My Lovely Sister (S1) [COMPLE...

hejitsmanda által

451K 13.4K 774

#1 on Sister Tag (14-07-2020) #2 on SHS Tag (26-06-2020) #54 on Fiksi Remaja Tag (14-05-2018) #95 on Story Ta... Több

Prolog
Part 1: Mom Wedding
Part 2 : New Family Member
Part 3 : The Worst Thing I've Ever Heard
Part 4 : WHAT?! HE'S IN MY SCHOOL?!
Part 5 : F(uck)irst Day At School
Part 6 : Good Things
Part 7 : He Comeback
Part 8 : Unnerved
Part 9 : Confused
Part 10 : Serious or pretend?
Part 11 : Panic Attack
Part 12 : Why you gotta be so rude?
Part 13 :The Bad Day (Part 1)
Part 14 : The Bad Day (Part 2)
Part 15 : Why you always make me angry with you?
PENTING!! BUTUH COMMENT KALIAN PARA READERS TERCINTA:)
Part 16 : Fainted again?
Part 17 : A Little Happiness?
Part 18 : What's Wrong With Me?
Part 19 : A Little Moment
Part 20 : Care About Her
Part 21 : Almost
Part 22 : Bad Feeling (Part 1)
Part 23 : Bad Feeling (Part 2)
Curhatan Author
Part 24 : The New Beginning
Part 25 : Worry Feeling (Part 1)
Part 26 : Worry Feeling (Part 2)
Part 27 : Rio Plan (Part 1)
Part 28 : Rio Plan (Part 2)
Part 29 : What Happen With Rio?
Part 30 : The Fragile Side of Giselle
Part 31 : The Mysterious Message
Part 32 : New Protector For Giselle
Part 33 : That Message Again?
Part 34 : Poison?
Part 36 : Revealed (Part 2)
Part 37 : Revealed (Part 3)
Part 38 : The Memory (Part 1)
PENGUMUMAN!! PLEASE READ THIS CHAPTER!!
Part 39 : The Memory (Part 2)
Part 40 : The Investigation (Part 1)
Part 41 : The Investigation (Part 2)
Part 42 : The Investigation (Part 3)
Part 43 : The Investigation (Part 4)
Part 44 : Lead to The Truth
Part 45 : The Truth (Part 1)
Part 46 : The Truth (Part 2)
ANNOUNCEMENT!! Please dibaca!! Sangat penting
Part 47 : The Truth (Part 3)
Part 48 : The Truth (Part 4)
Part 49 : The Truth (Part 5)
Part 50 : The Truth (Part 6)
Epilog

Part 35 : Revealed (Part 1)

4.3K 157 19
hejitsmanda által

Pencarian terus berlanjut. Giselle, Rio, dan juga Tio bersama dengan Pak Polisi dan Satria mulai lebih detail mencari siapa pelaku yang selama beberapa hari belakangan ini meneror Rio dan juga Giselle.

Karena ingin cepat menemukan siapa pelaku dibalik semua teror ini, Giselle dan Tio rela begadang setiap hari libur demi membantu Satria mengumpulkan data-data yang diperlukan.

"Om, apa masih ada yang bisa kita bantu? Karna kalo aku liat dari data-data yang kita kumpulin kayaknya masih kurang deh," sahut Giselle ketika mereka—Satria, Giselle, dan Tio sedang memeriksa berkas-berkas dikantor Satria.

"Giselle, kamu sudah berusaha sangat keras untuk memecahkan kasus ini. Kamu rela begadang setiap hari libur hanya untuk membantu saya menyelesaikan kasus ini. Om tahu kamu begitu menyayangi kakakmu itukan? Tapi ingat akan kesehatanmu sendiri. Om tidak mau kena omelan kakakmu itu jika tahu adik perempuan kesayangannya sakit karena terlalu berusaha dalam kasus yang tak terpecahkan ini." Perkataan Satria membuat Giselle tersenyum simpul dan mengangguk.

"Ehm Tio bisakah kau mengajak Giselle untuk menghirup udara segar sebentar?" pinta Satria pada Tio dengan tatapan penuh arti. Mengerti maksud tatapan itu, Tio pun mengangguk dan membawa Giselle keluar dari ruangan Satria.

"Jadi lo mau kemana sekarang?" tanya Tio dikeheningan yang menyergap antara dirinya dan Giselle.

