Selamanya [Sudah Terbit]

By LaksmiDAP

320K 24.5K 2.7K

Salmira membenci Ronan. Lelaki itu pernah menorehkan luka dalam hatinya di masa lalu. Sayangnya takdir memper... More

Perkenalan
Bertemu Sahabat Mama
Pertemuan
Mantan
Di Luar Prediksi
Kita Bisa Berteman?
Gak Perlu Temuin Gue Lagi
Belum Move On?
Good Idea
Pengganggu
Big Boss
Rumah Sakit
Menyemai
Memahami Perasaan
Merajut
Kotak Kenangan
Penyesalan Ronan
Deep Talk, Curi Dengar
Ketahuan
Janji Ronan
Break Up
She is Mine
Tidak Berpihak
Penguntit
Bawa Salmira Kembali
Bantuan Orang Tua
Mama Dareen
Satu Malam
Luluh?
Princess Lala
Cinta Lama
Bajingan
Dilema
Ada Apa dengan Ronan?
Jangan Bersedih Salmira
De Javu
Dua Lelaki Galau
My Heart
Butuh Waktu
Aki dan Nini
Dua Rasa yang Berbeda
Semua Salmira Dirayakan
Wedding Day
First Day
Apartment Kita
Sedih Tak Berujung
Ronan's Wife
Suami dan Sahabat
Aku dan Kamu, Kita
Tutur Cahaya
LDR
Dia Pergi
Rumah
Perempuan Gila
Perempuan Gila 2
Posesif
Mantan Ronan (Lagi)
Menantu Mama Una
Let Me Love You (Dareen- Lala)
Family Man
Selamat Datang Cinta yang Baru
Hallo
Author Menyapa
Pre Order SELAMANYA

Do You Love Him?

5.1K 444 82
By LaksmiDAP

Anugraha23 terlalu takut kehilangan, membuatku benar-benar kehilangan

Salmira menatap nanar layar ponselnya. Ia mengerjapkan mata agar air matanya tidak tumpah. Pemandangan puncak yang diunggah Dareen, membuat ingatannya pergi ke tempat itu. Satu hari bersama Dareen, dimana tidak ada orang yang mengenalinya, bebas tertawa dan bercerita apa saja tanpa mengkhawatirkan apapun.

"Sal?" Suara Ronan menginterupsi lamunannya. Saat itu ia sedang berasa di balkon apartemennya. Duduk selonjoran di atas sofa bed. Ia menutup aplikasi instagramnya, kemudian tersenyum pada suaminya.

"Kamu lagi apa?" tanya Ronan lembut sambil mendudukkan dirinya di sebelah Salmira.

"Lagi mantau pergerakan dunia," sahut Salmira seadanya. Ronan terkekeh mendengarnya.

"Sal, aku baru dapet kabar kalau Dareen kecelakaan."

Salmira memutar tubuhnya menghadap Ronan, menatap wajah suaminya itu untuk mencari mimik bercanda. Namun, Ronan memasang wajah seriusnya.

"Karena seminggu lebih gak masuk kantor, aku jadi gak tahu kabar di sana. Itu juga kalau bukan Lala yang ngabarin, aku gak akan tau kalau Dareen kecelakaan."

"Terus sekarang dia dimana, Ron? Kadaannya gimana? Kok bisa kecelakaan? Kapan?" tanya Salmira panik.

"Tenang, Sal. Kamu siap-siap kita ke rumah sakit sekarang."

Salmira mengangguk kemudian melesat memasuki kamarnya. Mengganti pakaian, juga memakai kerudungnya.

Di dalam perjalanan menuju rumah sakit, Ronan menceritakan segala informasi yang ia dapat dari Lala mengenai keadaan Dareen dan bagaimana kronologi kecelakaan itu.

"Jadi dia kecelakaan sehari setelah kita nikah, Ron?"

Ronan mengangguk.

"Berarti udah seminggu? Kenapa gak ada yang kabarin aku?"

"Kita semua gak ada yang tau kalau dia kecelakaan, Sal. Kata Lala, Dareen awalnya gak masuk kerja karena demam, jadi orang-orang mikirnya dia masih demam. Jadi si Lala samperin ke kosannya Dareen, dan dia baru dapet informasi dari tetangga kosnya kalau Dareen kecelakaan dan dirawat di rumah sakit," ujar Ronan menjelaskan semua yang ia dengar dari Lala.

Salmira menghembuskan napas berat. Air matanya telah tumpah membasahi wajahnya. Ronan yang menyadari itu segera mengangkat tangannya untuk mengusap air mata di wajah istrinya.

