Selamanya [Sudah Terbit]

By LaksmiDAP

321K 24.5K 2.7K

Salmira membenci Ronan. Lelaki itu pernah menorehkan luka dalam hatinya di masa lalu. Sayangnya takdir memper... More

Perkenalan
Bertemu Sahabat Mama
Pertemuan
Mantan
Di Luar Prediksi
Kita Bisa Berteman?
Gak Perlu Temuin Gue Lagi
Belum Move On?
Good Idea
Pengganggu
Big Boss
Rumah Sakit
Menyemai
Memahami Perasaan
Merajut
Kotak Kenangan
Penyesalan Ronan
Deep Talk, Curi Dengar
Ketahuan
Janji Ronan
Break Up
She is Mine
Tidak Berpihak
Penguntit
Bawa Salmira Kembali
Bantuan Orang Tua
Mama Dareen
Satu Malam
Luluh?
Cinta Lama
Bajingan
Dilema
Ada Apa dengan Ronan?
Jangan Bersedih Salmira
De Javu
Dua Lelaki Galau
My Heart
Butuh Waktu
Aki dan Nini
Dua Rasa yang Berbeda
Semua Salmira Dirayakan
Wedding Day
First Day
Apartment Kita
Sedih Tak Berujung
Do You Love Him?
Ronan's Wife
Suami dan Sahabat
Aku dan Kamu, Kita
Tutur Cahaya
LDR
Dia Pergi
Rumah
Perempuan Gila
Perempuan Gila 2
Posesif
Mantan Ronan (Lagi)
Menantu Mama Una
Let Me Love You (Dareen- Lala)
Family Man
Selamat Datang Cinta yang Baru
Hallo
Author Menyapa
Pre Order SELAMANYA

Princess Lala

4.1K 339 43
By LaksmiDAP

Di lorong rumah sakit Ronan berjalan tergesa-gesa. Rasa takut kembali menyelimuti hatinya. Ia belum siap kehilangan. Ronan takut mamanya menyerah. Ronan merasa belum bisa membahagiakan wanita itu. Ia terus melangkah sembari berdoa agar Tuhan selalu memberi mamanya kekuatan untuk pulih kembali bahkan sembuh dari penyakitnya.

"Kamu habis ngomong apa ke mama?" Pertanyaan itu yang ia terima saat bertemu papanya di depan ruang rawat mamanya.

"Jawab! Kamu ngomong apa ke mama?" Edy marah dan Ronan tahu itu.

"Ronan cuma bilang harusnya papa dan mama gak cerita soal Salmira ke tante Aya."

"Mama kamu itu mau bantuin kamu, Ron. Sekarang kamu puas bikin mama stres dan kambuh lagi?"

Ronan tertunduk lemas. Ia mengusap wajahnya kasar. Kenapa semua yang ia lakukan jadi salah?

"Mama gak mau kamu sedih. Dia minta tolong tante Aya untuk bujuk Salmira biar bisa maafin kamu."

"Tapi mama udah ingkar janji ke Salmira, Pa."

Ronan menatap dari celah pintu ke dalam ruangan. Saat itu mamanya sedang ditangani dokter dan beberapa perawat. Beberapa peralatan medis telah terpasang di tubuh mamanya.

Ronan duduk di lantai, menutup wajahnya dan menangis.

"Kenapa sih Pa, semua yang Ronan lakuin salah?"

Edy menatap Ronan dengan tatapan kosong. Tidak menanggapi pertanyaan anaknya.

"Ronan gak mau bikin Salmira sedih. Tapi Ronan juga gak pernah punya niat buat nyakitin mama. Ronan sayang mereka berdua Pa."

Edy tidak bisa menjawab. Ia menutup rapat mulutnya sambil menatap Ronan yang terisak. Anak lelakinya itu sesekali memang harus merasakan pahitnya hidup agar dirinya bisa menjadi orang yang lebih dewasa.

🌻

"Ronan? Ngapain di sini?" Tanya Salmira ketika Ronan berdiri bersandar di mobilnya dengan kepala menunduk.

Ronan mengangkat kepalanya. Ia tersenyum melihat gadis berhoodie krem dengan ransel menggantung di punggungnya itu.

