Selamanya [Sudah Terbit]

By LaksmiDAP

321K 24.5K 2.7K

Salmira membenci Ronan. Lelaki itu pernah menorehkan luka dalam hatinya di masa lalu. Sayangnya takdir memper... More

Perkenalan
Bertemu Sahabat Mama
Pertemuan
Mantan
Di Luar Prediksi
Kita Bisa Berteman?
Gak Perlu Temuin Gue Lagi
Belum Move On?
Good Idea
Pengganggu
Big Boss
Rumah Sakit
Menyemai
Memahami Perasaan
Merajut
Kotak Kenangan
Penyesalan Ronan
Deep Talk, Curi Dengar
Ketahuan
Janji Ronan
Break Up
She is Mine
Tidak Berpihak
Penguntit
Bawa Salmira Kembali
Bantuan Orang Tua
Mama Dareen
Satu Malam
Luluh?
Princess Lala
Cinta Lama
Bajingan
Dilema
Ada Apa dengan Ronan?
Jangan Bersedih Salmira
De Javu
Dua Lelaki Galau
My Heart
Butuh Waktu
Aki dan Nini
Dua Rasa yang Berbeda
Semua Salmira Dirayakan
Wedding Day
First Day
Apartment Kita
Sedih Tak Berujung
Do You Love Him?
Ronan's Wife
Suami dan Sahabat
Aku dan Kamu, Kita
Tutur Cahaya
LDR
Dia Pergi
Rumah
Perempuan Gila
Perempuan Gila 2
Mantan Ronan (Lagi)
Menantu Mama Una
Let Me Love You (Dareen- Lala)
Family Man
Selamat Datang Cinta yang Baru
Hallo
Author Menyapa
Pre Order SELAMANYA

Posesif

5.9K 539 47
By LaksmiDAP

Ronan mengerjapkan matanya kemudian bangkit dengan panik saat menyadari dirinya sendirian. Tidak ada Salmira di sebelahnya.

"Sayang! Sal! Kamu dimana?" Ronan berteriak mencari sosok Salmira.

Istrinya menyembulkan kepalanya dari pintu kamar. "Kenapa, Mas? Aku lagi masak."

Ronan berlari, kemudian menghampiri istrinya dan memeluk Salmira. "Tangan kamu masih sakit. Gak usah masak." Ronan meraih tangan kiri Salmira yang masih dibalut perban.

Salmira tersenyum sembari mengacak rambut suaminya. "I am okay, sayang," ucapnya kemudian kembali ke dapur.

Tiga hari telah berlalu sejak kejadian itu. Kemarin Salmira baru saja diperbolehkan pulang oleh dokter. Tidak ada masalah serius yang dialami wanita itu. Hanya luka bakar di tangannya saja. Sayangnya, yang mengalami masalah serius adalah suaminya. Ronan seperti memiliki trauma tersendiri akan kejadian yang meninmpa Salmira itu. Tiga hari belakangan, Ronan merasa tidak tenang kalau Salmira tidak dalam jangkauannya. Rasa takut kehilangan itu terasa makin menjadi-jadi untuk Ronan disaat netranya tidak menemukaan sosok istrinya.

"Jangan masak dulu!" Ronan mematikan kompor induksi yang diatasnya Salmira sudah memanaskan pan dan siap untuk memasak.

"Kalau aku gak masak, kita sarapannya gimana? Aku juga mau siapin bekal buat kamu."

"Aku gak ke kantor hari ini. Aku gak mau ninggalin kamu sendirian."

"Mas, jangan gitu lah."

"Sayang, aku takut. Aku gak mau kamu sendirian dan kejadian itu keulang lagi. Aku gak mau kehilangan kamu. Aku takut kamu terluka lagi, sayang." Suara Ronan bergetar.

Salmira memeluk suaminya dan memilih menurut. Tidak melanjutkan kegiatan memasaknya lagi. Wanita itu mengelus punggung suaminya untuk menenangkan lelaki itu.

"Lantas, kalau kamu gak ke kantor, kerjaan kamu gimana?" tanya Salmira lembut.

"Aku bisa work from home."

Salmira tersenyum mendengarnya. "Kalau gitu kamu bisa nemenin aku terus dong di rumah?" tanyanya antusias.

"Iya, sayang. Nanti kalau ada yang urgent baru aku ke kantor."

"Terus kalau aku gak boleh masak, kita makan apa, Mas?"

Ronan menarik tangan Salmira, mengajaknya duduk di sofa, kemudian mengambil ponselnya. "Kamu mau makan apa? Kita pesen online aja."

