Selamanya [Sudah Terbit]

By LaksmiDAP

320K 24.5K 2.7K

Salmira membenci Ronan. Lelaki itu pernah menorehkan luka dalam hatinya di masa lalu. Sayangnya takdir memper... More

Perkenalan
Bertemu Sahabat Mama
Pertemuan
Mantan
Di Luar Prediksi
Kita Bisa Berteman?
Gak Perlu Temuin Gue Lagi
Belum Move On?
Good Idea
Pengganggu
Big Boss
Rumah Sakit
Menyemai
Memahami Perasaan
Merajut
Kotak Kenangan
Penyesalan Ronan
Deep Talk, Curi Dengar
Ketahuan
Janji Ronan
Break Up
She is Mine
Tidak Berpihak
Penguntit
Bawa Salmira Kembali
Bantuan Orang Tua
Mama Dareen
Satu Malam
Luluh?
Princess Lala
Cinta Lama
Bajingan
Dilema
Ada Apa dengan Ronan?
Jangan Bersedih Salmira
De Javu
Dua Lelaki Galau
My Heart
Butuh Waktu
Aki dan Nini
Dua Rasa yang Berbeda
Semua Salmira Dirayakan
Wedding Day
First Day
Apartment Kita
Sedih Tak Berujung
Do You Love Him?
Suami dan Sahabat
Aku dan Kamu, Kita
Tutur Cahaya
LDR
Dia Pergi
Rumah
Perempuan Gila
Perempuan Gila 2
Posesif
Mantan Ronan (Lagi)
Menantu Mama Una
Let Me Love You (Dareen- Lala)
Family Man
Selamat Datang Cinta yang Baru
Hallo
Author Menyapa
Pre Order SELAMANYA

Ronan's Wife

6.6K 488 29
By LaksmiDAP

"Sayang, kenapa belum tidur?" tanya Ronan pada wanita di sebelahnya.

Ronan baru saja terbangun karena wanita di sebelahnya beberapa kali membuat gerakan yang mampu membangunkan dirinya. Lelaki itu meraih pundak Salmira yang tidur memunggunginya, berusaha membuat istrinya menoleh.

"Kamu lagi mikirn sesuatu?"

Salmira membalik tubuhnya menghadap Ronan, kemudian menggeleng. Tidak mungkin ia ceritakan kalau dirinya sedang memikirkan keadaan Dareen. Itu bisa melukai perasaan Ronan.

"Terus kenapa gak tidur? Aku ngorok, ya? Ganggu kamu?"

Salmira terkekeh kecil kemudian mencubit hidung suaminya. "Nggak, Ron. Aku lagi berusaha tidur tapi gak bisa aja. Gak ngantuk."

"Sini!" Ronan merentangkan tangannya, meminta Salmira masuk ke dalam dekapannya.

Gadis itu menurut. Ia menjadikan lengan kanan Ronan sebagai bantalnya, kemudian tenggelan di dekapan suaminya. Tangan Ronan yang bebas ia gunakan untuk mengelus lembut rambut Salmira.

"Tidur, ya! Jangan banyak pikiran! Dareen pasti sembuh. Aku yakin."

Dada Salmira berdebar mendengar kalimat dari suaminya. Jadi Ronan sudah tahu apa yang membuatnya sulit tidur?

"Maafin aku Ron," gumam Salmira. Suaranya kecil, saking kecilnya sampai Ronan nyaris tidak mendernya.

"Gak perlu minta maaf, sayang." Ronan masih mengelus rambut Salmira. "Tidur ya, apa perlu aku nyanyiin nina bobo juga?"

Salmira dibuat tertawa dalam dekapan Ronan. Kemudian gadis itu menjauhkan sedikit wajahnya dari leher Ronan. Tangannya terangkat untuk mengelus rahang suaminya. Salmira tersenyum.

"Thank you for loving me," ucap Salmira tulus dari dalam hatinya.

Ronan tersenyum mendengarnya. Sementara Salmira masih mengelus wajah suaminya.

"Jangan mancing-mancing! Atau kamu mau ngelakuin ... Tidur, sayang"

Salmira meninju kecil perut Ronan kemudian kembali menenggelamkan kepalanya di ceruk leher suaminya. Ronan mengecup singkat puncak kepala Salmira kemudian mengelusnya lagi. Lembut, sampai ia mendengar napas Salmira mulai beraturan.

"Aku sayang kamu, Salmira," gumam Ronan kemudian ikut memejamkan matanya.