"Mau pulang bareng nggak?" tawar Ronan. Kali ini ia tidak memaksa. Ronan hanya memberi penawaran pada Salmira. Kalau gadis itu menolak, Ronan tidak akan memaksakan.

"Tapi gue balik sama Paul, Ron," ucap Salmira sembari menunjuk Paul di sebrang jalan.

"Oh, yaudah Sal. Kalian hati-hati ya. Aku balik dulu kalo gitu." Ronan tersenyum kemudian memasuki mobil.

Salmira keheranan melihat Ronan. Biasanya lelaki itu tidak pantang menyerah sampai Salmira mau duduk di sebelah kursi pengemudi. Gadis itu mengedikkan bahunya kemudian melangkah mendekati Paul.

"Yuk balik!" ajak Salmira sembari merebut helm dari tangan Paul.

"Yang tadi Ronan kan?"

Salmira mengangguk sambil memasang kaitan helmnya.

"Tumben gak rusuh kalo ketemu dia?"

Salmira menaiki motor Paul tanpa memberi jawaban. Ia sendiri juga keheranan. Ronan tidak lagi menyebalkan. Salmira pun tidak tahu apa yang membuat lelaki itu sekarang tidak lagi memaksa dirinya. Tapi itu lebih bagus karena Salmira tidak suka energinya terbuang untuk meladeni Ronan.

"Jadi apa rencana lo ke depan?" tanya Salmira agak berteriak agar Paul dapan mendengarnya.

"Lo mau kemana?"

"Kok jadi mau kemana? Gak jelas lo," sahut Salmira.

"Apa Sal? Gue gak denger?" Tanya Paul sedikit berteriak.

Salmira berdecak. Percuma juga ngobrol di atas motor. Perlu energi ekstra karena sering tidak nyambung.

Sementara di tempat yang terpisah, Ronan duduk sendirian di sebuah cafe dekat rumah sakit. Pikirannya kalut bukan main. Dua hari sudah mamanya terbaring di rumah sakit dan belum sadarkan diri. Rasa bersalah dan ketakutan masih terus menyelimuti perasaannya. Bagaimana kalau dirinya tidak sempat meminta maaf pada mamanya? Ronan menggeleng. Ia menepis semua pikiran negatif yang lewat di kepalanya.

"Kak Ronan!" Seorang gadis bertubuh mungil dengan kerudung putih menyapanya sambil berlarian kecil ke arah Ronan.

"Mampus, masalah baru," gumam Ronan.

"I miss you so much Kak Ronan," gadis itu memaksa Ronan berdiri dan memeluk lelaki itu.

Ronan mengumpat dalam hati. Ia belum siap meladeni gadis manja itu sekarang.

"Kak Ronan gak kangen Lala?"

Ronan memutar bola matanya. Kesal.

"Kangen banget dong, La. Kamu kapan pulang?" Akhirnya Ronan membalas pelukan gadis itu.

Gadis itu tersenyum setelah melepas pelukannya. "Seminggu yang lalu Kak. Tadi Lala ke rumah sakit jengukin Mama Una, terus Lala laper. Eh, malah ketemu Kak Ronan di sini."

"Ya udah makan sana. Aku mau balik ke rumah sakit."

"Gak boleh! Masa Kak Ronan mau ninggalin Lala sendirian?"

Ronan berdecak, "ya kan kamu ke sini sendirian juga tadi La."

"Kak Ronan tega banget." Gadis itu memasang wajah memelasnya. Membuat Ronan mau tidak mau tinggal di sana lebih lama untuk menemani gadis itu.

"Kamu kapan balik ke London lagi?"

"Kulaihku kan udah beres. Kak Ronan gak suka ya kalau Lala balik dan stay di Jakarta?"

"Aduh, dasar perempuan," gerutu Ronan.

"Buruan makan! Aku harus gantiin Papa di rumah sakit."

"Belum juga mesen," kini giliran gadis itu yang bergumam.

"Kak, Lala boleh magang di kantor Kak Ronan kan?"

"Apa lagi ini?" Ronan membatin. Ia belum sanggup meladeni gadis kecil merepotkan itu.

"Tanya papaku aja La. Kan dia yang punya perusahan," sahut Ronan.

