Selamanya [Sudah Terbit]

By LaksmiDAP

320K 24.5K 2.7K

Salmira membenci Ronan. Lelaki itu pernah menorehkan luka dalam hatinya di masa lalu. Sayangnya takdir memper... More

Perkenalan
Bertemu Sahabat Mama
Pertemuan
Mantan
Di Luar Prediksi
Kita Bisa Berteman?
Gak Perlu Temuin Gue Lagi
Belum Move On?
Good Idea
Pengganggu
Big Boss
Rumah Sakit
Menyemai
Memahami Perasaan
Merajut
Kotak Kenangan
Penyesalan Ronan
Deep Talk, Curi Dengar
Ketahuan
Janji Ronan
Break Up
She is Mine
Tidak Berpihak
Penguntit
Bawa Salmira Kembali
Bantuan Orang Tua
Mama Dareen
Satu Malam
Luluh?
Princess Lala
Cinta Lama
Dilema
Ada Apa dengan Ronan?
Jangan Bersedih Salmira
De Javu
Dua Lelaki Galau
My Heart
Butuh Waktu
Aki dan Nini
Dua Rasa yang Berbeda
Semua Salmira Dirayakan
Wedding Day
First Day
Apartment Kita
Sedih Tak Berujung
Do You Love Him?
Ronan's Wife
Suami dan Sahabat
Aku dan Kamu, Kita
Tutur Cahaya
LDR
Dia Pergi
Rumah
Perempuan Gila
Perempuan Gila 2
Posesif
Mantan Ronan (Lagi)
Menantu Mama Una
Let Me Love You (Dareen- Lala)
Family Man
Selamat Datang Cinta yang Baru
Hallo
Author Menyapa
Pre Order SELAMANYA

Bajingan

4.2K 410 52
By LaksmiDAP

Ponsel Salmira berdering beberapa kali hanya saja gadis itu tidak melihatnya. Sedari tadi Salmira sibuk mondar-mandir. Mengecek wardrobe dan set untuk memastikan semuanya sudah sesuai konsep. Anggun dan Bagas berada di tengah set, sedang mempraktekkan adegan game yang nanti akan dimainkan oleh para host dan bintang tamu.

Bekerja di akhir pekan itu menyabalkan. Hanya saja mau tidak mau sebagai seorang kru televisi dirinya harus siap.

"Seharusnya kalau hari Sabtu gini gak usah live gak sih?" Salmira menggerutu pada dirinya sendiri sambil memberi lable pada pakaian yang akan dikenakan para cast acara tersebut.

"Ngedumel mulu mbak," celetuk Yuda, salah satu staff wardrobe yang bertugas hari itu.

"Diem Yud, nanti gue salah ngasi lable," sahut Salmira.

Yuda terdiam sembari melanjutkan pekerjaannya. Menata pakaian sesuai dengan nama yang Salmira gantung di hangernya.

Setelah urusannya dengan wardrobe dan set selesai, Salmira kembali ke ruangannya. Ia hendak mempersiapkan skrip. Beberapa jam lagi acara live itu akan dimulai.

Salmira baru menyadari ada banyak panggilan tidak terjawab di ponselnya. Ponsel itu tadi memang sengaja ia tinggalkan agar tidak menganggu pekerjaanya. Ada beberapa panggilan tidak terjawab dari Ronan. Membuat Salmira penasaran sendiri.

Ronan Dgtr

Kenapa Ron? Gue lagi kerja

Weekend kerja Sal?

Udah biasa
Kenapa nelfon?

Mau ngasi tau kalau mama udah sadar.

Alhamdulillah

Makasi ya Sal. Mama pasti dengerin omongan kamu semalem

Sama-sama Ron.
Nitip salam ke Tante Una ya. Maaf gue belum bisa ke rumah sakit sekarang.

Salmira meletakkan kembali ponselnya setelah membalas pesan Ronan. Gadis itu merasa lega mendengar kabar kalau Una telah siuman. Kemudian ia kembali fokus pada pekerjaannya. Membaca sekali lagi skrip yang ditulisnya kemudian mencetaknya.

🌻

"Harusnya lo gak usah repot-repot gini Ron," ucap Salmira pada ponselnya yang ia tempelkan di telinga dan dijepit oleh bahunya. Kadua tangan gadis itu sedang menenteng box pizza dan minumannya.

"Gak repot kok Sal. Semangat ya kerjanya," sahut Ronan di seberang sana.

"Makasi ya Ron. Tapi lain kali gak usah begini. Gue jarang ngumpul sama temen kerja soalnya. Jadi aneh kalo tiba-tiba ngasi makanan."

