ATLAS (End)

Por nsall_

9M 632K 31.2K

☠️WARNING : TYPO BERTEBARAN Menceritakan kehidupan Atlas Guallin Dexter, seorang anak tunggal yang terjerumu... Mais

Prolog
Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28
Part 29
Part 30
Part 31
Part 32
Part 33
Part 34
Part 35
Part 36
Part 37
Part 38
Part 39
Part 40
Part 41
Part 42
Part 43
Part 44
Part 45
Part 46
Part 47
Part 48
Part 49
Part 50
Part 51
Part 53
Part 54
Part 55
Part 56
Part 57
Part 58
Part 59
Part 60
Part 61
Part 62
Part 63
Part 64
Part 65
Part 66
Part 67
Part 68
Information
PRESALE!!
Babak Baru
JEMPUT ATLAS!!

Part 52

66.5K 3.6K 93
Por nsall_

Haiii

Ini edisi
Olivia sama Zidan

Tadinya mau mingdep
Tapi sekarang aja deh up-nya

Langsung aja deh ya

Jangan lupa vote dan komen

Follow ig
@nsall_
@stroyofnsall_

Happy reading 💕

^^^

Rintik demi rintik hujan membasahi kota Solo, jalan terlihat renggang karena beberapa pengendara motor memilih menepi pada pinggir pertokoan. Mendadak mobil terhenti membuat Zidan yang sedang menatap arah jendela langsung menatap sang supir yang mencoba menyalan kembali mobilnya.

“Kenapa pak?” Tanya Zidan kepada supir taxi “Maaf ya mas, tumbenan ini mobil kaya gini. Saya cek dulu sebentar” Ujar supir seraya keluar untuk memeriksa mobil, pasalnya bensi sudah terisi penuh, jadi kemungkinan ada masalah lain pada bagian mesih mobil

Zidan menatap supir dengan payung biru memeriksa mobil, lalu dia menatap sebuah pesan masuk dari Olivia. Sebenarnya perempuan itu sudah mengirim pesan lebih sepuluh kali kepadanya, tapi belum ada satu pesan dari Olivia yang dibalas karena memang dia sengaja.

Olivia tidak mengetahui bahwa Zidan meminta cuti pada Pak Tino untuk pulang ke Solo selama seminggu. Dan hari ini dia sudah berada di Solo untuk memberikan kejutan pada Olivia, tapi sayangnya hujan turun begitu deras dan sialnya lagi mobil yang mengantarnya sekarang tiba-tiba bermasalah, padahal jarak dari mogoknya mobil dengan rumah Olivia sebentar lagi.

Supir masuk dengan bajunya sedikit terkena hujan “Waduh maaf ya mas, kayanya mobilnya harus cek sama montir” Ujar pak supir

Zidan menatap keluar jendela, hujan deras yang kian semakin tebal. Mau tidak mau dia memutuskan untuk keluar disini, betapa sialnya dia yang tidak prepare dengan keadaan. Zidan kira cuaca akan terang dan tidak akan turun hujan, tetapi perkiraanya ternyata salah. Benar memang sebuah pepatah yang mengatakan ‘sediakan payung sebelum hujan’.

“Saya turun disini saja pak” Putus Zidan, untungnya tas yang dia pakai tahan air. Ya walaupun pasti tidak akan lama bertahannya.

“Maaf banget ya mas, saya jadi tidak enak”

“Nggak apa-apa pak”

“Pake payung saya mas, biar nggak kehujanan”

“Nggak usah pak, lagian jaraknya juga nggak terlalu jauh banget”

Zidan keluar dari mobil hitam, air hujan mulai membasahi tubuh Zidan. Langkah kakinya mulai bergerak sedikit lebih cepat, kedua tangannya terangkat untuk menahan air agar tidak menghalangi arah padangannya. Jalan menuju rumah Olivia benar-benar sepi, tidak ada satupun motor atau orang pejalan kaki yang lewat.

Sesampainya Zidan di depan gerbang rumah Olivia, dia langsung membuka dan masuk kedalam, untungnya gerbang tersebut tidak di kunci. Zidan mengetuk pintu coklat, ketukan demi ketukan membuat orang di dalam akhirnya menjawab.

Pintu terbuka menampilkan Olivia yang memakai pakaian tidur dengan motif bebek “Mas Zindan” Olivia terkejut melihat Zidan berada di depan rumahnya dengan keadaan basah.

“Hai” Sapa Zidan seraya tersenyum manis untuk pertama kalinya pada Olivia secara langsung.

Olivia sedikit terkejut namun melihat keadaan Zidan yang sudah basah membuatnya tidak tega. "Ayo masuk mas, aku ambilin handuk sekalian" Ajak Olivia pada Zidan.

Olivia kembali datang dengan pakaian dan handuk yang dia gengam di tangannya “Ini pakaian punya Papa, nggak apa-apa kan Mas?” Tanya Olivia, lantaran dia tidak memiliki pakaian pria selain pakaian milik papanya

“Nggak apa-apa, maaf ngerepotin kamu”

“Nggak ngerepotin sama sekali kok” Balas Olivia, yang memang sama sekali tidak merasa repot. Perempuan itu malah senang “ Mas bisa ganti di kamar ini, kalau gitu aku keluar dulu mas” Lanjut Olivia seraya berjalan keluar kamar tamu yang berada di dekat tangga menuju lantai Atas.

