My Lovely Sister (S1) [COMPLE...

By hejitsmanda

451K 13.4K 774

#1 on Sister Tag (14-07-2020) #2 on SHS Tag (26-06-2020) #54 on Fiksi Remaja Tag (14-05-2018) #95 on Story Ta... More

Prolog
Part 1: Mom Wedding
Part 2 : New Family Member
Part 3 : The Worst Thing I've Ever Heard
Part 4 : WHAT?! HE'S IN MY SCHOOL?!
Part 5 : F(uck)irst Day At School
Part 6 : Good Things
Part 7 : He Comeback
Part 8 : Unnerved
Part 9 : Confused
Part 10 : Serious or pretend?
Part 11 : Panic Attack
Part 12 : Why you gotta be so rude?
Part 13 :The Bad Day (Part 1)
Part 14 : The Bad Day (Part 2)
Part 15 : Why you always make me angry with you?
PENTING!! BUTUH COMMENT KALIAN PARA READERS TERCINTA:)
Part 16 : Fainted again?
Part 17 : A Little Happiness?
Part 18 : What's Wrong With Me?
Part 19 : A Little Moment
Part 20 : Care About Her
Part 21 : Almost
Part 22 : Bad Feeling (Part 1)
Part 23 : Bad Feeling (Part 2)
Curhatan Author
Part 24 : The New Beginning
Part 25 : Worry Feeling (Part 1)
Part 26 : Worry Feeling (Part 2)
Part 27 : Rio Plan (Part 1)
Part 28 : Rio Plan (Part 2)
Part 29 : What Happen With Rio?
Part 30 : The Fragile Side of Giselle
Part 31 : The Mysterious Message
Part 32 : New Protector For Giselle
Part 33 : That Message Again?
Part 34 : Poison?
Part 35 : Revealed (Part 1)
Part 36 : Revealed (Part 2)
Part 37 : Revealed (Part 3)
PENGUMUMAN!! PLEASE READ THIS CHAPTER!!
Part 39 : The Memory (Part 2)
Part 40 : The Investigation (Part 1)
Part 41 : The Investigation (Part 2)
Part 42 : The Investigation (Part 3)
Part 43 : The Investigation (Part 4)
Part 44 : Lead to The Truth
Part 45 : The Truth (Part 1)
Part 46 : The Truth (Part 2)
ANNOUNCEMENT!! Please dibaca!! Sangat penting
Part 47 : The Truth (Part 3)
Part 48 : The Truth (Part 4)
Part 49 : The Truth (Part 5)
Part 50 : The Truth (Part 6)
Epilog

Part 38 : The Memory (Part 1)

4K 122 13
By hejitsmanda

#Flashback On

Suasana di pagi hari yang begitu indah disertai suara merdu dari burung-burung kecil yang berkicau membuat mereka semakin semangat untuk bermain diluar rumah.

Mereka menyebut diri mereka adalah tiga serangkai. Menurut mereka, mereka tak pernah terpisahkan. Mereka akan selalu bersama, mulai dari bermain, pergi sekolah bersama hingga menikmati liburan bersama. Mereka adalah Mario Reynaldo, Christof Julliano, dan Ivara Julliana.

Mungkin kalian heran mengapa nama Christof dan Ivara mirip? Karena sebetulnya mereka adalah kakak beradik. Usia Christof dan Ivara berbeda empat tahun. Meski begitu, Ivara tak malu berteman dengan teman kakaknya yang tak lain adalah Mario. Sedangkan Mario adalah tetangga dari Christof dan Ivara yang sekarang begitu dekat dengan mereka berdua. Mario merasa beruntung dapat memiliki tetangga juga teman sebaik Christof dan Ivara.

Pagi itu, terlihat tim kakak adik sedang berkumpul di depan rumah Mario dan sedang berdiskusi bersama.

"Weh, Risto, ini si Io kemana sih? Kenapa ga keliatan batang idungnya. Udah tau mau main," ucap Ivara sambil tangannya menunjuk-nunjuk kamar Mario yang berada di lantai dua.

