"EVAN!"
"Giselle?!"
"Kok lo bisa disini?!" jerit Evan dan Giselle bersamaan.
"Lo dulu," perintah Evan kepada Giselle. Mereka berdua pun duduk dan mulai berbincang kembali.
"Kok lo yang jadi tamu gue sih? Lo juga ga bilang sama gue kalo keluarga lo yang bakal ketemu sama keluarga gue," kata Giselle masih shok. Evan hanya tersenyum simpul.
"Sell, gue aja gak tau kalo keluarga gue mau ketemu sama keluarga lo. Yang jelas, kita berdua gak tau soal ini sama sekali. Gue yakin ini akal-akalan bonyok kita." Giselle pun mulai mengamati kedua orang tuanya dan orang tua Evan yang saat ini sedang berbincang dengan asiknya.
"Kita tunggu aja sampe mereka bilang apa tujuan dari pertemuan ini." Evan mengangguk mengerti. Evan dan Giselle kembali ke posisi duduk yang benar dan memperhatikan kedua orang tua mereka yang sedang berbincang. Rio yang sedari tadi tidak tahu apa-apa hanya bisa diam dan memperhatikan sekelilingnya dengan seksama.
"Ehem. Selamat malam semua. Terima kasih sudah datang pada makan malam hari ini. Sebenarnya acara makan malam hari ini mempunyai maksud dan tujuan-" Giselle, Evan, dan Rio saling berpandangan dan menyampaikan lewat isyarat mata mereka bahwa mereka pun tidak ada yang tahu apa maksud perkataan Herman.
"Maaf pa. Hmm, Giselle mau tanya. Maksud tujuannya apa ya? Kok Giselle gak pernah dikasih tau?" tanya Giselle yang penasaran. Herman, papa Giselle hanya tersenyum simpul. Herman pun menunggu saat-saat Giselle bertanya demikian.
"Jadi maksud dari makan malam ini adalah untuk merestui hub- Aww ma, sakit kaki papa," ringis Herman memegang kakinya yang sakit. Giselle yang sempat mendengar kata terakhir sebelum papanya meringis kesakitan yaitu 'merestui hub'. Merestui hubungan siapa? Siapa yang sedang menjalin hubungan?
"Gini sayang, maksud papa itu membangun relasi yang lebih baik lagi dengan keluarga Evan, ya kan Jollie, Chris?" tanya Erica, mama Giselle. Pertanyaan Erica disambut anggukan dari kedua orang tua Evan. Mendengarnya, Giselle bernafas lega. Pasalnya dia sedikit aneh dengan tingkah orang tuanya dan orang tua Evan yang tersenyum penuh arti kearah dirinya dan juga Evan.
"Iya Giselle, maksud tante sama mama kamu cuman mau membangun hubungan yang lebih baik lagi diantara kita apalagi keluarga kamu tambah satu anggota lagi kan. Sebelumnya nama kamu siapa, nak?"
"Mario Reynaldo, tante. Tapi cukup panggil saya Rio," ucap Rio memperkenalkan diri dengan sopan.
"Baiklah nak, Rio. Ya sudah ayo kita makan nanti makanannya keburu dingin." Pada akhirnya mereka semua melanjutkan aktivitas makan. Walaupun hati Giselle, Evan, dan Rio masih penasaran apa yang direncanakan oleh kedua orang tua mereka.
****
Giselle POV
Sepulang dari makan malam itu, gue masih belom lega dengan jawaban mama dan juga tante Jollie a.k.a mamanya Evan. Mereka cuman bilang makan malem tadi cuman biar relasi keluarga gue sama Evan tetap baik. Tapi tidak dengan papa. Papa bilang merestui hubungan. Tapi hubungan siapa? Gue lagi gak pacaran sama kayak Rio. Evan pun juga gitu, dia gak pacaran juga. Terus hubungan siapa yang papa maksud? Sampe sekarang kata-kata papa melayang-layang diotak gue. Akhirnya gue memutuskan untuk tidur dan melupakan sejenak masalah itu.
****
Evan POV
Gue masih gak nyangka aja kalo keluarga tamu yang dibilang sama papa adalah keluarganya Giselle. Kita sering makan malem bersama tapi baru kali ini makan malemnya terkesan membingungkan. Kenapa? Pertama dengan alasan yang sedikit tidak masuk akal yang diucapkan mama dan juga tante Erica. Mereka bilang mau membangun relasi yang lebih baik?