"Kamu jangan khawatir, ya. Dia pasti baik-baik aja," ucap Ronan sambil mengusap wajah Salmira dengan ibu jarinya.

"Dia gak punya siapa-siapa di sini, Ron."

"Iya, Sal. Aku tahu."

Air mata Salmira terus mengalir. Tidak bisa dipungkiri ia sangat khawatir pada lelaki itu. Dadanya bergemuruh. Perjalanan menuju rumah sakit itu terasa begitu lama untuknya.

Ronan meraih tangan Salmira, menggenggamnya sambil mengelus tangan istrinya lembut. Mencoba untuk menenangkan hati Salmira. Rasa cemburu menyeruak di dadanya melihat sekhawatir apa Salmira pada Dareen. Namun, Ronan berusaha untuk mengendalikan perasaannya. Disaat seperti itu, rasanya bukan waktu yang tepat untuk cemburu. Apalagi mengingat Dareen adalah satu-satunya teman yang Salmira punya.

Keduanya berjalan di lorong rumah sakit setelah mendapat informasi mengenai ruang rawat Dareen. Salmira masih menangis, dan Ronan masih menggenggam erat tangan istrinya. Sesekali ia mengelus pundak Salmira. Hatinya ikut terluka melihat gadis itu menangis.

"Kak." Lala menghampiri Ronan kemudian memeluknya setelah melihat keberadaan lelaki itu memasuki ruang rawat Dareen. Sementara Salmira segera menghampiri bangsal Dareen dan duduk di kursi sebelah bangsalnya.

Dareen masih terpejam dengan selang infus yang menancap di punggung tangan kanannya. Salmira menggenggam tangan Dareen, menatap wajah pucat lelaki itu nanar.

"Dareen," lirihnya menyebut nama lelaki itu. Dadanya nyeri. Sangat amat nyeri melihat kondisi Dareen dan luka di kepalanya.

"Udah seminggu dan dia belum sadar," ucap Lala di dalam pelukan Ronan. Gadis itu tidak kalah khawatirnya. Ia takut kalau Dareen tidak bisa membuka mata lagi.

"Reen, maaf gue baru tahu lo kecelakaan. Bangun dong Reen, jangan jadi Rachel beneran! Gak lucu tahu!" Salmira mengelus punggung tangan Dareen. Tangisannya pecah begitu saja.

Ronan melepas pelukan Lala kemudian menghampiri istrinya. Mendekap wanita itu, menyandarkan kepala Salmira di dadanya.

"Dia pasti sembuh, Sal," hibur Ronan sambil mengelus kepala Salmira. Setetes air mata tumpah di wajahnya. Ia bersedih karena melihat kesedihan di wajah Salmira.

Ronan menghela napas ketika ia berada diantara dua wanita yang sedang bersedih. Ia bingung bagaimana harus menenangkan kedua wanita itu. Lala menyandarkan tubuhnya di dinding, menundukkan kepala sedalam mungkin, bahunya bergerak, ia terisak. Sementara Salmira, masih duduk dan menatap Dareen nanar. Air matanya tidak berhenti mengalir.

Ronan menghampiri Lala, mengelus puncak kepala adik sepupunya itu, kemudian menundukkan kepalanya untuk menatap wajah Lala.

"La, kamu yakin kan, dia pasti sembuh?"

Lala mengangguk, kemudian kembali menghambur ke dalam pelukan Ronan. Ronan sendiri keheranan pada adik sepupunya itu, mengapa dirinya begitu terluka dengan keadaan Dareen? Ia kira hubungan mereka tidak sedekat itu.

🌻

"Sal, balik yuk! Udah malem," ucap Ronan setelah mengecek jam di ponselnya.

Salmira menggeleng.

"Kamu makan dulu, ya! Kamu belum makan dari siang, loh, sayang," ucap Ronan lagi.

Salmira masih bergeming. Ia tidak mau meninggalkan Dareen sendirian. Ia ingin menjadi orang pertama yang Dareen lihat saat dia terbangun.

"Sal, nanti kamu sakit."

"Nggak Ron! Aku gak mau ninggalin dia sendirian!" sahut Salmira dengan nada yang sedikit meninggi.

Ronan mengalah. Ia melangkah mundur dan memutuskan untuk pergi ke luar ruangan. Menyandarkan tubuhnya di dinding sambil memijat pelipisnya. Dadanya nyeri. Tidak bisa dipungkiri lagi, Ronan cemburu. Ia terluka melihat istrinya begitu khawatir pada laki-laki lain, dan ia tidak bisa berbuat apa-apa.