"Hemm.. Let me think. How about Little Town park?"

"Little Town park? The most memorable park for everyone who visit there?" Giselle mengangguk. Tio pun tersenyum dan segera melajukan mobilnya menuju taman itu.

~Saat di "Little Town Park"~

"Finally, fresh air in the middle of busy city," seru Giselle masih dengan logat Amerika yang dimilikinya.

"Nothing has changed since I visited this park for the first time."

"Really?" Tio pun mengangguk. Mereka berdua pun menduduki salah satu kursi taman dan melanjutkan obrolan mereka.

"Apa yang gak berubah dari taman ini? Yakin semuanya?" tanya Giselle penasaran.

"Iya semuanya. Dulu pas gue kesini pertama kali, suasananya sama kayak hari ini. Gak terlalu panas, gak terlalu mendung. Ya cuaca yang bagus buat para pejalan kaki yang melintas dan salah satu pejalan kaki itu adalah gue dan dia." Tio tiba-tiba berhenti bercerita sehingga membuat Giselle melihat kearahnya. Jelas terlihat, taman ini adalah memory Tio yang sebelumnya tidak pernah diketahui siapapun. Tapi saat ini, Giselle tahu.

"Are you okay, kak?"

"Sorry Sell, gue jadi curcol gini sama lo. Seharusnya gue gak perlu ngomong apa-apakan? Yang ada gue berbagi beban ke orang yang seharusnya ga mikirin beban gue."

"It's okay kak. Aku gapapa. Aku disini buat dengerin cerita yang emang kak Tio mau bagi. I'm fine with it. Kak Tio, cuman perlu rileks dan ceritain smuanya pelan-pelan," kata Giselle meyakinkan Tio agar dapat bercerita dengannya dan berbagi kesulitan yang dialaminya selama ini.

"Semua bermula dari taman ini. Bahkan pepatah di taman ini bener. Taman ini memang taman yang berkesan dan juga tidak terlupakan oleh siapapun yang pernah kesini untuk pertama kalinya. Dan kejadian itu juga tepat didekat bangku ini dan diwaktu yang sama enam tahun yang lalu."

#FlashbackOn

"Tiara, jangan cepet-cepet jalannya. Abang udah ngos-ngosan nih."

"Ahh abang mah payah. Segitu doang udah cape. Dasar abang cupuu. Mbleee," ejek Tiara Saputra—adik perempuan Tio yang saat itu berusia dua belas tahun.

"Heh apa kamu bilang? Abang kamu yang ganteng gini dibilang cupu? Wah mata kamu rusak deh Ra kayaknya. Sini gak!" perintah Tio supaya Tiara mendekat kearahnya.

"Gak mau."

"Tiara? Jangan buat abang gelitikin kamu ya kalo sampe ketangkep."

"Never in million year, bang. Because, aku bakal lari dan menghilang dari pandangan bang Tio. Da bang!" seru Tiara berlari menjauh dari Tio sehingga membuat Tio kaget dan segera menyusul adiknya itu. Saat berlari menyusul, Tio yang kelelahan langsung menghentikan langkah larinya. Dan mulai mengambil nafas sambil meneriaki nama sang adik. Namun, usahanya sia-sia. Sang adik benar-benar menghilang dari pandangannya.

Mengingat perkataan Tiara, membuat bulu kuduk Tio berdiri dan segera mencari keberadaan adiknya.

"Tiara! Kamu dimana? Abang nyerah deh, kamu menang kok. Pliss tunjukin diri kamu sekarang! Ayo kita pulang Tiara ini udah sore." Namun Tiara tidak menujukkan batang hidung juga.

"TIARAA!! Where are you, sist?" teriak Tio hingga ada seseorang yang menepuk pundaknya pelan.

"Apa anda yang bernama Tio Saputra?"

"Iya benar. Ada apa ya? Saya buru-buru mau mencari adik saya. Kalo tidak ada yang penting, saya harus per-"

"Ini soal adikmu."

~Dirumah sakit~

"Tiara? Tiara? Eng-enggak ini bukan kamu kan Ra? Ra, kenapa kamu bisa tidur disini? Ini kan bukan kamar kamu. Ra, bangun ayo kita pulang. Kalo kamu tahu kita disini, kamu ga bakal seneng liatnya. Ayo sekarang kamu bangun dan abang bakal bawa kamu pulang," kata Tio pada Tiara yang terbaring lemah dengan segala peralatan bantuan pernafasan yang dipasang.