Buat apa coba? Kan sampe saat ini juga hubungan keluarga gue sama Giselle baik-baik aja gak ada yang putus. Tapi kenapa mereka bilang begitu? Apalagi ditambah kata-kata om Herman yang bilang merestui. Tunggu, merestui apa? Kalo dikaitkan dengan merestui hubungan agak sedikit aneh. Karena gue lagi gak pacaran, Giselle juga harusnya ga pacaran, apalagi Rio pasti belom punya pacar juga.
Tapi apa iya jangan-jangan Giselle mau dijodohin lagi sama seseorang. Terus karena keluarga gue deket, keluarga gue juga ikut serta mendengar kabar itu. Seriously? Rajin amat gue ikut-ikutan. Mending diceritain langsung ada dari Giselle, gak perlu repot-repot dari papa sama mama.
Tapi hati gue masih frustasi mikirin hal tadi. Soalnya gak tau kenapa, pas bonyok dan bonyoknya Giselle bilang gitu, gue gak percaya kalo itu alasan yang sebenarnya. Something wrong in here.
****
Rio POV
Sumpah ya makan malem tadi basi! Apalagi alasan makan malem tadi diadakan. Gue tau banget alasan aslinya bukan itu. Tapi ada hal lain yang seharusnya dikasih tau.
Apalagi gue masih asing banget disuasana makan malem gitu. Kalo masih sama papa, mama, sama Giselle sih it's okay. Tapi ini sama keluarganya Evan coyy. Baru juga kenal tadi pagi, tiba-tiba malemnya langsung makan bareng sama dia dan keluarganya.
Tapi gue juga penasaran sih sebenernya apa sih yang direncanain papa sama mama. Kenapa mereka tadi keliatan kayak menyembunyikan sesuatu hal sampe-sampe mama sengaja nginjek kaki papa. Hemm, interesting. Kayaknya harus gue selidiki, ada apa sebenarnya.
****
Author POV
Mon(ster)day. Sebutan untuk hari Senin dari para anak sekolah jaman sekarang. Hari ini langit sangat cerah namun berbeda dengan suasana hati Giselle yang mendung. Hatinya mendung karena ia harus masuk sekolah dan nanti harus mengikuti upacara bendera.
TOK TOK TOK
"Non Giselle, bangun non. Sudah siang, nanti non telat kesekolahnya. Udah ditunggu juga non sama bapak sama ibu," ucap Bi Imah. Giselle pun merenggangkan otot-ototnya yang kaku lalu bangkit berdiri dan keluar menuju kamar mandi.
"Iya bi, Giselle udah bangun. Bibi bilang ya ke papa sama mama kalo aku naik bis aja," teriak Giselle yang mulai menyalakan shower kamar mandi.
Sementara itu di tempat lain, Rio sudah bangun dan tengah bersiap untuk berangkat ke sekolah. Entah apa yang merasuki Rio sehingga ia bisa bangun sepagi itu.
"Pagi ma, pa," sapa Rio saat berada dimeja makan. Papa dan mama menyambutnya dengan hangat.
"Bu, pak, non Giselle bilang kalo nanti non Giselle naik bis aja kesekolahnya. Saya permisi, bu pak," pamit Bi Imah.
"Aduh si Giselle masih suka aja naik bis. Padahal kan udah ada mobil dia, kenapa dia gak pernah mau pake."
"Ya bagus dong ma kalo Giselle kayak gitu. Berarti dia gak boros. Dia lebih baik memanfaatkan kendaraan umum ketimbang naik mobil pribadi yang bisa buat jalan tambah macet," sahut papa. Rio yang mendengarnya sedikit takjub dengan sikap Giselle.
"Ma, emang dari dulu Giselle kayak gitu ya? Selalu naik bis gak pernah naik mobil atau motornya gitu?" tanya Rio.
"Iya Rio, Giselle dari dulu seperti itu. Udah mama bilangin tapi gak pernah dilakukan. Tetep aja dia naik bis. Makanya mobil dia pake jarang banget. Kalo motor masih lumayan buat dia pergi ke tempat yang deket-deket perumahan. Tapi itu pun sering jalan kaki." Rio pun mengangguk mengerti. Ternyata sikap Giselle tak seburuk yang Rio kira. Tanpa Rio sadar, hatinya mulai takjub dengan sosok Giselle.
****
"Van," panggil Giselle. Evan masih saja fokus pada komiknya. Giselle yang gemas langsung menarik buku itu dari tangan Evan.
"Apasih Sell?" Giselle pun menampakkan wajah kusutnya yang membuat Evan berkata lagi, "ya udah, lo mau ngomong apa?"
"Lo masih penasaran gak sih sama acara makan malem kemaren? Asli sih gue masih." Evan menyandarkan punggung dikursinya.