"Iya Sal. Maaf ya kalo kamu gak nyaman."

Seteleh sambungan telepon terputus, Salmira segera menghampiri Anggun untuk menyuruhnya membagikan makanan yang ia bawa pada orang-orang yang bekerja bersama mereka hari itu. Salmira tidak mungkin melakukannya. Selain karena ia tidak terbiasa, Salmira juga malas berbasa-basi.

"Ini dari Ronan Ronan itu lagi?"

Salmira mengangguk mendengar pertanyaan Anggun.

"Pacar lo ya?" Tanya Anggun penuh telisik.

"Nggak!"

"Oh, berarti dia lagi usaha buat deketin lo. Gila sih lo Ma. Jutek aja masih banyak yang deketin. Gue yang baik hati, murah senyum, cantik dan ramah ini malah gak ada yang deketin."

Salmira tidak menanggapi celotehan teman kerjanya itu. Gadis itu sibuk melihat jam karena tiga puluh menit sebelum on air salah satu bintang tamu belum datang.

"Ma, itu pizza dari lo? Tumben." Bagas menghampiri Salmira, membawa satu gelas berisi minuman soda.

"Dari temen gue," sahut Salmira singkat.

"Pacar?"

"Bukan."

"Ma, pulang kerja nanti, kita bisa ngobrol bentar nggak? Ada yang mau gue omongin."

"Tapi gue buru-buru mau ke rumah sakit."

"Bentar doang. Gue mohon."

Salmira akhirnya mengangguk. Gadis itu sebenarnya enggan berbicara dengan Bagas. Entah mengapa sejak awal ia sudah merasa tidak nyaman dengan lelaki itu.

🌻

Sore itu Ronan tiba di depan gedung kantor Salmira untuk menjemput gadis itu. Sebelumnya ia telah meminta izin pada gadis itu untuk menjemputnya dan Salmira setuju.

Ronan memicingkan mata ketika dari kejauhan Salmira justru terlihat naik ke dalam mobil seseorang alih-alih menghampirinya padahal gadis itu sudah menyetujui ajakan Ronan untuk pergi ke rumah sakit bersama. Tanpa pikir panjang, Ronan mengikuti kemana mobil yang membawa Salmira itu pergi.

Mobil yang membawa Salmira memasuki sebuah perumahan. Pohon-pohon rindang menghiasi sepanjang perjalanan menuju perumahan itu. Jalanannya tidak terlalu ramai karena itu termasuk salah satu perumahan eksklusif.

"Ngapain ke sini?" Kening Salmira berkerut karena seharusnya Bagas bisa berbicara di mobil saja tanpa harus membawa gadis itu ke rumahnya.

"Lebih baik bicara di rumah. Sambil makan." Sahut Bagas.

"Gak Gas. Gue udah kenyang. Kalau lo mau ngomong, bicara sekarang. Tadi gue bilang kan mau ke rumah sakit."

"Tapi Ma-"

"Gas, tolong gue udah ada janji."

Kemudian Bagas menepikan mobilnya menuruti kemauan Salmira, mengurungkan niatnya untuk mengajak gadis itu ke rumahnya.

"Lo mau ngomong apa?" tanya Salmira tidak sabar karena tidak ingin berlama-lama bersama lelaki itu.

"Ma, gue mau ngungkapin perasaan yang selama ini gue rasain ke lo. Gue suka sama lo, Ma. Gue sayang. Dan gue ngerasa udah gak bisa nunda lagi untuk ngutarain ini."

Salmira terdiam. Ia tidak tahu harus menjawab apa. Bagas adalah rekan kerjanya. Dan pasti akan aneh rasanya nanti ketika mereka bertemu di kantor.

"Kenapa diem?"

"Maaf Gas. Tapi gue gak bisa bales perasaan lo," sahut Salmira.

"Apa lo gak mau belajar buka hati buat gue, Ma? Gue tungguin. Gue serius sama lo. Dan gue yakin cuma gue yang mau nerima lo apa adanya."

Salmira menoleh karena tidak mengerti arah pembicaraan Bagas.

"Kerudung lo ini cuma alat untuk nutupin kemunafikan lo kan Ma? Gue tahu kok kalo lo udah gak perawan. Gue bisa nerima lo apa adanya Ma. Apakah lo pikir orang lain mau?"

Plak!

Sebuah tamparan melayang di pipi Bagas. Dada Salmira bergemuruh. Bagaimana bisa lelaki itu tahu rahasianya.

"Lo gak usah berlagak alim deh Sal. Gue udah tahu semuanya."

