, hah?"

"It's none of your business. Gue bisa lakuin apa aja ke lo yang udah kabur dari masalah ini."

"Gue kabur dari masalah apa, hah?! Kasih tau gue, masalah kita itu apa." Karena Rio selalu bertanya padanya tentang apa masalah diantara mereka, Ristof pun mendekat kearah Rio dan mensejajarkan wajahnya dengan Rio sambil berkata, "Masalah kita itu tentang utang lo sama gue!"

Dahi Rio mengernyit bingung. Pasalnya, dirinya merasa tidak pernah punya utang dengan orang di depannya ini.

"Utang? Gue punya utang apa sama lo? Kita aja udah lama gak ketemu. Terus, dari mana ada kata utang diantara kita, hah? Udah deh langsung to the point aja. Ga usah sok belibet kayak gitu. Basi tau ga."

"Lo bilang apa? Basi? Lo bilang cara gue nyampein hal itu basi, gitu?! Sialan lo!" Ristof kembali memukul wajah Rio dengan amarah yang sudah memuncak.

"Kenapa emangnya kalo gue bilang basi? Ga suka? Listen Tof, ini mulut gue. Jadi terserah gue mau bilang apa. Sama halnya dengan lo kan, lo bisa lakuin apa aja ke gue semau lo. Okay, gue terima! Tapi lo juga harus siap denger kalimat pedes dari gue," balas Rio tanpa rasa takut sama sekali. Kini, amarah Ristof semakin memuncak. Benar-benar amarahnya sudah berada di ujung.

"Whatever. Gue sih ga peduli dengan kata-kata pedas lo karena ada yang lebih penting dari itu."

"Oh, ada yang lebih penting lagi? Jangan-jangan soal utang itu? Iya, Tof?" Ristof hanya diam. Entah, mungkin Ristof tidak ingin berdebat lagi dengan Rio. Kali ini, Rio merasa lebih unggul dari Ristof. Namun, melihat Ristof yang hanya diam saja tanpa membalas pertanyaannya tadi, membuat Rio curiga. Curiga jika Ristof sedang menyiapkan sesuatu lagi untuknya. Kali ini, Rio sudah mulai berhati-hati.

[To Be Continue]

*****

HELLO READERSS!!

AKHIRNYA GUE KEMBALI LAGI KE CERITA INI!!

MAAF KALO UPDATENYA LAMA BANGET YAA:(

SEMOGA SUKA YAA

YANG MAU PART SELANJUTNYA CEPET DI UPDATE, COMMENT DONG!!

SEE YOU DI PART 48

OH YA BTW, BAGI PARA READERS NIH YANG MASIH BARU JADI PENULIS WATTPAD, YUK KEPOIN PROJECT INI:) INI PROJECT OFFICIAL GUE LOHH!!

KALO ADA PERTANYAAN, SILAKAN HUBUNGI KONTAK YANG ADA DIGAMBAR YA:)

All the love, Gisel xx

-25 Juli 2018-

Continue Reading

You'll Also Like

56K 5.8K 45
[Belum direvisi. Masih banyak penggunaan kata yang salah] Tidak perlu mengungkapkan rasa Karena kita saling merasa hal yang sama Tidak perlu berkata...
5.3M 226K 54
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...
1K 240 59
Masa depan yang begitu menyeramkan untuk seluruh umat manusia, kawanan Amo datang dan membuat banyak manusia menjadi kehilangan kesadaran atas diriny...
734K 34.7K 40
Menjadi istri antagonis tidaklah buruk bukan? Namun apa jadinya jika ternyata tubuh yang ia tepati adalah seorang perusak hubungan rumah tangga sese...