"Yaelah Var lo kayak gatau Io aja. Dia kan kebo. Yaudah kita bangunin secara paksa aja. Yoklah," ajak Christof pada Ivara. Mereka berdua pun memencet bel rumah Mario. Tak lama, Bi Surti—asisten rumah tangga Mario pun keluar membukakan pintu utama.

"Pagi den Risto, non Vara. Den Mario masih tidur diatas. Mau main ya?" Christof dan Ivara pun mengangguk. "Yaudah den non keatas aja, bangunin den Marionya. Bibi mau siapin sarapan dulu buat kalian bertiga."

"Makasih banyak bi!" seru tim kakak adik—Christof dan Ivara. Mereka berdua pun segera ke lantai dua dan membuka kamar Mario secara pelan-pelan. Begitu melihat orang yang mereka maksud, mereka segera mengambil barang-barang milik Mario yang dapat dipukul. Dalam hitungan ketiga, tim kakak adik membunyikan dengan nyaring hingga Mario terjatuh dari kasur kesayangannya.

"Anjir pantat gue," seru Mario sambil mengusap pantatnya yang baru saja mencium lantai kamar dengan mulus.

"Mampus lo! Lagian lo ga inget, kan pagi ini kita mau main, Io. Main lo!" seru Ivara sambil menarik Mario supaya berdiri. Diantara tiga sernagkai memang Mariolah yang paling suka telat bangun tidur. Bahkan saat mereka berangkat sekolah bersama saja, Mariolah yang paling terakhir keluar dari rumahnya.

"Mandi sono lo, Yo. Bau anjir lo!" Mario yang malas berniat untuk kembali ke tempat tidurnya. Namun, Ivara yang mengetahuinya, segera menarik lengan Mario dan mendorongnya masuk ke dalam kamar mandi.

"Kita tunggu sepuluh menit lagi. Sepuluh menit ga turun, traktir kita tiga minggu!" ancam Chistof yang membuat Mario berpasrah dan segera dirinya masuk ke dalam kamar mandi.

Kira-kira setelah lima menit, Mario sudah turun dari kamarnya dan menghampiri Christof dan Ivara yang sedang melahap sarapan dengan lahap.

"Weh, mana sarapan gue? Jangan bilang lo pada ngabisin jat-" Belum Mario selesai berbicara, Ivara sudah meletakkan piring berisi roti dan telur mata sapi di depan Mario.

"Ga usah bawel." Ivara yang sudah selesai sarapan, segera mendaratkan pantatnya disofa dan mulai menyalakan televisi dan menontonnya. Christof yang juga sudah selesai sarapan segera mengikuti Ivara. Mario yang masih sarapan, hanya menggeleng kepalanya pelan saat melihat tingkah kakak beradik itu.

"Inget yak ini bukan rumah kalian!" teriak Mario secara tiba-tiba. Christof dan Ivara yang mendengarnya tak menghiraukannya sama sekali. Karena kesal tak ditanggapi, Mario segera menghampiri mereka dan duduk ditengah keduanya. Mario menoleh kearah kanan kiri untuk mengganggu Christof dan Ivara. Namun, keduanya tak ada yang merasa terganggu.

Kali ini Mario benar-benar kesal dengan sahabat-sahabatnya itu. Walaupun Christof dan Ivara selalu bertindak seperti itu padanya, Mario tetap saja kesal dengan keduanya. Karena kali ini Mario benar-benar tak ditanggapi oleh keduanya, Mario pun berdiri menghalangi televisi yang sedang menyala sambil melipat kedua tangannya didada.

"Ga usah lo masang tampang sok galak lo, Yo. Udah kebal kali kita," ucap Christof dengan pandangan masih tetap lurus ke depan melihat televisi.

"Katanya tadi mau main, ini gue udah selesai. Kalian malah nonton sih. Ya udah kalo ga mau ikut. Bodo amat," umpat Mario sambil pergi keluar rumah. Christof dan Ivara yang tahu bahwa Mario benar-benar marah, segera menyusulnya dan menghentikan langkah Mario.