"Gi-gimana lo bisa tahu?" tanya Salmira terbata-bata.

"Gak penting. Artinya lo udah mengakui kalau lo gak perawan kan? Kalau bukan gue, siapa lagi yang mau sama perempuan yang udah dipake sama laki-laki lain." Satu tamparan lagi mendarat di pipi Bagas.

"Do it again. Gue suka perempuan kasar."

Salmira kesal. Ia ingin membuka pintu mobil dan segera pergi. Sayangnya Bagas sengaja menguncinya sejak tadi.

"Gapapa deh lo nolak gue, tapi one kiss for first and last, gapapa dong?

Salmira kembali menanpar Bagas, "jangan mimpi!" Serunya.

"Gak usah sok polos deh, Ma, Mantan lo aja lo kasi tubuh lo. Masa gue minta ciuman doang gak lo kasi?"

"Jangan kurang ajar ya lo!"

Salmira hendak mengangkat tangannya untuk kembali manampar Bagas sayangnya tangan lelaki itu lebih dahulu mencekal tangannya. Sebenarnya Salmira ingin menunjukkan skill taekwondonya, sayangnya posisinya sangat terjepit. Bagas mulai mendekat dan hendak menghimpit tubuhnya.

"Gak usah sok jual mahal, Salmira," wajah lelaki itu makin mendekat membuat Salmira makin meronta. Ia ingin memberi perlawanan sekuat tenaganya.

"TOLONG!" pekik Salmira yang membuat Bagas menyeringai.

"Lo pikir bakal ada orang yang nolongin lo?"

"Lepasin gue Bagas! Apa sih yang lo mau?"

"Jadi pacar gue!"

"NGGAK!"

"Then kiss me and I will stop it."

"Jangan mimpi!"

Bagas kembali menyeringai. Membuat nyali Salmira ciut. Lelaki itu terlihat seperti lelaki jalang yang siap memangsa wanita.

"LEPAS!" Salmira kembali meronta sekuat tenanga agar lelaki itu menjauhkan tubuhnya.

Ronan berlari ke arah mobil yang Salmira tumpangi setelah mengamati beberapa saat. Perasaan Ronan tidak enak, ditambah saat ia melihat mobil itu sedikit bergerak.

"BANGSAT! BUKA!" teriak Ronan sambil mengetuk kaca mobil. Membuat lelaki di dalamnya berdecak dan menjauhkan tubuhnya yang semula menghimpit Salmira.

"BUKA ATAU GUE HANCURIN MOBIL INI SEKARANG!" Wajah merah padam penuh amarah milik Ronan terlihat jelas ketika lelaki itu terus memukul kaca mobil. Melihat Salmira yang gemetar di dalam sana, membuat emosi Ronan makin memuncak.

Ia menendang mobil itu sekuat tenaga sampai kedua orang di dalamnya merasa terguncang.

"BANGSAT! JANGAN SENTUH DIA!" Bagas tidak memperdulikan Ronan. Ia kembali mendekatkan tubuhnya pada Salmira.

"RONAN TOLONGIN GUE RON!" pekik Salmira dari dalam mobil.

Ronan melangkah menuju mobilnya. Mengambil benda keras yang mungkin bisa menghancurkan kaca mobil tersebut. Sebuah kunci roda berhasil diraihnya. Ia memukul sekuat tenaga kaca mobil di sebelah kemudi agar tidak melukai Salmira. Berharap mobil itu hancur.

Bagas berdecak di dalam sana. Kalau ia tidak membukakan pintu, lelaki itu akan menghancurkan mobilnya.

Mobil terbuka, Bagas keluar dari dalam dan Ronan segera melempar benda di tangannya ke aspal. Tangannya segera meraih kerah baju Bagas dan menghadiahkan lelaki itu beberapa pukulan di wajah. Wajah Ronan masih merah padam. Nafasnya tidak beraturan.

"Jangan sentuh dia!" Serunya sambil berjalan meninggalkan Bagas karena melihat tubuh Salmira yang bergetar di dalam mobil.

Ronan membuka pintu mobil tersebut, dan Salmira menghambur ke dalam pelukannya.

Ronan diam, mengelus punggung gadis itu. Tubuh Salmira masih bergetar hebat. Ia pasti ketakutan. Kemudian ia melepaskan pelukannya dan membantu Salmira membenarkan posisi kerudungnya yang berantakan dan menyebabkan anak rambut gadis itu terlihat.