Kemudian gadis itu sibuk bercerita tentang kesehariannya selama beberapa tahun di London. Ronan sendiri keheranan mengapa gadis manja itu bisa bertahan hidup seorang diri di negara orang. Ronan harus akui untuk yang satu itu dirinya memang salut. Gadis itu berhasil hidup sendirian di sana padahal di rumah, dia adalah seorang princess yang memotong kuku saja tidak bisa.

"Kak Ronan kenapa gak pernah visit Lala ke London?"

Ronan menyentil dahi gadis itu, "kamu pikir London itu Bandung, La?"

"Tapi kan bisa aja sambil liburan."

"Males. Jauh," sahut Ronan singkat.

🌻

Benar saja, semua prediksi Ronan benar. Ada satu manusia yang mampu merecoki hidupnya yang damai. Menambah beban hidup Ronan dengan tingkah clingy gadis itu yang teramat menyebalkan di mata Ronan. Hanya saja Ronan sangat menyangi gadis itu. Gadis yang tumbuh besar bersamanya.

Pagi itu, Ronan dibuat kesal karena gadis itu berhasil masuk ke kantornya menjadi anak magang. Bukannya berkonsentrasi pada pekerjaannya, Ronan dibuat mengelus dada berkali-kali ketika gadis itu terus saja mengintilinya dan menanyakan pertanyaan-pertanyaan tidak penting.

"Kenapa ada pohon di sini?" Pertanyaan tidak penting kesekian kalinya yang Ronan dengar saat mereka hendak memasuki lift untuk pergi ke ruang rapat.

"Aku bukan desain interior La. Kamu bisa gak sih nanya pertanyaan yang bermutu. Kalo soal kerjaan aku pasti jawab."

Gadis itu cekikian melihat Ronan kesal.

"Kamu mau magang kan?"

Gadis itu mengangguk sembari memasang wajah manjanya. Bukannya lucu malah menyebalkan untuk Ronan.

"Aku bakal kasi kamu posisi yang bagus buat belajar. Tapi janji jangan nyebelin di sana. Jangan recokin orang kerja. Jangan arogan. Jangan pikir aku bakal lindungin kamu."

"Cerewet."

Ronan berdecak. Ingin memukul kepala gadis itu rasanya. Tapi ia bisa kena marah papanya kalau sampai itu terjadi. Gadis itu akan mengadu dan urusannya akan panjang.

"Aku meeting dulu. Jangan ngerecokin. Kamu cari sekretarisku suruh anter kamu ke general admin. Sementara kamu belajar di sana dulu. Inget jangan bikin ulah. Ini kantor dan kamu anak magang. Paham?"

"Lala jadi PA-nya kak Ronan aja deh."

"Aku gak butuh personal assistant La. Buruan sana atau aku laporin ke papa kamu kalau kamu gak serius mau belajar?"

Gadis itu mendengus kemudian melangkah pergi. Ia kesal karena ancaman Ronan tadi.

🌻

Ronan kesal bukan main. Padahal tadi sebelum meeting ia sudah menegaskan pada gadis itu untuk datang menemui sekretarisnya. Tapi gadis itu tidak menurut. Sekarang dirinya harus mencari keberadaannya ke seluruh kantor sambil mencoba menghubungi gadis itu. Sayangnya panggilan teleponnya berkali-kali diabaikan.

"Si bocil ini awas aja kalau buat ulah di kantor gue," gumam Ronan sambil terus mencari.

Ronan berdecak ketika melihat gadis itu di dalam ruang produksi, sedang duduk sambil memangku tangannya menyaksikan seorang model yang sedang berpose di atas tempat tidur yang akan mereka promosikan.

"La!" Panggil Ronan tegas. Membuat seisi ruangan menoleh dan menyapanya.

"Ngapain sih kamu di sini? Kamu lupa aku nyuruh kamu ke mana?"

"Lala gak mau jadi admin Kak. Gimana kalau Lala magang di sini aja? Bantuin anak-anak produksi?"

"Nggak! Bukannya bantuin kamu malah gangguin nanti."

"Please Kak Ronan, boleh ya?" Puppy eyes dan kedua telapak tangan menyatu untuk memohon tidak membuat Ronan terpengaruh.

"Nggak La!"

