Kalau begini, mau Minho mencari seribu cara pun tidak akan bisa mengubah keputusan mereka.
"Ya baiklah kalau itu mau kalian. Aku akan siapkan satu ruang tunggu VVIP agar kalian bisa beristirahat." Minho kembali memberi saran.
Namun, sekali lagi tidak diterima dengan baik. "Mbak tetap mau di sini. Pokoknya mbak nggak mau jauh-jauh dari Yena!"
"Me too!" Yohan dan Chaeyeon juga ikut-ikutan maminya.
Argh. Rasanya Minho sudah mau mengumpat saja. Padahal dia melakukan ini juga demi kebaikan mereka, tetapi tidak ada satupun saran darinya yang diterima.
"Mbak, setelah ini Yena akan dipindahkan ke ruang observasi. Dari ruang tunggu VVIP ke ruang observasi itu hanya berjarak sekitar 200 meter, tidak begitu jauh. Jadi, tolong jangan dibantah lagi kali ini, ya?" Minho mengatakannya dengan memohon.
"Tetap saja, Minho! Buat mbak 200 meter itu jauh! Bahkan kalau bisa nih ya, mbak maunya di sebelah Yena aja, jangan jauh-jauh!"
"TERSERAH DEH! Capek sendiri lama-lama ngomong sama kalian!" sentak Minho.
Jessica dan Minho itu perpaduan yang sempurna. Yang satunya keras kepala seperti batu, sementara yang satunya lagi kesabarannya setipis tisu.
Setelah itu, Minho berjalan menjauh dari mereka, daripada dia sendiri yang harus menerima konsultasi dari psikiater karena stres menghadapi keluarga Bapak Lee Donghae!
"Minho tunggu!" Minho menghentikan langkah, membalikkan badan dan menemukan Donghae tengah berjalan ke arahnya.
"Kenapa, Bang?" tanya Minho setelah Donghae berdiri tepat di depannya.
"Apa kamu yakin Yena baik-baik saja? Hmm ... maksudku, kalau memang ada keadaan serius yang terjadi sama Yena, kamu bisa mengatakannya padaku. Aku tidak akan memberitahu Jessica ataupun anak-anakku yang lain," ucap Donghae, kekhawatiran jelas tampak dari raut wajahnya saat ini.
"Bang, Yena memang sempat mengalami serangan jantung, tetapi bukan berarti keadaannya seserius yang abang bayangkan. Dia baik-baik saja kok, keadaannya juga sudah stabil. Hanya saja —"
"Hanya saja?" Donghae sampai mengulang kembali perkataan adiknya karena tidak sabar menunggu.
"Jika benar Yena tanpa sengaja mengkonsumsi obat kadaluarsa itu, aku mencurigai bahwa mungkin saja serangan jantung yang dialami oleh Yena sebelumnya adalah karena terjadi infeksi pada paru-parunya," ungkap Minho pada akhirnya.
Tampak perubahan ekspresi di wajah Donghae, yang awalnya hanya khawatir kini juga terlihat sedih juga gelisah.
Sebelum Donghae bisa memberikan reaksi, Minho lebih dulu melanjutkan perkataannya. "Itu baru dugaanku saja. Kita bisa memastikannya setelah hasil tes laboratorium, foto toraks, CT-scan dan tes lainnya keluar. Itu alasannya mengapa aku memanggil semua kepala departemen rumah sakit karena aku ingin mendiskusikan kasus Yena dengan mereka, sekaligus memastikan bahwa tidak akan ada komplikasi lanjutan di kemudian hari. Sama seperti Wooseok, aku juga ingin kejadian ini tidak mengganggu keseharian Yena nantinya."
Donghae cukup terharu melihat bagaimana kerasnya usaha Minho untuk membuat Yena benar-benar sembuh total.
Sedikit senyuman terbit di bibir Donghae, dia yakin Yena pasti akan baik-baik saja, karena banyak orang yang akan memastikan itu terjadi, termasuk dirinya sendiri.
"Tapi, Minho .... Memanggil semua kepala departemen rumah sakit bukankah sedikit berlebihan? Terlebih aku dengar dari Wooseok, kamu juga mengancam untuk memecat mereka jika tidak mengikuti perintahmu? Hei, seharusnya anda tidak menyalahgunakan kekuasaan, Direktur Minho," ucap Donghae, sengaja melemparkan candaan kepada adiknya.
Minho mendecak kesal mendengar perkataan Donghae. "Jika aku tidak melakukan itu, bisa-bisa aku yang dipecat dari jabatanku sebagai direktur rumah sakit ini, Bang!"
Donghae mengerutkan dahi. "Memang siapa yang akan memecatmu?"
"Siapa lagi kalau bukan Lee Dong Wook? Abang lupa kalau Yena dan Chaeyeon itu cucu kesayangan papa? Kalau sampai terjadi sesuatu pada Yena, bukan hanya dipecat, tapi aku bisa dihabisi oleh Bapak Lee Dong Wook terhormat."
Donghae tertawa keras mendengar bagaimana cara Minho mendeskripsikan ayah mereka. Jika orang lain mendengarnya, mungkin mereka akan menganggap Minho berlebihan. Tetapi, kenyataannya tidak.
Ayah mereka, Lee Dong Wook memang sangat menyayangi Yena dan Chaeyeon, sebagai cucu perempuannya melebihi putra-putranya sendiri.
Membicarakan itu, Donghae jadi mengingat kejadian saat Yena berumur delapan tahun. Dari kecil, gadis itu memang terkesan tomboy, suka melakukan banyak hal yang disukai oleh anak laki-laki, contohnya seperti memanjat pohon.