Salmira menyandarkan kepalanya di bahu Ronan. Ia bersyukur masih bisa hidup dan tidak mati konyol di tangan perempuan gila itu. Ia bersyukur masih diberi kesempatan untuk melihat suaminya lagi.

"Sayang, tunggu di sini, aku punya sesuatu buat kamu." Ronan bangkit dari tempat duduknya kemudian melangkah ke dalam kamar. Tidak lama ia kembali, membawa paperbag kecil berwarna hijau. Dan memberikannya kepada Salmira.

"Apa ini, Mas?" tanya Salmira sambil mengintip isi paperbag tersebut.

"Hp baru buat kamu. Hp kamu hilang, kan?"

Salmira mengeluarkan kotak yang masih tersegel itu. Sebuah ponsel keluaran terbaru menyambutnya. Salmira menggelengkan kepalanya. Belum genap tiga bulan ia mendapat hadiah serupa dari suaminya.

"Yang lebih murah kan bisa, Mas. Gimana kalau aku hilangin lagi?"

Ronan menghela napas sambil melipat tangan di depan dada. Kesal.

Salmira yang menyadari itu segera tersenyum dan menciup pipi suaminya. "Makasi banyak, my super hero," ucapnya dengan mata membentuk bulan sabit. Cantik dan menggemaskan.

Ronan tersenyum gemas melihat wajah istrinya. Ia mencubit pipi Salmira gemas kemudian mengacak rambut wanita itu. Kemudian keduanya baradu tatap dengan tangan Ronan yang masih di atas kepala istrinya.

"Aku takut banget kamu hilang. Aku belum siap ngebayangin hidupku tanpa keha...."

Ucapan Ronan terjeda karena Salmira membungkamnya dengan mengecup bibir suaminya. Ia tidak ingin Ronan melanjutkan kalimatnya. Ia sendiri juga takut dan tidak mau membayangkan hidupnya tanpa Ronan di sisinya.

"Tangan kamu masih sakit loh, jangan mancing-mancing, ya," ucap Ronan dengan seringaiannya. Namun Salmira tidak gentar. Ia justru naik ke atas pangkuan suaminya, melingkarkan tangan di leher suaminya dan kembali mencumbu bibir Ronan.

Keduanya cukup lama dalam posisi itu. Bibir mereka masih bertaut sementara tangan Ronan ikut bekerja secara natural memberi rangsangan pada tubuh istrinya. Salmira sesekali melengguh ketika suaminya menyentuh titik sensitifnya.

Ciuman Ronan turun ke leher istrinya ketika menyedari Salmira terengah. Lelaki itu terus bekerja membuai titik sensitif istrinya. Salmira melenguh, ketika bibir Ronan bekerja di puncak dadanya. Tanpa ia sadari, entah sejak kapan suaminya itu telah membuat atasannya tanggal. Mereka berdua kini dalam posisi topless.

Salmira terus melenguh dengan sesekali memanggin nama suaminya. Kemudian keduanya mengerang ketika ponsel Ronan berdering. Ronan mengertakkan rahangnya. Ia lupa kalau tadi memesan makanan. Kepalanya mendadak pening karena dipaksa sadar. Tidak jauh berbeda dari Ronan, Salmira pun memasang ekspresi yang tidak bisa diartikan. Ada rasa kecewa namun dirinya juga ingin tertawa disaat bersamaan. Salmira turun dari pangkuan suaminya membuat Ronan makin pening.

"Titip di loby aja pak, nanti saya ambil!" ucap Ronan pada pria yang mengantar pesanannya itu. Kepalanya terlanjur pening. Ia harus melanjutkan kegiatannya.

Keduanya saling tatap ketika panggilan telepon terputus. Kemudian Ronan meraih istrinya, menggendong Salmira ala bridal menuju kamar dan menutup pintu dengan kakinya.

🌻

Salmira mengalihkan pandangannya dari layar ponsel pada suaminya yang sedang serius menatap layar laptop di hadapannya. Ronan terlihat makin tampan saat serius seperti itu. Lelaki itu menggulir mouse, sesekali terlihat mengetik, tidak jarang juga seperti sedang berpikir keras. Kemudian terseyum sendiri ketika mungkin dia berhasil menemukan pemecahan masalah.

Salmira terkekeh menyaksikan pemandangan itu. Ronan benar-benar terlihat menggemaskan saat sedang serius bekerja.

"Kamu kenapa liatin aku terus? Udah kelar filmnya?"

"Nggak nonton film. Tadi aku scroll tiktok aja," jawab Salmira.