Lala datang, menghampiri Ronan dengan satu paperbag di tangannya. Gadis itu memilih duduk di lantai beralaskan sepatunya. Kemudian menarik tangan Ronan untuk ikut duduk.

"Makan dulu, Kak! Lala bawain dua, satunya buat Kak Salmira," ujar Lala sembari mengeluarkan satu rice bowl dari dalam paperbag yang ia bawa.

"Kamu udah makan, La?"

"Udah, Kak. Tenang aja."

Ronan menyuapkan makanannya sembari menatap Lala penuh telisik. Raut kesedihan masih terlihat di wajah gadis itu.

"Aku gak tahu kalau kamu sedeket itu sama Dareen sampe sekhawatir sekarang sama kondisinya," komentar Ronan.

"Lala gak deket banget sama dia, Kak."

"Terus?"

"I like him," aku Lala yang membuat Ronan refleks mengacak kepala gadis itu.

"Jadi dia kakak fotografer ganteng yang kamu maksud?"

Lala mengangguk. "Kalau istri Kak Ronan sedeket apa sama Kak Dareen?"

"Dareen itu satu-satunya teman yang Salmira punya. Dia orangnya tertutup banget sama orang kecuali ke Dareen. Makanya gak heran kalau sekarang dia sedih banget ngelihat keadaan Dareen."

"Kak Ronan yakin cuma itu? Maksudnya soal perasaan mereka ... Ada rasa yang lebih dari temen gitu?"

Ronan terdiam mendengar pertanyaan Lala. Ronan menerawang, mencoba mengendalikan pikirannya agar tidak terpengaruh oleh pertanyaan sepupunya itu. Salmira dan Dareen, hanya murni berteman. Ronan menanamkan itu di dalam kepalanya. Dan Salmira tidak mungkin merusak apa yang telah dibangunnya.

Setelah rice bowl-nya tandas, Ronan kembali bangkit dan menghampiri Salmira. Menenteng paperbag yang dibawa Lala tadi dan memberikannya pada Salmira.

"Makan dulu, nanti sakit!" ucap Ronan, Salmira menggeleng.

"Sal!"

Salmira menoleh sejenak kemudian kembali mengalihkan pandangannya pada Dareen.

"Mending lo bangun terus suruh dia makan!" gumam Ronan pada Dareen karena lelah membujuk Salmira makan. Kemudian ia membuka rice bowl tersebut, menyendok isinya dan mengarahkan ke depan bibir Salmira.

"Please, makan dikit aja," pinta Ronan kemudian Salmira membuka mulutnya.

Beberapa suapan berhasil Ronan berikan pada istrinya sampai Salmira menyadari kalau Ronan telah menyuapinya. Semenjak kepergian Nini, tidak pernah ada yang menyuapinya makan lagi.

"Biar aku aja, Ron," Salmira hendak mengambil alih makanannya dari tangan Ronan, namun lelaki itu menolaknya.

"Kalau disuapin gini biasanya bisa makan banyak," tolak Ronan, ia ingin melanjutkan aktivitasnya menyuapi Salmira.

Setelah puas memaksa Salmira makan, kemudian Ronan membujuk istrinya untuk pulang dan beristirahat. Permintaan Ronan itu jelas ditolak mentah-mentah oleh Salmira. Ia ingin menemani Dareen sampai sadar.

"Dia gak punya siapa-siapa di sini, Ron." Salmira mengulangi kalimatnya berkali-kali membuat Ronan menghela napas.

"La, lebih baik kamu yang pulang, deh! Biar aku sama Salmira yang jagain Dareen."

Lala menggeleng. "Gak mau. Lala mau jagain Kak Dareen sampai siuman. Mending kalian aja yang pulang."

"Ya sudah, terserah kalian." Ronan kesal. Lelaki itu pergi ke luar ruangan kemudian melangkah menuju ujung lorong yang lumaian sepi. Ronan kembali menyandarkan tubuhnya di dinding. Ia kesal bukan main.

Di dalam kepalanya, berputar pertanyaan Lala. Bagaimana kalau memang benar sebenarnya Salmira dan Dareen tidak hanya murni berteman? Bagaimana kalau sebenarnya mereka berdua saling memendam rasa? Lantas, mengapa Salmira bersedia menikah dengannya kalau sudah ada lelaki lain yang dicintainya? Bagaimana nanti kalau Dareen merebut Salmira darinya?

Sementara di ruangan Dareen, ada Lala yang menatap Salmira dengan tatapan tidak sukanya. Gadis itu kesal karena Salmira lebih memilih menemani Dareen daripada mendengarkan suaminya.