"Yaelah Yo, jangan marah beneran dong. Kan gue sama Risto becanda doang kali."

"Tau loh, tumben amat marah. PMS lo? Hahaha," ledek Christof yang membuat Mario semakin marah sambil berjalan membawa sepedanya keluar rumah.

"Weh Rio tunggu!" Ivara dan Christof segera menyusul Mario yang sudah jauh berkendara. Christof dan Ivara pun berhasil mengejar Mario dan mereka pun mensejajarkan posisi mereka.

"Yo, pagi-pagi ga baik kali marah-marah. Baikkan yuk? Cape tau sok diem-diem ga jelas begini," ucap Ivara. Ivara kira ia akan mendapat jawaban dari Mario. Namun, dugaannya salah. Mario tetap diam sambil tetap mengayuh sepedanya.

"Berenti-berenti! Yo, maafin gue sama ade guelah. Canda doang kita tadi. Ya maafin ya?" pinta Christof dengan muka memelas di depan Mario. Ivara pun ikut memelas di depan Mario. Hingga pada akhirnya setelah beberapa detik karena tak tahan menahan tawa, tawa Mario pun pecah. Christof dan Ivara yang melihat Mario tertawa awalnya bingung hingga mereka akhirnya sadar bahwa mereka telah dikerjai oleh Mario.

"Hahahaha.. Guys, kalian harus liat tampang melas kalian tadi. Sumpah, kocak asli. Ngakak gue," kata Mario sambil terus tertawa terbahak-bahak.

"Damn you, Yo!" umpat Christof yang langsung menonjok perut Mario hingga Mario meringis kesakitan.

"Weh gila lo, To. Lo makan apaan sih, gila tonjokkan lo kenceng bener."

"Makanin barbel gue tiap hari. Ya nasilah yang gue makan, gimana sih lo, Yo! Pake nanya kek orang polos aja."

"Ya siapa tau kan beneran lo makan barbel. Lo kan pernah bilang, lo itu pemakan segalanya. Ya gak, Var?" Ivara pun mengangguk setuju.

"Ye gak barbel juga kali yang gue makan. Eh, main yang lain yuk. Males gue naik sepeda mulu. Gimana lo pada ikut gue terus bakal gue tunjukkin abis ini kita main apa. Mau ga?" ajak Chritof dengan ekspresi bahagianya.

"Ayu dah!" Christof, Ivara, dan Mario pun menaiki sepedanya lagi dan mengikuti Christof yang entah akan membawa mereka kemana. Betapa kagetnya Ivara dan juga Mario ketika Chrtof membawa mereka pulang dan berhenti di rumah Christof dan juga Ivara.

"Kak, ngapain lo ngajak kita pulang. Katanya tadi mau main yang lain."

"Iya tuh. Mana mainannya?"

"Itu mainannya," jawab Christof sambil menunjuk mobil orang tuanya yang berada dalam garasi. Ivara dan Mario yang tahu jalan pikiran Christof segera menolaknya.

"Engga, To! Lo gak boleh naikin mobil bonyok lo. Gila ya lo! Weh emang lo udah bisa apa makenya?" tanya Mario penuh selidik.

"Ya-ya bisalah gue. Gampang kali bawa mobil. Ayolah pada mau ikut gak? Mumpung gratis nih gue supirin. Nanti-nanti lo bayar loh kalo gue supirin."

"Kak, lo gak gila kan? Otak lo mulai geser kali ya."

"Ivara sayang, adek abang yang ngeselin. Gue mana pernah sih becanda. Otak gue juga ga pernah geser kok. Ini gue lakuin sadar lagi," jawab Christof pada Ivara.

"To, gue ga yakin ini bakal berjalan mulus."

"Iya To. Sumpah ya To, gue sebagai adek lo ga yakin ini ide yang bagus deh. Sejak kapan sih lo bisa bawa mobil, heh? Sejak kapan? Gue aja ga pernah liat lo latian mobil sama papa. Lagian ya lo itu masih SMP kak, kek gue. Ngapain sih naik mobil sekarang."