"Kamu tenang ya. Jangan takut. Ada aku di sini." Ronan membawa Salmira ke dalam mobilnya. Kemudian kembali menghampiri Bagas. Ronan merasa urusannya belum selesai sampai lelaki itu bisa membuat Bagas benar-benar babak belur sampai tidak sanggup berjalan.

"Perempuan macam dia gak perlu lo belain. Dia itu munafik. Sok alim." Bagas membalas meninju wajah Ronan karena tidak terima dirinya dihajar.

Ronan terus memukuli Bagas. Semakin Bagas melawan, amarah Ronan semakin membara.

"Jangan pernah rendahin dia!"

"Perempuan kaya dia emang bakal direndahin terus, bro!"

Satu pukulan melayang di perut Bagas. Diikuti pukulan-pukulan lainnya. Lelaki itu meringis kesakitan. Ronan semakin kesetanan.

Di dalam mobil, Salmira menyaksikan adegan pukul-pukulan itu sambil manetralkan detak jantungnya. Salmira beruntung Ronan segera tiba, kalau tidak entah apa yang akan Bagas lalukan padanya. Salmira suka melihat Bagas dihajar sampai tidak berdaya. Dalam hatinya puas melihat laki-laki itu meringis kesakitan.

"Bro! Gue kasi tau ya. Mending lo gak usah deketin dia kalau lo gak mau rugi. Dia perempuan yang udah gak perawan."

Ronan mencekik dan mendorong Bagas setelah mendengar ucapan lelaki itu hingga Bagas tersungkur di aspal. Dengan kilat amarah, Ronan mendekat, menendang perut lelaki brengsek itu tanpa ampun hingga Bagas terkulai tak berdaya.

"Ronan memasuki mobil. Meninggalkan Bagas yang sudah tidak sanggup lagi berdiri. Ia menatap Salmira nanar penuh kekhawatiran. Perasaannya campur aduk. Ia juga merasa bersalah pada gadis itu. Karena secara tidak langsung Ronan lah yang membuat Salmira hampir dilecehkan.

Ronan menatap manik mata Salmira lekat, mengelus puncak kepala gadis itu. Bulir air mata tumpah di wajahnya.

"Maafin aku Sal." Hanya itu yang bisa ia ucapkan. Lidahnya kelu. Ronan merasa semua kekacauan itu adalah kesalahannya.

"Berdarah Ron," Salmira menyentuh ujung bibir Ronan yang terluka. Lelaki itu meraih tangan Salmira yang menyentuh lukanya sembari menggeleng.

"Aku gak apa-apa," ucapnya.

Sepanjang perjalanan mereka hanya diam. Salmira masih merasa takut saat mengingat apa yang terjadi beberapa menit lalu. Sementara Ronan, hatinya masih diselimuti rasa bersalah.

"Sal, aku anter kamu pulang ya. Kamu pasti butuh istirahat."

Salmira mengangguk, "sekalian obatin luka lo Ron."

Kemudian hening kembali menemani mereka sepanjang perjalanan. Tidak ada yang bersuara. Keduanya sibuk dengan isi kepala masing-masing.

Sesungguhnya Ronan menangis di dalam hati. Ia merasa bersalah karena dirinya merasa ia yang membuat Salmira dilecehkan oleh orang lain. Pasti tidak mudah menjadi gadis itu. Sekarang Salmira pasti merasa ketakutan lagi.

"Ron," panggil Salmira. Ronan menoleh sekilas kemudian kembali manatap jalanan. Ia tidak samggup melihat wajah gadis itu.

"Thanks ya. Kalau nggak ada lo, gue gak tahu apa yang akan terjadi tadi."

Ronan menanggapi dengan anggukan. Ia tidak bisa menjawab. Lidahnya benar-benar kelu. Rasa bersalahnya benar-benar menyakiti perasaannya.

🌻

Gimana chapter ini?

Makasi ya udah selalu support cerita ini 💙 makasi untuk vote, komen dan sharenya. Kalian baik banget aku jadi semangat nulisnya.

Thank you for reading and see you in the next chapter💙

Continue Reading

You'll Also Like

1M 86.6K 30
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
180K 9.4K 30
kumpulan cerita pendek, cast NCT. bisa siapa aja dan dengan siapa aja! Oneshoot, Jaeyong couple-couple bisa berubah tergantung situasi dan kondisi t...
1.5K 83 6
Cerita-cerita pendek lepasan. Nggak ada tema, tapi kebanyakan tentang cinta dan harapan. Original works ✨
72.2K 6.5K 49
Sebuah cerita Alternate Universe dari tokoh jebolan idol yang banyak di shipper-kan.. Salma-Rony Bercerita mengenai sebuah kasus masa lalu yang diker...