Sebenarnya Salmira bosan di rumah terus dan tidak berkegiatan. Ingin pergi dengan mertuanya, namun Ronan melarangnya. Ronan menyuruh Salmira untuk tetap tinggal dan terus berada di pandangannya. Lelaki itu masih ketakutan atas kejadian tempo hari. Ronan tidak bisa tenang kalau tidak melihat Salmira.

"Kamu sibuk banget? Mau jalan-jalan," ucap Salmira manja. Ia menghampiri suaminya dan duduk di atas paha Ronan.

"Sebentar, ya, sayang. Aku balesin email ini dulu. Nanti setelah itu kita keluar. Kamu mau kemana?"

"Bener? Aku mau ke dufan," ucap Salmira masih dengan nada manjanya.

Ronan menyentil hidung istrinya, "kamu kenapa sih? Jadi manja gini? Hamil ya? Ada anak aku di sini?" tanya Ronan menyentuh perut rata istrinya.

"Amin. Tapi belum," ucap Salmira lirih. Setelah keguguran itu, ia selalu berharap akan ada janin lagi di dalam rahimnya.

Ronan mengelus wajah istrinya kemudian berkata, "Ayah sama bunda pacaran dulu. Ya kan nak?" Ronan bermonolog membuat Salmira kembali tersenyum.

"Siap-siap dulu sana. Aku bentar lagi beres."

Salmira mengangguk antusias. Kemudian melesat memasuki walk in closet-nya untuk berganti pakaian. Tidak lupa ia menyiapkan pakaian untuk Ronan juga. Ia memilihkan warna navy sebagai tema outfit mereka hari itu. Belakangan Salmira memang suka sekali memilihkan warna senada untuk pakaian mereka.

🌻

Salmira tersenyum senang seperti anak kecil yang bertemu taman bermain. Perutnya sudah kenyang karena Ronan ingin mereka makan siang terlebih dahulu sebelum tiba di Dufan. Ronan bilang agar kegiatan bermain mereka tidak terganggu.

"Kalau bisa ajak Bella pasti seneng banget dia," gumam Salmira sembari melingkarkan tangannya di lengan Ronan.

"Lain kali kita ajak, ya," jawab Ronan. Lelaki itu tersenyum begitu lebar hingga matanya menyipit.

"Mas, naik halilintar yuk," ajak Salmira sembari menarik tangan Ronan.

"Nggak. Bahaya kita naik itu aja."

Salmira berdecak mengikuti arah telunjuk Ronan. Ronan menunjuk wahana bernama Turangg Rangga. Wahana komedi putar yang ada di setiap taman bermain.

"Apaan, gak seru!" protes Salmira.

"Udah janji mau nurut sama suami, ya," ucap Ronan lembut membuat Salmira memaksakan senyumnya.

Setelah puas bermain di Turangga Rangga, ralat Salmira sama sekali tidak puas, ia hanya merenggut sampai wahana itu berhenti sementara Ronan tersenyum penuh kemenangan. Salmira kembali memberi ide untuk naik salah satu wahana ekstrim lainnya. Dan Ronan tetap menolaknya.

"Nggak. Itu bahaya. Mending kita ke istana boneka. Yuk!" Tangan keduanya bertaut. Lebih tepatnya Ronan yang menahan tangan istrinya agar Salmira tetap menurut.

"Ayo lah Mas. Aku bukan anak kecil. Kora-kora, deh. Kamu gak takut kan?"

"Nggak," jawab Ronan tegas membuat Salmira hanya bisa mendengus.

Sepanjang perahu berjalan, ratusan boneka menyambut mereka. Sepanjang itu pula Salmira merengut dan Ronan terbahak. Rencana Salmira untuk mencoba semua wahana ekstrim itu telah pupus. Ronan pasti akan terus melarangnya.

"Tuh, didadain sama bonekanya. Dadain balik dong," ledek Ronan sambil menunjuk boneka yang bergerak.

"Bodo amat, Mas!" geram Salmira.

Setelah keluar dari wahana istana boneka, Ronan kembali menggandeng tangan istrinya.

"Gak sekalian kamu ngajak aku ke Dunia Kartun, Mas?"

"Kamu mau? Ayo!"

Salmira berdecak. "Tumben banget ayo. Tadi nggak mulu jawabannya."

Ronan berhenti melangkah membuat langkah Salmira juga terhenti. "Kita main yang aman-aman aja ya, sayang."

"Kamu takut?"

"Aku takut kamu kenapa-napa."

"Ayolah, Mas. Safety-nya pasti udah terjaga juga."

"We never know. Hari sial gak ada di kalender."