🌻

"Kamu mau jengukin Dareen lagi, nggak?" tanya Ronan pada Salmira yang sedang sibuk membuat roti panggang untuk sarapan mereka.

Salmira nampak menimbang. Sesungguhnya ia ingin sekali pergi dan menemani Dareen di sana. Namun, ia teringat ucapan Lala. Bagaimana jika gadis itu memberitahu Ronan apa yang ia dengar?

"Aku harus ke kantor, Ron. Ada take video hari ini."

Ronan melangkah menuju dapur, mengambil air di dispenser, kemudian menyandarkan tubuhnya di meja makan. "Kamu kenapa gak berhenti kerja aja, sih, sayang?"

"Kamu gak suka aku kerja?"

Ronan menggeleng. "Bukan gitu, aku cuma gak mau kamu kecapean. Kamu udah ngurusin rumah, ngurusin aku, masa harus kerja juga?"

Salmira tersenyum pada suaminya. "Kan kamu tahu sendiri kerjaanku sekarang lebih santai. Palingan capeknya seminggu sekali doang," ucapnya.

"Meskipun seminggu sekali aku tetep gak mau kamu capek. Mending di rumah aja, jangan bikin aku ngerasa jadi suami yang gak berguna. Masa istrinya masih kerja."

Ronan mencuci gelas yang tadi dipakainya, kemudian melangkah menjauhi dapur. Ia memilih duduk di balkon sembari menikmati udara yang masih segar. Langit masih berwarna keunguan, kebisingan tidak terlalu tersengar dan Ronan suka suasana seperti itu. Pikirannya melayang pada kalimat yang ia ucapkan tadi. Ia takut perkataannya menyakiti Salmira.

"Sayang." Ronan kembali dan mendekati Salmira yang termenung sambil menatap roti panggang yang telah tersaji di atas meja. "Aku gak maksud ngelarang kamu kerja. Maaf, ya," ucapnya penuh rasa bersalah.

"Kamu takut aku kecapean atau karena menjunjung harga diri kamu? Kamu adalah seorang COO di perusahan besar, anak dari owner sekaligus CEO-nya pula. Masa masih ngebiarin istrinya kerja? Gitu kan?"

"Nggak gitu, sayang. Aku cuma gak mau kamu capek," tukas Ronan.

"Aku gak capek, harus berapa kali sih aku bilang?"

Ronan mengalah tidak ingin perdebatan itu semakin panjang. "Aku gak ngelarang kamu kerja, sayang. Tapi kalau kamu udah ngerasa capek, jangan paksain untuk kerja, ya?" Ronan melembutkan suaranya.

"Makan, Ron! Terus siap-siap nanti kesiangan," ucap Salmira yang juga ingin mengakhiri perdebatan mereka.

Satu jam kemudian, keduanya telah berganti pakaian menjadi lebih rapi. Ronan dengan setelah formalnya, sementara Salmira menggunakan pakaian casual karena memang tidak diperlukan pakaian formal untuk pekerjaan barunya itu.

"Kalau kamu anter aku dulu, bakal kejauhan nanti berangkat kerjanya," ucap Salmira sambil merapikan rambut suaminya yang terlihat mengganggu matanya.

Ronan membuka pintu unit mereka kemudian mempersilahkan Salmira keluar terlebih dahulu.

"Gak masalah, sayang. Daripada kamu berangkat sendiri," sahut Ronan.

"Aku udah biasa, kok, Ron."

"Iya tahu. Tapi sekarang kamu punya suami. Jangan terlalu mandiri. Kamu bisa manfaatin aku sesukamu."

Salmira terkekeh mendengar ucapan suaminya. Kemudian keduanya melangkah memasuki lift.

"Tapi aku gak tega sama kamu, Ron, kalau anter jemput aku tiap hari, kamunya kejauhan. Nanti capek."

"Gak ada kata capek buat istri tersayang."

Salmira diam mendengar kalimat suaminya. Sudut bibirnya seketika terangkat.

"Pulang kerja nanti, aku jemput kamu, terus kita langsung ke rumah sakit buat jenguk Dareen, ya?"

Salmira menoleh pada suaminya. "Kalau kamu capek, kita gak usah pergi aja, Ron."

"Iya, sayang." Ronan mengelus puncak kepala Salmira.

🌻

Ronan mencengkram erat stir mobilnya ketika ia merasakan pusing yang luar biasa. Tubuhnya mulai terasa dingin dengan wajah yang terasa sangat panas.

