Sejak perjanjian antara Giselle dan Rio yang menyembunyikan masalah surat itu, membuat Giselle penasaran. Giselle merasa ada sesuatu yang terjadi pada Rio dengan seseorang. Walaupun Giselle tidak tahu orang itu siapa. Tapi Giselle yakin seseorang itu mengirim surat kepada Rio dengan kata-kata seperti itu pasti ada maksud untuk balas dendam ke Rio.
Giselle yang kini sedang bersiap untuk menjenguk Rio kembali di rumah sakit tiba-tiba terlintas ide. Giselle berjalan menuju kamar Rio dan mengambil batu yang kemarin dipakai orang iseng itu untuk memecahkan kaca jendela kamar Rio. Dan Giselle ingin membawa batu ini ke kantor polisi untuk diperiksa.
"Ma, Giselle berangkat dulu ya."
"Makanannya Rio udah, sayang?"
"Udah ma. Giselle langsung ya ma. Bye," pamit Giselle yang langsung melesat menuju rumah sakit.
Sesampainya Giselle di rumah sakit, ia pun langsung turun membawa kotak berisi makanan kesukaan Rio. Namun saat melihat kamar Rio penuh dengan tamu, Giselle memberhentikan langkahnya dan langsung bersembunyi di salah satu pilar.
"Duh ka Rio kasian ya, bolak balik masuk rumah sakit terus kayak gini. Ahh nanti gue bakal siapin sarapan buat dia," bisik salah satu cewek yang sudah Giselle yakini mereka adalah fans Rio.
Ketika Giselle sudah merasa aman, barulah ia keluar dan menuju kamar rawat inap Rio.
"Rio?"
"Eh Sell, tumben udah dateng."
"Ya seharusnya gue lebih pagi dari tadi. Huft, untung gue tadi bisa ngumpet kalo engga udah mateng kali gue ditanyain fans lo itu," kata Giselle sembari menaruh tas kecil dan kotak makan yang ia bawa.
"Ya biasalah anak keren kan kayak gini nasibnya. Hahaha. Eh btw, lo bawa apa?" tunjuk Rio saat melihat Giselle membawa sebuah kotak makan. Giselle pun berjalan menuju Rio dan duduk disamping Rio.
"Ini makanan kesukaan lo. Dibuatin mama nih," kata Giselle menyerahkan kotak makan tersebut kepada Rio. Rio langsung menyambar kotak itu dan segera membuka kotak itu untuk melihat isinya.
"Wihhh soto ayam, duh mama tau aja gue lama gak makan soto," kata Rio sambil tersenyum dan mulai menyendokkan suapan pertamanya. Giselle yang melihat Rio tertawa pelan. Ternyata tingkah Rio jika sudah melihat makanan kesukaannya langsung berubah menjadi seperti anak kecil.
"Lo itu kalo makan pelan-pelan makanya. Kayak anak kecil aja." Aktivitas makan Rio berhenti ketika merasa tangan Giselle mengelap sudut bibirnya.
"Eh sorry-sorry gak bermaksud," kata Giselle yang menurunkan tangannya dari wajah Rio.
"Udah selo aja. Btw, thanks ya udah bawain makanan ini sama yang tadi." Giselle mengangguk.
"Mm yaudah gue balik ya masih ada urusan nanti kalo masih sempet gue kesini lagi ya," kata Giselle membereskan tas kecilnya.
"Sell?" Giselle pun menoleh kearah Rio. Rio pun berkata, "take care ya."
"Sip. Gue cabut duluan. Oh ya, jangan lupa lo minum obat kalo sotonya udah abis," perintah Giselle pada kakak tirinya yang masih berada diatas kasur rumah sakit itu.
"Siap bos!"
****
"Bagaimana pak, apakah bapak bisa memeriksa batu ini? Mungkin jika di scan akan ada sidik jari pemegang batu ini," pinta Giselle kepada Bapak polisi didepannya ini. Bapak polisi ini pun menimbang-nimbang saran Giselle.
"Kami bisa melakukan itu, mbak. Tapi sebelumnya, batu ini digunakan untuk apa ya?"
"Jadi begini Pak, ada seseorang yang melempar batu ini ke kamar kakak saya sampai kaca jendelanya pecah. Dan dibatu ini ada surat teror. Nah saya yakin, pasti orang yang melempar ini yang membuat surat teror tersebut pak. Saya harus tahu siapa pelakunya, Pak karena ini menyangkut keselamatan kakak saya." Bapak polisi itu pun mengangguk tanda mengerti.
"Baiklah mbak, saya akan memprosesnya. Nanti saya akan hubungi mbak jika sudah ada kemajuan."
"Baik Pak, terima kasih. Saya permisi dulu," pamit Giselle pada Bapak polisi dan segera meninggalkan kantor polisi dengan doa yang Giselle panjatkan selama perjalanannya menuju rumah.
****
"Giselle, ayo sayang bangun dicari Evan tuh dibawah."
"Ha Evan ma? Kok tumben dia dateng tanpa bilang Giselle dulu?" kata Giselle yang masih menguap.
"Ya mama gatau. Udah sana cepet mandi, abis itu samperin Evan dibawah. Kasian dia nanti kelamaan nungguin kamu," perintah Erica. Giselle mengangguk malas dan segera bangkit menuju kamar mandi.
~Saat menghampiri Evan dibawah~
"Loh Van tumben lo kesini ga nelfon gue dulu," sahut Giselle yang tiba-tiba muncul.
"Ya biar surprise aja. Hehehe.. Btw, lo kemaren kemana aja sih, gue chat ga dibales mulu."