"Sayang, tenang. Ini kenyataan sayang. Adik kamu disini bukan untuk tidur tapi untuk-"

"Untuk apa ma? Tiara pasti lagi ngerjain aku kan? Tiara gak mungkin terbaring lemah kayak gitu. Pasti ini permainan yang mau dia mainkan sama aku kan ma? Iyakan?" Jessica—mama Tio semakin tak kuasa menahan air matanya melihat Tio yang seperti orang tak waras.

"Tio, cukup nak. Kamu harus menerima kenyataan kal-" Tiba-tiba saat Randy—papa Tio berbicara terdengar suara yang begitu nyaring dari mesin di ruangan itu. Ketika mendengarnya, Tio tak dapat menggerakkan tubuhnya. Bahkan saat suster dan dokter menyuruhnya dan orang tuanya untuk menunggu diluar ruangan, Tio tidak dapat merasakan kakinya menapak dengan ubin rumah sakit.

Badannya sangat kaku untuk digerakkan. Hanya satu hal yang dapat dilakukan Tio saat itu. Walaupun tubuhnya kaku tapi Tio segera berlari dan memeluk sang adik, Tiara Saputra.

"Engga-engga. Tiara kamu pasti lagi ngerjain abangkan? Kamu pura-pura ajakan? Jawab Ra, jawab abang Ra. Kenapa kamu suka main yang bikin abang panik sih Ra."

"Apa kamu begini karna abang ga berhasil ngejar kamu ditaman tadi? Terus kamu jadi pengen ngerjain abang kayak gini? Iyakan? Jawab Tiara!"

"Tio," panggil Jessica dan juga Randy yang semakin sedih melihat keadaan Tio.

"Engga ma pa, Tiara masih hidup kan? Tiara belom bener-bener ninggalin kita kan? Bilang sama Tio kalo Tiara masih sama-sama kita. Ya kan ma pa?" seru Tio dengan keadaan yang benar-benar kacau.

"Nak, ikhlaskan dia pergi dengan tenang," pinta Randy pada Tio.

"Engga pa. Tio ga bakal rela Tiara pergi gitu aja. Masih banyak hal yang harus Tio lakuin buat Tiara pa dan salah satunya itu Tio mau Tiara denger kalo Tio minta maaf sama dia. Ini semua salah Tio. Tio gak bisa jagain dia dengan baik waktu ditaman tadi hingga jadinya Tiara harus-harus..."

Tio menangis sejadi-jadinya hingga kedua orang tuanga memeluknya dan memberikan kecupan pada puncak kepala anaknya itu.

"Engga sayang. Ini bukan salah kamu. Ini memang sudah takdir Tiara untuk pergi sekarang," kata Jessica pada anak laki-lakinya itu.

"TIARAAAA!!!"

#FlashbackOff

Tanpa terasa, Giselle menitikkan air matanya sesudah mendengarkan kisah tragis itu.

"Sejak hari itu, gue ga pernah berkunjung ke taman ini sampe akhirnya lo ajakin gue kesini."

"Ka, aku min-"

"It's okay, Sell. Dengan gue kesini lagi, gue berani ngadepin masa lalu itu dan gue udah bisa benar-benar ngikhlasin Tiara diatas sana." Mendengar kata-kata itu, Giselle langsung menepuk pundak Tio untuk menenangkan.

"Kalo gue boleh jujur Sell, gue kayak ngeliat sosok adek gue lagi di diri lo. But, gue ga bermaksud nyamain lo sama dia. Lo sama dia tetep beda. Tapi ketika lo sedih, ada gejolak didiri gue buat ngejagain lo sama seperti gue ngejagain adek gue sendiri."

Mendengar penuturan Tio, Giselle menjadi takjub akan sosok Tio yang ternyata dibalik senyuman manis yang ia berikan tiap hari ternyata menyimpan sejuta perasaan teramat dalam untuk sang adik.

"It's okay kak, aku ngerti kok. Ya seengganya kalo kakak inget Tiara lagi didiri aku kakak bisa senyum lagi kayak gini nih," kata Giselle sambil menarik sudut bibir Tio menjadi sebuah senyuman. Tio yang diperlakukan demikian, kali ini benar-benar tersenyum senang tanpa ada rasa sedih yang ditutupi.