"Kenapa jadi demam gini?" tanyanya pada diri sendiri.

Ia menepikan mobilnya sejenak karena rasa sakit di kepalanya yang kian parah. Tubuhnya benar-benar mengigil kala itu. Masih setengah perjalanan lagi menuju tempat kerja istrinya dan Ronan telah berjanji akan menjemput Salmira.

Lelaki itu melajukan mobilnya lagi setelah merasa tidak akan ada perubahan apapun pada badannya meski ia diam di tempat. Yang Ronan butuhkan sekarang hanyalah bergegas untuk menjempun Salmira dan pulang ke apartment mereka.

"Ron?" Salmira menempelkan telapak tangannya di kening Ronan setelah mencium tangan suaminya dan menyadari kalau suhu tubuh Ronan lebih hangat dari suhu tubuh normal.

"Gapapa, sayang. Yuk pulang!" Ronan membukakan pintu mobil untuk Salmira kemudian melangkah menuju kursi kemudi.

Di dalam mobil, Salmira kembali memastikan kondisi suaminya. Sekali lagi menempelkan tangannya di dahi Ronan. "Kenapa gak langsung pulang aja, sih?"

"Aku kan udah janji mau jemput kamu. Kita pulang sekarang, ya? Kepalaku pusing banget. Maaf gak bisa jengukin Dareen hari ini."

Salmira menghembuskan napasnya. Kenapa Ronan berubah menjadi sangat baik padanya?

"Biar aku aja yang nyetir, Ron," ucap Salmira.

"Kamu bisa nyetir, sayang?"

"Bisa. Sini aku aja yang nyetir." Salmira keluar dari mobilnya melangkah menuju kursi kemudi, sementara Ronan menggeser tubuhnya ke sebelah.

"Kita ke rumah sakit, ya, Ron?"

"Nggak usah, sayang. Kita ke apart aja," sahut Ronan kemudian Salmira mengangguk dan menjalankan mobilnya.

Sesungguhnya, dada Salmira berdegup kencang karena sudah lama sekali ia tidak mengemudi. Hanya saja, dirinya tidak mungkin membiarkan Ronan mengemudi dalam keadaan sakit. Ia meremas stirnya sambil menarik napas berat. Dalam hatinya terus berdoa semoga perjalanan nanti, keduanya selamat.

Setibanya di unit apartmen mereka, Salmira membantu Ronan untuk membuka kemeja dan sepatunya.

"Kamu istirahat, biar aku buatin bubur dulu ya," ucap Salmira setelah memberi kompres pada suaminya.

"Kamu di sini aja," pinta Ronan lemah. Kepalanya masih terasa pusing dan ia masih kedinginan.

"Aku buatin kamu bubur bentar biar bisa minum obat. Bentar aja nanti aku balik lagi."

Salmira beranjak, kemudian melangkah menuju dapur. Mengambil beras lalu melanjutkan memasak bubur untuk suaminya. Dengan cekatan tangan Salmira bergerak. Ia sudah terbiasa memasak membantu mamanya. Jadi, pekerjaan itu tidak terlalu membebaninya.

"Aww!" Salmira meringis ketika jarinya tidak sengaja menyentuh bibir panci yang panas. Dengan cepat ia mengguyurnya di wastafel karena terasa panas, kemudian melanjutkan pekerjaannya setelah rasa sakitnya terasa sedikit berkurang.

Setelah hampir setengah jam bergelut di dapur, Salmira kembali ke kamar, membawa semangkuk bubur dan segelas air untuk suaminya.

"Ron, bangun dulu yuk. Makan terus minum obat," ucap Salmira sambil membenarkan letak bantal di sebelah Ronan agar lelaki itu bisa bangun dan menyandar di tempat yang sudah Salmira siapkan.

Ronan menurut, meski masih kedinginan. Tubuhnya terasa amat panas dengan kepala yang semakin berat.

Salmira meniup bubur buatannya yang masih panas kemudian menyuapkannya pada Ronan. Lelaki itu menelan dengan susah payah buburnya karena terasa pahit. Namun, mengingat usaha Salmira membuatkannya bubur, Ronan kembali bersemangat untuk memakannya meski terasa sangat pahit di tenggorokannya.

Ronan menahan tangan Salmira kemudian berdecak melihat luka kemerahan di jari telunjuk istrinya.

"Tadi gak sengaja nyentuh bibir panci," ucap Salmira seolah mengerti tatapan Ronan.