"Ya gapapa. Gue pengen aja ngerasain nyetir mobil itu gimana. Lagian kalo gue lebih cepet bisa naik mobil kan buat lo juga, Var. Kalo papa liat gue bisa naik mobil, kita ke sekolah gak usah dianter supir lagi. Tinggal gue aja deh yang nyetir," jelas Christof yang masih bersih keras.

"To, apa yang dibilang Ivara bener. Sejak kapan sih lo pengen bisa naik mobil? Liat lo latian aja ga pernah. Ga yakin gue lo bisa bawa mobil beneran."

"Apalagi sih yang lo raguin? Tenang aja gue bisa kok bawanya. Kalian emang ga pernah liat gue latian, tapi aslinya gue latian loh. Udah ya guys, percaya sama gue buat kali ini. Gue bisa kok bawanya. Okey?" Ivara dan Mario pun saling bertukar pandang. Setelah beberapa detik, akhirnya Ivara dan Mario pun mengangguk setuju pada rencana Christof.

"Nah gitu dong, guys! Var, lo bukain pagarnya gih," pinta Christof sambil berjalan masuk ke garasi rumahnya.

"Lah emangnya lo bisa masuk ke dalem mobil?" tanya Ivara.

"Siapa bilang kita ga bisa masuk?" Seketika Christof mengeluarkan kunci mobil dari saku celananya.

"Kak! Lo ngambil dimana? Jangan bilang lo nyusup ke kamar mama papa ya?" tanya Ivara penuh curiga. Pasalnya, papa Christof jika tak memakai mobilnya, maka kunci mobil itu akan disimpan baik-baik supaya tidak ada yang bisa menemukannya. Namun, Christof berhasil menemukan kunci itu. Christof masuk ke dalam mobil dan mulai menyalakannya. Begitu Christof ingin memundurkan mobil, teriakan Ivara menginterupsi tindakan Christof.

"Christof! Wey, berenti!"

"Buset deh Ra, napa sih lo?!"

"Lo beneran bisa nyetir nih mobil? Lo liat dong barusan ada anak kucing hampir ketabrak sama lo. Gila untung Iyo cekatan ngambil kucingnya kalo enggakan dosa lo." Seketika itu raut wajah Christof masih biasa saja seperti tidak ada yang terjadi.

"To, seriusan muka lo kek gitu? Lo ga bersalah hampir ngambil nyawa kucing kecil itu?" tanya Mario yang benar-benar kesal dengan ekspresi Christof tadi.

"Kenapa harus bersalah? Yang penting tuh kucing gapapakan? Lagian lo gatau apa, kucing ditabrak sekali nyawanya masih delapan kali," jawab Christof enteng.

"Udahlah lo ga usah marah sekarang, gue mau mundurin mobil lagi. Lagian sih lo Ra bukannya dari tadi bilang ada kucing lewat." Merasa sebal dengan sang kakak, Ivara hanya bisa mendengus ketika mendengar pernyataan kakaknya tadi.

Akhirnya, mobilnya pun bisa keluar dengan mulus. Ivara dan Mario pun masuk ke dalam mobil.

"Okay guys, let's do this!" Mobil yang dikendarai Christof pun mulai melaju dengan pelan. Akhirnya, mereka bertiga pun berkeliling komplek dengan mobil tersebut.

"Guys, kayaknya bakal seru nih keluar dari komplek rumah. Gue keluar ya," kata Christof dengan sangat tiba-tiba yang membuat Ivara dan Mario seketika melotot kearah Christof.

"Gila ya lo To! Ga ada keluar dari komplek ya!" ancam Ivara. Christof yang memang keras kepala, tetap saja mengambil jalan kearah keluar komplek perumahan mereka.

"To! Asli kali ini lo udah gila. Tadi gue diem aja pas lo ajak naik mobil. Nah, sekarang gue ga bisa tinggal diem. Berenti gak lo, To! Berenti anak gila!" teriak Mario dengan amarah yang sudah masuk ke ubun-ubun kepalanya.