Gadis itu berdecak kemudian menghentakkan kaki. Ia melipat kedua tangan di depan dada sambil mengerucutkan bibirnya. Ronan menggeleng melihatnya. Bagaimana bisa sifat gadis itu tidak berubah, padahal selama hampir lima tahun hidup mandiri di negara orang.

"Kalian lanjut kerja. Maaf ya bikin ribut di sini," ucap Ronan pada beberapa orang di tempat itu.

Semuanya mengangguk sopan.

"Oh ya, kenalin ini sepupu saya Nabila. Dia baru pulang dari London dan akan magang di kantor ini selama beberapa bulan ke depan."

"Halo kakak-kakak semua," gadis itu melambaikan tangannya sembari tersenyum sumringah seperti anak kecil.

"Maaf ya kalau dia ngerecokin kalian. Ayo La, jangan gangguin orang kerja," Ronan menyeret tangan gadis itu.

"Pokoknya Lala mau di sana Kak. Jadi asisten yang bawain kopi juga gak masalah."

"Kenapa ngotot banget? Kalau Om Arman tau kamu magang di tim produksi apa gak dimarahin kakakmu ini?"

"Papa bilang gak masalah. Aku bisa belajar dari bawah dulu kan Kak?"

"Yaudah iya. Mulai besok kamu gabung ke mereka. Tapi awas jadi beban di sana."

Lala memeluk tubuh Ronan saking senangnya. Kakak sepupunya itu memang tidak mungkin menolak keinginannya. Sejak kecil Ronan memang banyak mengalah padanya karena tidak suka berdebat. Dan tentu saja itu sangat menguntungkan untuk gadis itu.

"Aku tanya deh, kenapa kamu ngotot banget pengen gabung di sana? Jawab jujur!" Ronan tahu karakter saudaranya itu. Kalau tidak ada yang berhasil menarik perhatiannya, gadis itu tidak mungkin kukuh pada keinginannaya.

"Rahasia," sahut Lala yang membuat Ronan kesal.

"Harusnya lo gak usah balik La. Hidup gue adem selama beberapa tahun ini," gerutu Ronan yang dibalas dengan tawa Lala.

"Sini deh Lala bisikin," Lala menarik lengan Ronan agar lelaki itu sedikit menunduk karena tubuhnya lebih tinggi dari Lala.

"Fotografer yang tadi ganteng," bisik Lala di telinga Ronan.

Ronan sontak memukul kepala gadis itu. Tidak keras karena ia takut Lala mengadu. Sesuai dugaan, ada modus terselubung mengapa gadis itu sangat ingin berada di tim tersebut.

"Dasar princess Lala," ucap Ronan dalam hati.

"Inget jangan bikin onar. Aku gak mau nyapu kegilaan kamu di sana ya. Jangan nambah kerjaan orang. Ini tempat serius!"

"Bawel banget! Nyebelin."

Lagi-lagi Ronan dibuat mengelus dada. Ingin rasanya Ronan mengirim lagi gadis itu ke London demi ketenangan hidupnya.

🌻

Part ini yang ringan-ringan dulu ya, aku gak mau nulis yang menguras emosi terus, meski Ronan di sini jadi emosian karena sepupu tersayangnya.

Kemarin ada yang minta Nabila, sudah ku hadirkan. Nabila versi tidak bisa kalem. Hope you like it

Terimakasih sudah membaca dan sampai jumpa di chapter selanjutnya💙💙💙

Continue Reading

You'll Also Like

1.5K 83 6
Cerita-cerita pendek lepasan. Nggak ada tema, tapi kebanyakan tentang cinta dan harapan. Original works ✨
SETARA By arti tanda

General Fiction

16.8K 1.6K 22
Kisah Adam Hawa, dua orang yang sudah saling mengenal sejak bayi, berteman, bertengkar, bermusuhan, dan saling mencintai sampai jadi suami istri. ...
119K 18.5K 187
Jimin membutuhkan biaya untuk operasi transplantasi ginjal sang bunda namun dia bingung mencari uang kemana dalam waktu kurung 2 bulan. Sementara CEO...
474K 43.3K 95
Takdir kita Tuhan yang tulis, jadi mari jalani hidup seperti seharusnya.