Salmira mendengus pasrah. Tidak bisa membantah lagi karena ia sudah berjanji untuk menurut pada suaminya.

"Kita naik Gajah Terbang aja, yuk. Seru juga, kok."

Salmira ingin menangis dan merengek rasanya. Ia bukan akan kecil, tapi semua wahana yang ia mainkan sejak tadi adalah wahana kids friendly. Ronan benar-benar sengaja membuatnya kesal.

"Tau gitu aku ajak Paul aja ke sini. Sama kamu gak seru." Salmira bergumam membuat Ronan menghentikan langkahnya dan menatap tajam ke arah Salmira.

"Sal!" seru Ronan membuat Salmira seketika menundukkan kepalanya. Merutuki ucapannya yang asal bicara. Ia takut Ronan marah.

"Ya udah yuk! Ayo kita terbang besama gajah warna-warni yang menggemaskan itu." Salmira menarik tangan suaminya. Memasang wajah ceria agar terlihat antusias untuk menaiki wahana yang dipilih suaminya.

Beberapa jam berlalu, dan Ronan masih konsisten mengajak Salmira bermain di wahana yang baginya aman. Salmira tidak lagi merengut. Ia mencoba memahami situasi suaminya yang masih trauma atas kejadian yang menimpa dirinya tempo hari. Ronan masih ketakutan melakukan sesuatu yang mampu membahayakan nyawa Salmira.

"Naik Bianglala boleh nggak?" tanya Salmira dengan puppy eyes andalannya.

"Boleh, sayang. Yuk!"

Salmira lagi-lagi menggelengkan kepalanya kemudian mengikuti langkah suaminya. Masuk ke dalam antrian untuk menaiki wahana tinggi itu. Keduanya memilih untuk tidak melewati jalur prioritas. Mereka sengaja mengantri agar ketika diatas nanti, mereka sekalian bisa menikmati sunset.

"Awas!" Ronan menahan lengan istrinya ketika Salmira sedikit oleng dan hampir terjatuh. Wanita itu sibuk melihat ke atas hingga kakinya tersandung oleh kaki suaminya.

Sekitar lima belas menit menunggu, akhirnya giliran mereka naik. Wahana itu perlahan bergerak naik. Salmira memandang ke bawah sana dengan tatapan takjub. Angin sore yang hangat menyapa wajah mereka, bersamaan dengan warna langit yang berubah jingga. Di kejauhan, pesisir Jakarta menyambut mereka. Pemandangan laut dengan matahari terbenam yang indah.

Salmira melingkarkan tangannya di lengan suaminya. Sudut bibirnya terangkat. Kemudian ia mengecup singkat bibir suaminya. Sangat singkat karena mendadak pipinya terasa panas.

"Katanya kalau ciuman di atas bianglala, hubungan itu akan abadi." Ronan yang berucap seolah bisa membaca isi kepala istrinya. Ia mengingat kalimat itu. Kalimat yang pernah ia dengar dari film yang ditontonnya bersama Salmira tujuh tahun lalu di rumah Neil.

Kemudian Ronan mencium kening istrinya penuh cinta. "Makasi ya, sayang. Kamu sudah hadir di hidupku."

Salmira mengangguk. Harusnya ia yang berterima kasih. Berterima kasih pada satu-satunya lelaki yang mau berbagi kisah romansa dengannya. Berterima kasih karena Ronan selalu memberinya cinta yang sempurna, meski pernah ada luka diantaranya.

🌻

Thank you for reading💙

Gimana idolyfe hari ini? Siapa yang ngakak sampe pegel? Aku

Semoga kalian suka part ini ya, dan sampai jumpa di part selanjutnya💙

Continue Reading

You'll Also Like

89.8K 7.3K 18
'Cinta itu datang dari mata turun ke hati, itu sebabnya aku selalu percaya mata tidak bisa membohongi perasaan yang ada sekalipun kamu menutupinya de...
1.2K 168 15
Sang pemilik rambut senja bermanik mata coklat madu tak sengaja bertemu seseorang dengan manik mata berwarna reven. Bagaimana kisah mereka?? Gas baca...
SETARA By arti tanda

General Fiction

16.8K 1.6K 22
Kisah Adam Hawa, dua orang yang sudah saling mengenal sejak bayi, berteman, bertengkar, bermusuhan, dan saling mencintai sampai jadi suami istri. ...
156K 15.4K 39
" Pada akhirnya akan selalu ada hal baik yang menerpa kita setiap harinya, biarlah takdir yang mengubah dan biarkan waktu yang menentukan , jangan ka...