Christof tetap saja tak mendengarkan Ivara dan Mario. Ia tetap terus menjalankan mobilnya. Ivara dan Mario yang melihat Christof tetap menjalankan mobil tersebut, segara mengambil tindakan. Keduanya berusaha mengganggu Christof dengan cara mengambil alih kemudi. Sempat terjadi keributan dan pada akhirnya Christof tetap bisa mengamankan alih kemudinya lagi.

"Gila ya lo berdua! Kalo tadi nabrak orang gimana coba!" teriak Christof saat pada akhirnya mobil yang dibawanya berhenti dipinggir jalan.

"Ya lagian lo kalo ga ada tindakan langsung gamau berenti. Ya udah kita harus pake cara maksa lo deh. Ya gak, Yo?"

"Bener banget. Lagian lo tuh jan sok ide deh keluar komplek. Lo tuh masih SMP, masih bocah juga dah, To. Ngapain sih gegayaan kek anak SMA aja lo."

"Apa-apan sih ini. Kenapa jadi bawa-bawa status pendidikan sih lo, Yo? Gue tau gue masih SMP, tapi kan bentar lagi gue lulus dan bakal jadi calon anak SMA, jadi gapapalah gue gaya dikit. Lagian temen-temen gue yang lain udah pada bisa juga naik mobil. Masa gue engga. Gengsi dong gue gak bisa. Berasa banci gue."

"Kak, lo sejak kapan sih jadi peduli banget sama hal gituan? Sumpah ya, gue tau nih pasti lo begini karna lo di kelas main sama anak-anak gak bener itu. Sekarang aja bahkan lo ga mau dengerin gue sama Mario. Asli lo berubah, kak," ucap Ivara dengan raut wajah yang tiba-tiba sendu.

"Apaan sih lo, Ra! Gak usah bawa temen-temen gue. Mereka ga salah kok. Emang guenya aja yang mau berubah. Dan gue cape harus dengerin kata-kata lo berdua terus. Boleh dong gue dengerin kata temen-temen gue yang lain? Temen gue kan gak cuman lo berdua doang."

"Ya kita tau To, tapi apa kata Iva-"

"Udahlah cape gue dengerin lo berdua ngoceh." Begitu kalimat tersebut selesai diucapkan, Christof tancap gas dan melaju sangat kencang hingga Ivara dan Mario pegangan dengan sangat erat. Karena kondisi jalan komplek yang sepi, Christof menambah kecepatan. Christof hendak keluar dari komplek perumahan namun ia lupa bahwa sebelum keluar komplek ada tikungan tajam dimana ia harus mengurangi kecepatannya. Namun, semua terlambat. Mobil yang dikendarai Christof pun hilang kendali saat belok di tikungan tersebut.

BRAAKK

Mobil Christof menabrak sebuah pohon besar di dekat tikungan tersebut. Mobilnya rusak parah sama seperti ketiga orang yang ada di dalam mobil tersebut. Ivara, Mario, dan juga Christof mengalami luka berat hingga mereka tak sadarkan diri. Sampai pada akhirnya, yang diingat oleh ketiganya adalah suara-suara orang memanggil nama mereka dari luar jendela mobil.

****

~ Tiga minggu kemudian~

Dengan perlahan matanya mulai terbuka seiring masuknya sinar dari lampu ruangan tersebut. Saat dirinya benar-benar tersadar, ia mencoba untuk melihat sekeliling dan mengingat apa yang terjadi padanya.

Begitu melihat sekeliling, ia tidak menemukan siapa-siapa hanya ada bangku kosong dan peralatan medis. Ia juga bisa menghirup aroma rumah sakit yang sudah sangat lama tak pernah ia hirup. Ia adalah Christof Julliano.

Karena tak menemukan sebuah petunjuk, Christof pun kembali bertanya dalam hati, sebenarnya apa yang terjadi dengan dirinya. Saat menutup mata sejenak, tiba-tiba sekilat bayangan muncul dalam benaknya. Bayangan itu membuat dirinya kembali ingat apa yang terjadi hingga dirinya sekarang bisa berada di rumah sakit. Sampai pada akhirnya, ia ingat akan seseorang yang seharusnya sedari tadi muncul dibenaknya.