"Lebih baik nurut sama suami," gumam Lala yang membuat Salmira menoleh ke arah gadis yang berdiri di seberangnya itu.

Mata mereka beradu, dan Salmira dapat melihat ketidak ramahan di wajah Lala padanya.

"Aku denger semua yang kamu omongin sama Kak Dareen di hari pernikahanmu. Lebih baik sekarang kamu pulang dan jangan kecewain kakakku. Kak Dareen biar aku yang nemenin!"

"La?" lidah Salmira kelu, ia tidak bisa mengeluarkan sepatah kata pun. Dadanya berdegup kencang.

"Jangan lupa kamu udah nikah! Lupain Dareen. Jangan sakitin kakakku!"

"La, maaf. Aku gak bermaksud untuk nyakitin kakak kamu."

Lala mencibir. "Kalau gitu pulang, dan jangan balik ke sini lagi!"

Salmira menghapus air matanya. Menatap sekali lagi wajah pucat Dareen, kemudian bangkit dari tempat duduknya.

"Aku nitip dia ya. Kalau ada apa-apa tolong kabarin kita ya, La."

Lala bergeming. Sama sekali tidak merespon ucapan Salmira. Gadis itu tidak akan membiarkan siapapun melukai kakak sepupunya. Termasuk Salmira yang sudah menjadi istri Ronan.

"Ron, ayo pulang!" ajak Salmira setelah menemukan Ronan yang masih tertunduk di ujung lorong.

"Kamu yakin?"

Salmira mengangguk. "Udah ada Lala juga, kan?"

Ronan kemudian mendekati Salmira. Berjalan beriringan dengan istrinya dengan banyak tanda tanya di kepala.

"Sal, do you love him?" Pertanyaan Ronan mampu membuat dada Salmira mencelos.

"Kenapa nanya gitu, sih Ron?" tanya Salmira sambil menetralkan detak jantungnya.

"Gapapa, Sal lupain aja. Aku cuma ke-distract sama pertanyaan Lala."

"Lala?" Dada Salmira kian berdegup. Bagaimana kalau gadis itu mengatakan apa yang didengarnya pada Ronan?

"Dia cuma nanya, gimana kalau ternyata kalian punya perasaan yang lebih dari temen? Tapi ngapain juga aku mikirin pertanyaan Lala, ya? Dia itu emang suka nanyain hal-hal random."

"Ron." Salmira menarik pergelangan tangan Ronan, membuat keduanya menghentikan langkah masing-masing.

"Kenapa Sal?"

"Aku bersedia jadi istri kamu, karena aku percaya sama takdir yang gak bisa kita tentang. Jangan mikir macem-macem, ya, Ron!"

Ronan mengangguk. "I trust you, sayang. Maaf ya gampang ke-distract sama omongannya bocil."

Salmira tersenyum kemudian mengangguk. Meskipun dirinya memang masih memiliki perasaan pada Dareen, tidak pernah terbersit sedikit pun di benaknya untuk mengkhinati janji suci yang telah dibangunnya bersama Ronan. Tidak, bahkan Salmira tidak mau membayangkannya. Salmira berjanji, akan melakukan apapun untuk membuatnya mencintai Ronan lagi.

Kemudian mereka melanjutkan langkah sambil bergandengan. Ronan mengeratkan kaitan tangannya. Di dalam hatinya berjanji untuk tidak mudah lagi terpengaruh oleh ucapan orang lain yang dapat menimbulkan asumsi sendiri di kepalanya.

🌻

Hai semua, apa kabar? Makasi udah baca dan semoga kalian suka chapter ini 💙

Maaf baru update lagi, long weekend memang menyebalkan untukku yang harus kerja di hari libur.

See you in the next chapter💙💙💙

Continue Reading

You'll Also Like

75.8K 5.4K 35
Setiap kesalahan akan menemui kebenaran, jika tidak maka sebenarnya yang salah adalah dirimu... -RAGNALA ABHRA- Setiap Rasa akan selalu menemui pemil...
63.6K 3.8K 28
Kumpulan cerita hyuckno di sini 😉 Bxb ya udah pasti berbagai macam genre bisa romance, angst, hurt comfort dll mostly mpreg 🔞 21+ juga ada 🤭
472K 43.1K 95
Takdir kita Tuhan yang tulis, jadi mari jalani hidup seperti seharusnya.
156K 15.4K 39
" Pada akhirnya akan selalu ada hal baik yang menerpa kita setiap harinya, biarlah takdir yang mengubah dan biarkan waktu yang menentukan , jangan ka...