"Thanks Sell. At least, cara lo barusan makes me better. Yuk, udah mau malem. Gue traktir lo deh. Dideket sini ada cafe enak banget. Dulu gue sama Tiara suka kesana. Gimana? Wanna try it?"

"Ayoo ka laper nih."

"Dasar kecil-kecil tukang makan," seru Tio sambil mengacak rambut Giselle dan merangkul tubuh mungil Giselle.

"Terima kasih Tuhan, telah mempertemukan aku dengan Giselle. Aku akan menjaganya dengan segenap hatiku dan ragaku selama aku masih bernafas didunia ini."

****

"Rio?" Yang merasa dipanggil kemudian menengok kearah samping dan menemukan Satria berjalan menghampirinya.

"Eh om Satria. Ada apa om pagi-pagi kesini?"

"Om mau kasih tahu kalo kamu malam ini bisa pulang. Karena kondisi kamu udah sehat."

"Puji Tuhan. Terus ada lagi om?"

"Oh ya, papa kamu tadi kasih tahu om kalau mereka bakal balik dua minggu lagi. Soalnya tiba-tiba kerjaan mereka disana mendadak bertambah. Nanti kamu bisa telfon papa kamu jam tujuh malam," kata Satria sambil duduk disalah satu sofa tamu dan mengeluarkan beberapa lembar kertas.

"Itu kertas apaan, om?" tanya Rio penasaran dengan tumpukan kertas putih yang dikeluarkan Satria dari dalam tas kantornya.

"Ini adalah hasil dari pencarian kita selama ini, Yo. Dikertas ini sudah ada jawaban siapa orang yang meneror kamu dan Giselle selama ini." Rio yang terkejut segera menerima kertas-kertas itu dan mulai mebaca dengan seksama.

"Seriously? Dia dibalik semua ini, om?" Satria pun mengangguk. Melihat anggukan itu, membuat Rio ingin keluar rumah sakit sekarang dan menghajar abis-abisan orang itu.

"Fuck! Jadi lo yang selama ini bikin hidup gue sama Giselle sengsara! Liat aja, lo bakal ngerasain hal yang sama kalo gue sampe ketemu lo. We'll see!" ucap Rio dalam hatinya sambil meremas kertas yang bertuliskan nama orang yang selama ini dicarinya.

"Oh ya Yo, kamu tahu Giselle pernah aduin kasus jendela kamar kamu yang pecah itu ke polisi?" tanya Satria dengan penuh selidik.

"Gak tahu om. Serius, Giselle beneran ke kantor polisi? Kayaknya ga mungkin deh om."

"Tapi kenyataannya itu bener, Yo. Dan beruntungnya polisi yang waktu itu ketemu Giselle adalah teman om di kepolisian. Dia cerita bahwa ia sedang menyelidiki kasus misterius dari sebuah batu. Ya pokoknya teman om ini menceritakan kejadian saat Giselle membuat pernyataan. Setelah diselidiki sama temen om ini, hasil dari batu itu juga memberikan jawaban yang sama dengan kertas yang kamu lihat tadi," jelas Satria.

"Sekali lagi makasih banyak ya om udah bantuin aku selama ini. Bener-bener setelah aku keluar dari sini kita harus langsung cari orang itu. Aku bener-bener gak sabar buat muka dia memar."

"Calm down, kid. Tenang saja, jika kita dapatkan dia, dia akan langsung mendapatkan ganjaran yang setimpal," kata Satria lagi sambil menepuk pundak Rio. Tak lama setelah itu, Satria pun membereskan barang-barangnya dan hendak keluar dari kamar Rio. Namun, suara Satria kembali terdengar.

"Rio, om balik ke kantor dulu. Nanti sore, om bakal jemput kamu lagi buat antar kamu pulang. Kamu tidak diperbolehkan menyetir sendiri dulu. Mengerti?" Rio yang mendengarkan pesan itu pun mengangguk semangat. Rio sangat semangat untuk kembali pulang. Kembali kepada kehidupan lamanya, yaitu hidup bersama dengan adik perempuan kesayangannya.