"Ivara!"

Christof segera bangkit dan hendak keluar dari kamar rawatnya sambil membawa infus yang berada ditangannya. Namun, sebelum keluar kamar, Hanson dan Jollie—papa dan mama Christof tiba-tiba masuk ke dalam kamar Christof.

"Loh Christof kamu udah sadar, sayang? Kamu mau kemana? Kamu kan masih sakit. Ayo kamu balik tidur lagi," ucap Jollie sambil memapah Christof berbaring kembali di ranjang rumah sakit. Christof pun hanya bisa mengikuti keinginan sang mama.

"Kamu tadi mau kemana sih, sayang?"

"A-aku mau jenguk Ivara ma," ucap Christof yang membuat Hanson dan Jollie saling pandang dengan tatapan sendu. Namun, tiba-tiba pandangan Hanson berubah menjadi tajam saat melihat kearah Christof.

"Kamu masih peduli sama adik kamu, hah?!" seru Hanson dengan nada tinggi yang membuat Christof heran.

"Papa!" seru Jollie saat berusaha membuat Hanson lebih tenang.

"Maksud papa apasih? Kalo memang aku ga peduli sama Ivara, aku ga mungkin bangun-bangun nyariin dia. Tapi buktinya aku nyariin dia pa!" balas Christof dengan suara yang tak kalah tinggi.

"Kamu bilang kamu peduli sama Vara? Coba papa tanya sekarang sama kamu. Kalau kamu kecelakaan kayak gini, kamu masih bilang kamu peduli sama dia? Kalau kamu peduli sama Vara apalagi sama keselamatan kamu sendiri, kamu gak usah sok-sok nyetir mobil. Apalagi kamu berani ya masuk ke kamar mama sama papa dan ngambil kunci mobil. Coba kamu pikir itu sekarang!" seru Hanson yang membuat suasana makin panas.

"Pa, udah! Cukup! Risto baru sadar pa, dia belum tau apa-apa. Mama mohon pa, belum waktunya dia untuk tau," ucap Jollie yang membuat Christof kebingungan.

"Belum tau apa ma? Risto belum tau apa?!" tanya Christof setengah berteriak. Yang ditanya justru menitikkan air mata secara perlahan. Membuat Christof semakin bingung dengan apa yang terjadi sebenarnya.

"Kenapa ma? Jawab Risto ma."

"Ade-adek kamu, To."

"Iya ma, Ivara kenapa? Dia gapapakan? Dimana dia sekarang ma? Aku mau jenguk dia ma."

"Va-Vara.."

[TO BE CONTINUE]

****

Hello everyone!!
Sorry banget yahh gue baru balik setelah hiatus sangat lama!!

Sorry buat yg nunggu part ini because kemaren critanya naskah yg udah gue tulis ilang pas di microsoft wordnya. Jadi ya udah gue terpaksa buat ulang langsung di wattpadnya:')

Oh ya ini bersambung ya... Lanjutan "The Memory" akan ada di Part 39😊

Btw, Merry Christmas ya buat readers yang merayakan🎄💖

See you guys!!

All the love,

Gisel xx

-26 Desember 2017-

Continue Reading

You'll Also Like

733K 34.7K 40
Menjadi istri antagonis tidaklah buruk bukan? Namun apa jadinya jika ternyata tubuh yang ia tepati adalah seorang perusak hubungan rumah tangga sese...
3.8K 325 10
[don't forget to follow brillantemine] Hibry tidak melakukan apapun, namun kematian temannya yang tiba-tiba membuatnya dirundung mimpi paling buruk...
50.6K 4.7K 36
Welcome to JaeMinJu couple!!! ____________________________ Na Jaemin adalah seorang aktor yang sangat dikagumi oleh para gadis seusianya, termasuk sa...
5.3M 226K 54
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...