Saat itu, seperti biasa, Yena memanjat pohon untuk mencuri mangga di kebun kakeknya, kemudian tanpa sengaja terpeleset dan jatuh sampai kepalanya berdarah.
Dan karena kejadian itu, Dong Wook menggemparkan rumah sakit, meminta para dokter ahli berkumpul untuk melihat CT-scan kepala Yena, padahal jelas gadis kecil itu hanya mengalami luka luar dan tidak parah. Hanya perlu menerima tiga jahitan.
Lalu sepulangnya dari rumah sakit, Donghae dipukuli oleh Dong Wook sampai beberapa bagian tubuhnya merah-merah. Kalau Yoo Inna, ibu mereka tidak menghentikan suaminya bisa saja Donghae berakhir di rumah sakit saat itu.
"BANG!"
"APA SIH!" Donghae refleks memukul bahu Minho karena terkejut. "YA AMPUN, BANG! Dari dulu kebiasaan nggak berubah, kalau kaget tangannya suka kemana-mana. Menurun tuh ke Yohan, kelakuannya sama persis kayak LO! Suka gaplok sana sini!"
"Namanya juga anak gue, kalau nggak mirip bapaknya terus mau mirip siapa?" timpal Donghae santai, "dan juga, ini rumah sakit. Kenapa kita ngobrolnya jadi nggak formal sih?"
"YAELAH! Nggak ada siapa-siapa juga di sini selain kita berdua. Santai! Hidup lo jangan kaku-kaku!" balas Minho.
"Dih! Mending gue kaku tapi jelas sudah punya istri sama anak. NAH ELO? Masih jomblo akut aja sampai sekarang!" Donghae merasa puas meledek Minho karena reaksi pria itu selalu di luar dugaan.
"Siapa bilang gue jomblo?" sahut Minho.
Donghae menaikkan sebelah alisnya dengan tatapan menyelidik. "LO udah punya pacar?"
Minho hanya menganggukkan kepala dengan senyum salah tingkah, seperti anak SMA yang ketahuan backstreet. Baru kali ini Donghae melihat adiknya seperti itu.
Senyum merekah kembali tampak di wajah bapak lima anak umur 48 tahun itu. "Pacaran sudah berapa lama? Yang mana orangnya? Gue kenal enggak?" Pertanyaan Donghae beruntun sudah seperti atasan menginterogasi calon karyawannya.
"Tadi lo ketemu sama dia," balas Minho singkat.
Kening Donghae semakin mengkerut dalam, sembari memutar mundur memori otaknya sampai berada di suatu titik. "Bentar ... maksud lo, perawat yang menangani Yena tadi?" Hanya dia yang terpikir oleh Donghae, karena selain dia, ya hanya Minhyun. Tidak mungkin adiknya suka batang 'kan?
Anggukan Minho membuat Donghae bernafas lega, syukurlah adiknya masih normal.
Donghae akui, dia cukup terkejut. Seingatnya, di umur Minho yang menginjak 38 tahun ini, pria itu hanya memiliki dua mantan. Dan putusnya hubungan Minho sebelumnya tidak pernah berakhir dengan baik.
Pacar pertamanya meninggal, sementara pacar kedua Minho mengkhianatinya dan berakhir menikah dengan orang lain.
Karena itu, Minho sulit membuka diri pada kaum perempuan karena selalu dikecewakan oleh cinta, tidak seberuntung Donghae yang justru berhasil menikahi cinta pertamanya.
"Gue nggak begitu memperhatikan tadi, lo punya fotonya?" tanya Donghae.
Minho buru-buru mengangguk dan mendekati Donghae, dengan gerakan cepat mengeluarkan ponselnya dan membuka galeri, menunjukkan beberapa foto kekasihnya.
Saat melihat beberapa foto di galeri Minho, Donghae berkomentar, "Cantik juga. Sudah dikenalin ke papa mama?"
Minho memberi jarak, sedikit memundurkan badan dengan ekspresi wajah kecewa. "Itu dia masalahnya, Bang. Perbedaan umur gue sama dia lumayan jauh. Jadi gue nggak berani ngenalin dia ke papa mama karena takut Suju bakal didesak buat buru-buru nikah sama gue."
Donghae semakin penasaran. "Berapa tahun bedanya?"
"12 tahun. Bulan lalu Suju baru ulang tahun ke-26," jawab Minho.
Jujur saja, ketika mendengarnya Donghae juga sempat terkejut, tidak menyangka bahwa perbedaan umurnya akan sejauh itu, tetapi terlihat bahwa kekasih Minho memang masih muda.
"Kalian sudah pacaran berapa lama?" tanya Donghae lagi.
"Baru enam bulan. Tapi, gue suka banget sama Suju, Bang. Bahkan kalau Suju bersedia, gue mau langsung nikah sama dia." Pengakuan Minho barusan berhasil mengejutkan Donghae kembali.
Padahal setahunya, dengan dua mantannya yang dulu, Minho ragu untuk melangkah ke jenjang yang lebih serius, kenapa sekarang menjadi kebalikannya?
"Eh, tapi ngomong-ngomong, lo terobsesi punya hubungan sama cewek berawalan huruf S ya? Perasaan cewek lo nama depannya S semua. Setelah Sulli, terus Seohyun sekarang Suju," ucap Donghae tiba-tiba.
Mendengar celotehan abangnya, Minho menghela nafas kasar sambil menggerutu, "Random banget pembahasan lo, Bang. Percuma emang gue curhat sama lo, nggak akan dapat solusi!"
Setelah itu, Minho berjalan cepat tanpa menghiraukan panggilan Donghae lagi.