****

"So, gimana Sell kakak lo baik-baik aja kan?" tanya Gina sambil menyeruput es jeruk miliknya. Giselle yang sedang makan siomay pun berhenti mengunyah dan merubah posisi duduknya menghadap kearah Gina.

"Luckyly, he's fine. Thanks God. Waktu terakhir kali gue kesana, untung lo suruh gue pergi cepetan. Karna disitu gue ketemu sama suster yang disuruh sama penerornya buat ngeracunin Rio."

"What? Gila ya tuh suster. Pecat aja udah suster begituan. Mau-maunya disuruh orang ngeracunin pasiennya sendiri," maki Gina saat membayangkan sosok suster itu.

"Sayangnya Gin, harapan lo bener. Tuh suster abis dimintai keterangan sama polisi, dia dikeluarin. Cuman untung aja suster itu bantuin kita buat kasih tahu siapa pelaku sebenernya."

"Lah kok bisa? Bukannya tuh suster anak buahnya pelaku itu?" kata Gina dengan nada lebih tinggi.

"Sssttt, kenceng banget sih lo. Inget ini kantin."

"Oh iya lupa gue, Sell. Lanjut ceritanya."

"Ya itu bisa terjadi soalnya dia tanda tanganin surat perjanjian gitu dikantor polisi. Dia bersedia bantuin polisi buat kasih tahu kalo pelaku itu keluar atau ketemu sama dia lagi," jelas Giselle yang membuat Gina mengangguk paham.

"Okey jadi sekarang lo tinggal nunggu kabar soal siapa pelaku itu dan keberadaannya dong?" Giselle mengangguk sambil mengunyah siomay mang Mamat—penjual siomay paling enak menurut Giselle.

"Ya gue doain yang terbaik buat Rio deh. Semoga cepet ketemu pelakunya siapa."

"Uwa-min," balas Giselle masih sambil mengunyah.

"Btw Sell, lo sekarang lagi deket sama ka Tio ya? Kok bisa?" tanya Gina benar-benar penasaran.

"Oh gue sama ka Tio? Sebenernya sih biasa aja mungkin jadi keliatan deket soalnya beberapa hari belakangan ini, gue dianter jemput sama dia. Biasa pesenannya Rio. Gue musti pulang sama orang yang dia percaya. Ya orang yang dia percaya sekarang Tio. So, banyak orang yang berpikiran gue sama dia pacaran. Padahal engga astagaa. Yakali," jawab Giselle dengan panjang lebar.

"But, my opinion nih ya Sell. Lo cocok sama dia deh. Gue liat-liat ya ka Tio itu dewasa banget. Cocok gitu sama lo," kata Gina sambil tersenyum penuh arti dan beranjak dari posisi duduknya.

"Maksud lo apaan tuh? Gue ga dewasa gitu? Damn you, Gin!" seru Giselle sambil mengejar Gina yang sudah meninggalkan kantin lebih dahulu.

*****

HALOHA GUYS!!

I'm backk!!

Btw, gimana sama part ini? Kalian sedih ga sih liat Tio yang sangat kehilangan adeknya??:(

Gue sebagai author ikutan sedih guys:(

Smoga saja feelnya dapet ya temen2:) hehehe

Okeyy tadi kita liat juga Rio udah tau siapa pelakunya... Hemm kira-kira siapa ya? Yukk coba kalian tebak siapa ya...

See you di Part 36 guys!!

Gisel xx

-12 Juni 2017-

Olvasás folytatása

You'll Also Like

1K 240 59
Masa depan yang begitu menyeramkan untuk seluruh umat manusia, kawanan Amo datang dan membuat banyak manusia menjadi kehilangan kesadaran atas diriny...
2.7M 155K 39
DILARANG PLAGIAT, IDE ITU MAHAL!!! "gue transmigrasi karena jatuh dari tangga!!?" Nora Karalyn , Gadis SMA yang memiliki sifat yang berubah ubah, kad...
MERAPI Aing Indah által

Ifjúsági irodalom

2.4M 285K 35
Merapi itu toxic. Dan Airin itu munafik. Merapi selalu berlaku kasar pada Airin, sedangkan Airin selalu tersenyum menantang dan bersikap seolah-olah...
685 187 9
Jenuh akan pekerjaannya, membuat Sohyun sering menghabiskan waktu sepulang kerjanya dengan mabuk-mabukan. Semuanya tampak membosankan, hingga ia meli...