"Ohh itu iya kemaren gue nengok Rio ke rumah sakit," jawab Giselle sambil menyantap pancake buatan sang mama. Evan menelan ludahnya lalu bertanya, "Rio masuk rumah sakit lagi?" Giselle mengangguk.
"Iyaphh kanph diaph-"
"Kalo makan ditelen dulu baru ngomong." Giselle hanya menyengir lebar.
"Iya dia masuk rumah sakit gara-gara pingsan mendadak. Jaman sekarang masih ada yang neror pake surat gitu ya." Evan melirik Giselle setelah mendengar pengakuan mengenai Rio.
"Jadi Rio masuk rumah sakit karena kena teror?" Giselle mengangguk.
"Tapi gimana kondisinya, gapapakan?" tanya Evan turut perihatin.
"Gapapa kok. Ga berapa lama setelah dibawa ke rumah sakit, dia udah sadar." Evan yang baru selesai memakan pancake miliknya lalu menuju tempat cuci piring dan mencuci piring miliknya.
"Duh Van, kebiasaan lo ga pernah ilang ya. Masih tetep rajin. Makin sayang gue sama sahabat gue yang satu ini," kata Giselle sambil merangkul bahu Evan.
"Ya gue kan patut disayang sama lo hahaha... Ya udah yuk jalan mumpung weekend nih," ajak Evan sembari berdiri dan mengambil kunci mobilnya. Giselle yang bingung langsung bertanya, "emang kita ada rencana mau jalan ya?" Evan yang gemas akan tingkah Giselle langsung merangkul Giselle dan mengacak rambut Giselle gemas.
"Duh Sell, lo kok odong gitu dipelihara sih. Ya gue kesini tujuannya ngajak lo jalan. Kan gue tau semingguan ini mungkin lo suntuk dan ga ada hiburan gitu. So, ya gue mau ngajak lo ketempat yang seru-seru buat lo refreshing sejenak." Giselle yang mendengarnya langsung memeluk Evan erat dan berkata, "emang ya lo orang yang paling tau gue banget. Kalo gitu, gue ganti baju dulu. Tunggu bentar."
****
Kini Giselle dan Evan sudah tiba di wahana permainan Jungleland, Sentul. Keduanya pun menyambut pekan weekend kali ini dengan bermain di wahana baru dan nyaman ini. Giselle dan Evan pun bersenang-senang disana dan melupakan sejenak penat yang mereka alami di Jakarta atau aktivitas di sekolah mereka.
"Gilaa Van, ternyata lo bawa gue kesini! Gue dari dulu pengen banget kesini tapi ga pernah jadi. Sekarang lo udah wujudin deh. Thanks ya Van," kata Giselle menepuk-nepuk pundak Evan.
"Sama-sama bestie gue yang odongnya kadang-kadang kumat," balas Evan sembari mencubit hidung Giselle dan membuat Giselle kesakitan.
"Eh Van, beli gulali yuk, tuh disitu!" kata Giselle sambil menunjuk ke sebuah tempat yang menjual gulali. Giselle berlari mendahului Evan. Evan tersenyum simpul melihat tingkah Giselle seperti anak kecil.
"Tadi lo bilang gue kayak anak kecil, ternyata lo lebih parah," batin Evan dalam hati.
"Ayo Van, buruan nanti keduluan sama anak-anak kecil itu!"
"Iya iya sabar," jawab Evan berlari menghampiri Giselle yang sudah sampai duluan.
Giselle dan Evan bermain semua wahana. Mulai dari wahana biasa hingga wahana ekstrim. Keduanya tak lelah untuk memainkan semua permainan yang ada di Jungleland tersebut. Tak lupa juga mereka berfoto bersama disetiap kesempatan. Sama seperti sekarang, Giselle dan Evan sedang menaiki bianglala sembari menikmati suasana sore hari.
"Sell, mana camera polaroid lo?" Giselle yang sedang menikmati es krim kemudian mengambil camera plaroid yang berada di dalam tasnya dan menyerahkannya kepada Evan. Evan pun menerima dengan baik dan tanpa Giselle sadari Evan mengambil gambar dirinya secara diam-diam.
"Nih Sell, simpen baik-baik ya fotonya. Gue tuh yang ngambil gambarnya. Keren kan?" kata Evan sambil menunjukkan foto candid Giselle.
"Astaga, keren-keren kok. Hahaha.. Eh ayo kita foto. Pas itungan ketiga say keju okay?" Evan mengangguk.
"Satu.. Dua.. Tiga!"
"Keju!!" teriak Giselle dan Evan bersamaan. Tak berapa lama, hasil foto pun keluar. Evan dan Giselle tertawa bahagia melihat muka konyol mereka dalam foto tersebut.
"Thanks ya Van, lo udah selalu ada buat gue dan selalu menghibur gue."
"Sama-sama Sell. Gue juga seneng kok bisa buat lo seneng terus. Wkwkwk.." balas Evan sambil menggenggam tangan Giselle erat seolah tak ingin terpisah. Giselle pun membalas dengan senyuman manis dan menyenderkan kepalanya ke pundak Evan sambil menikmati matahari terbenam.
****
Hello this is part 17!!
Hope you like it guys!!
Dan ya sayangnya 3 part lagi menuju part 20, gue akan berhenti update next chapter karena gue akan melakukan revisi.
So be patient ya guys pas nunggu gue revisi. Gue usahain cepet karena gue ngejar sebelum gue bener-bener masuk sekolah
So yap, see you di chap 18, jangan lupa Vote+Comment yaaa
See you, bye my lovely readers:)
Gisel xx
-14 Juli 2016-