"Sebenernya sih iya, Sell. Kan kemaren yang buat gue bingung itu, kenapa pas bokap lo ngomong, kakinya malah diinjek sama nyokap lo, jadi seolah-olah nyokap lo sengaja motong kata-kata bokap lo," seru Evan. Dalam hati, Giselle pun menyetujuinya.
"Iya bener. Gue juga ngerasa kalo bokap gue mau ngomong sejujurnya tapi malah dipotong sama nyokap gue dan nyokap lo, yang alesannya bilang mau membangun relasi yang baik. What, kan kita udah baik-baik ngapain coba. Alesan basi." Evan menyetujui perkataan Giselle. Evan sudah menduga sejak awal bahwa ada yang tidak beres dengan pertemuan makan malam kemarin.
"Yaudah, Sell kita pikir lagi kapan-kapan. Pusing juga gue lama-lama." Evan dan Giselle pun bersiap untuk melanjutkan pelajaran selanjutnya.
****
Waktu pulang sekolah telah tiba, semua siswa pun berhamburan keluar kelas dan bersorak senang. Sama halnya dengan Giselle yang sudah menanti bel pulang sekolah dan kembali bisa beristirahat dirumah. Namun, semua rencana Giselle hendak pulang cepat tidak terwujud setelah mendengar pengumuman bahwa seluruh pengurus OSIS harus datang menghadiri rapat. Giselle memaki ka Edward karena telah mengganggu rencananya dirumah.
"Shit! Kenapa harus ada rapat disore begini sih?! Ganggu acara gue aja dah," gerutu Giselle sambil berjalan menuju ruang OSIS.
"Ya elah selo aja kali ada rapat. Itukan derita jadi pengurus OSIS," seru seseorang yang tiba-tiba menyahuti gerutuan Giselle. Giselle pun mencari siapa yang bersuara, lalu Giselle menemukan Rio yang tengah berjalan kearahnya. Giselle memandang Rio dengan tatapan mencibir.
"Lo gak usah sok comment gitu deh. Ini itu urusan pribadi gue. Mau gue suka, gak suka bukan urusan lo! Ngerti lo?!" tanya Giselle menatap Rio tajam. Rio tak mau kalah, ia membalas perkataan Giselle, "eh lo pernah denger gak kalo setiap orang boleh kasih pendapat? Kalo lo tau, itu yang lagi gue lakukan, memberikan pendapat sama orang yang gak tau diri kayak lo!" Rio langsung meninggalkan Giselle yang sedang terbakar api amarah.
"DASAR COWOK SIALAN, GAK TAU DIRI!"
Giselle yang penuh emosi saat ini, susah sekali untuk mengembalikan konsentrasinya saat rapat berlangsung. Yang Giselle pikirkan hanya ranjang dikamarnya yang sangat nyaman untuk ditiduri setelah pulang dari sekolah. Dan tanpa terasa rapat telah selesai. Semua pembahasan dalam rapat tersebut hanya angin lalu bagi Giselle yang sudah tak fokus.
"Giselle, lo kenapa sih? Kek orang ga bernyawa tau ga. Daritadi gue perhatiin lo melamun mulu. Napa sih lo?" tanya Gina khawatir. Giselle hanya menggeleng pelan.
"I know you so well, beb. Just tell me, okay?" Giselle menghembuskan nafasnya.
"Gue lagi cape gatau kenapa. Tadi rencananya mau pulang mau tidur eh taunya ada rapat. Terus sebelum rapat gue ketemu sama si Rio kampret itu yang membuat darah gue naik, Gin... Ngeselin abis itu cowok! Jadi kakak rese banget," cerocos Giselle pada Gina. Gina menepuk-nepuk pundak Giselle agar Giselle sabar menghadapi sifat Rio yang menyebalkan itu.
"Yaudah sabar aja. Ntar kalo kalian cape berantem, gue yakin kalian rujuk kok. Yaudah yuk pulang katanya mau tidur wkwkkw." Giselle dan Gina pun mempercepat langkah menuju keluar gerbang sekolah dan kembali kerumah masing-masing.
****
Haiiii lama tak berjumpa
Maaf agak lama updatenya soalnya gue lagi ngurusin drama yang hari senen bakal tampil. Ya btw itu buat lomba antarkelas gitu:/
Btw, banyak yang penasaran ya maksud dari makan malam kemaren apa kan?? HAHAHAHA *laugh like evil*
Sabar ya nanti bakal gue kasih tau kalo waktunya udah tepat *anjas*
Okay, jangan lupa untuk vote+comment kalo kalian suka part ini ya!!
Ditunggu part 10, COMING SOON YA!!
Bye
Gisel xx
-8 April 2016-