"Sal, aku gak suka kaya gini. Kamu effort buat masakin aku, tapi malah ngelukain kamu. Mending gak usah," ucap Ronan, tatapannya sendu. Ia tidak suka melihat Salmira terluka.

Salmira meletakkan mangkuknya di nakas, kemudian memutar tubuhnya menatap suaminya. "Ron, aku gapapa. Cuma kesentuh dikit. Gak sakit kok."

"Gak sakit apanya? Melepuh gitu."

"Gapapa, Ron, bener," ucap Salmira lembut sambil menyentuh kening suaminya. "Bentar ya aku ambilin obat dulu," ucap Salmira sembari meraih tasnya. Ia memang terbiasa menbawa obat-obatan di dalam tasnya untuk berjaga-jaga siapa tahu ia akan membutuhkannya.

"Obat warung gapapa kan?" tanya Salmira membuat Ronan tersenyum dan mengangguk. Memang apa salahnya dengan obat warung?

Salmira memberikan obat untuk suaminya yang diterima baik oleh Ronan tanpa penolakan sedikitpun. Kemudian Salmira membantunya lagi untuk merebahkan tubuh Ronan dan membenarkan letak selimut tebal yang menutupi tubuh wsuaminya.

"Masih kedinginan?" tanya Salmira yang dijawab anggukan oleh Ronan. "Do you need a hug?"

"Nggak, nanti kamu ketularan. Kamu temenin aku di sini aja, ya. Jangan kemana-mana."

Salmira tidak mendengarkan ucapan suaminya. Ia menaiki tempat tidur kemudian ikut masuk ke dalam selimut dan menghamburkan dirinya ke pelukan Ronan. Lelaki itu tentu tersenyum dibuatnya.

"Maaf ya, sayang. Gara-gara aku sakit, kita gak jadi pergi jenguk Dareen."

Salmira menempelkan telunjuknya di bibir Ronan. "Gak perlu minta maaf, karena kamu gak salah."

Ronan terkekeh, kemudian mengeratkan pelukannya. Ia kecup lembut puncak kepala Salmira.

"Makasi ya, istriku," ucap Ronan.

"Sama-sama. Cepet sembuh ya, suamiku," sahut Salmira sembari mengelus pipi suaminya.

Bersama Ronan, sungguh membuatnya merasa dicintai. Lelaki itu selalu baik pada Salmira, selalu bersikap lembut dan seringkali menciptakan haru di dadanya. Semestinya, tidak sulit baginya untuk menjatuhkan hati pada cara Ronan mencintainya. Semestinya, Salmira bersyukur, menerima cinta yang begitu besar dari seorang laki-laki. Meski Ronan pernah melukainya, lelaki itu berhasil membuktikan ucapannya untuk memperbaiki semua kesalahannya.

"I love you, istriku," gumam Ronan sambil memejamkan mata. Senyumnya merekah meski seluruh tubuhnya mulai terasa ngilu akibat demannya. Ronan senang meski Salmira belum bisa membalas perasaannya, setidaknya ia bisa menyebut Salmira sebagai istrinya.

🌻

Thank you for reading, semoga suka chapter ini.

Yang lagi bersedih, gapapa kok, sedih itu manusiawi, tapi jangan lama-lama ya. Kalian harus tetap semangat dan lebih bahagia dari sebelumnya. Anyway, hari ini adalah harinya Salmira, jadi aku harap, kalian ikut bahagia buat dia.
Kita fun fun aja, nikmati karya mereka, dan manifesting single atau album duet yuk. Tapi tetap, lower your expectation. And just be happy

Sampai jumpa di chapter selanjutnya💙💙💙

Continue Reading

You'll Also Like

3.5K 394 4
Meski sudah berkepala empat, Salisa, istrinya tetap gengsi mengatakan rasa sukanya, membuat Ronal frustasi sendiri. Namun dia memakluminya karena dia...
1.2K 168 15
Sang pemilik rambut senja bermanik mata coklat madu tak sengaja bertemu seseorang dengan manik mata berwarna reven. Bagaimana kisah mereka?? Gas baca...
63.6K 3.8K 28
Kumpulan cerita hyuckno di sini 😉 Bxb ya udah pasti berbagai macam genre bisa romance, angst, hurt comfort dll mostly mpreg 🔞 21+ juga ada 🤭
589K 27.8K 74
Zaheera Salma, Gadis sederhana dengan predikat pintar membawanya ke kota ramai, Jakarta. ia mendapat beasiswa kuliah jurusan kajian musik, bagian dar...