Sambil menunggu Zidan selesai, Olivia membuatkan minum teh hangat untuk sedikit menghangatkan tubuh Zidan. Dia mengaduk teh seraya tersenyum mengingat kedatangan Zidan, terlebih pria itu menyapa dengan senyum manis. Sempat ingin marah pada Zidan karena tidak membalas pesannya, tapi sepertinya perasaan marah langsung menghilang seketika dengan kedatangan pria itu.

Olivia melangkah menuju ruang tamu yang terletak di tengah-tengah ruangan, terlihat Zidan yang sedang duduk di sofa panjang menghadap ke arah telvisi. Dia duduk disamping Zidan seraya menyodorkan teh hangat di tangannya “Minum dulu mas”

“Terima kasih”

Melihat bagaimana Zidan minum, membuat jantung Olivia berdetak cepat. Bahkan dia tidak pernah menyangka akan duduk sedekat ini dengan Zidan, dan tidak menyangka bahwa Zidan akan mengunjungi rumahnya.

“Mas kenapa tiba-tiba kesini? dalam keadaan basah lagi” Tanya Olivia sambil menatap Zidan yang menaruh gelas di meja yang terletak di hadapan mereka.

“Maaf, maaf Mas nggak jawab pesan kamu. Niatnya mau bikin kejuatan buat kamu, tapi malah jadi ngerepotin kamu” Ucap jujur Zidan seraya meringis malu, dia malah merepotkan Olivia. Gagal sudah buat kejutan untuk Olivia.

Pipi Olivia bersemu “Nggak apa-apa, maaf Oliv ngirim pesan terus ke Mas Zidan” Ucapan Zidan berhasil membuatnya malu, memikirkan pesan yang dia kirim terlihat begitu cerewat. Tapi ketika bertemu langsung dengan Zidan Olivia terlihat malu-malu, apa yang harus dia lakukan sekarang?

“Mas akan sampe kapan di Solo?”

“Kamu maunya Mas di Solo sampai kapan?”

‘Seterusnya’ Ujar Oliva dalam hatinya, jika ditanya seperti itu jelas Oliva pasti meminta Zidan kembali menetap di Solo. “Seterah Mas Zidan, kok tanya Oliv” Kata Oliva sambil mengalihkan pandangannya mengarah televisi
“Siapa tau kan Oliv maunya Mas disini terus sama Oliv”

Jelas Oliv mau Mas disini terus sama Oliv, masa harus di jelasin sih. Peka kek Mas’ Teriak Olivia dalam hati.

“Ngedumelin Mas dalam hati nggak baik tau” Ujar Zidan melihat bagaimana raut wajah Olivia yang terlihat kesal dengan pipi perempuan itu yang memerah.

“Aku nggak ngedumel” Jawab Olivia ketus, Zidan terkekeh geli “Iya deh yang nggak ngedumel”

“Tapi seneng nggak Mas disini?”

“Seneng”

“Katanya seneng tapi kok nggak senyum sih, padahal Mas jauh-jauh ke sini pengen liat senyum kamu. Kalau liat dari foto sama video call aja kayanya kurang lengkap” Ujar Zidan dengan posisi menyamping menghadap Olivia.

Olivia benar-benar gugup sekarang, jantungnya sudah menggila sedari tadi. Zidan benar-benar membuat Olivia sulit bernafas, padahal Olivia sudah berusaha terlihat biasa saja, dia tidak ingin salting dan terlihat memalukan didepan Zidan.

“Padahal kalau lewat chat, kamu banyak bicara. Senyum terus kalau lagi video call, sampe setiap hari ngirim foto. Tapi kenapa sekarang malah jadi pendiem, Mas lebih suka Oliv yang bawel dari pada diem kaya gini” Ujar Zidan, tangan kanannya menarik lembut tangan kiri Olivia lalu mengenggam dengan erat.

“Aku malu” Ringis Olivia sambil menunduk “Malu kenapa?” Tanya Zidan dengan senyum tipisnya “Mas pikir aja sendiri”

“Lucu banget sih, emang boleh selucu ini”

“Emang boleh ngebaperin anak orang tapi nggak diseriusin” Sindir Olivia
Zidan tertawa kecil sambil mengecup punggung tangan kiri Olivia saking gemasnya. Olivia langsung menarik tangan kirinya menatap permusuhan pada Zidan “Nggak boleh cium-cium, bukan muhrim” papar Oliva seraya menjauhkan tangannya dari Zidan

“Kalau gitu nanti aku minta izin ke orang tua kamu”

“Izin apa?”

“Izin buat meminang kamu, jadi istri Mas”

“Nggak lucu”

“Mas nggak ngelawak kok, Mas serius”

“Masa sih”

Zidan kembali menarik kedua tangan Olivia dengan lembut “Hadap sini dulu” Pinta Zidan dengan intonasi yang lembut. Kini keduanya saling berhadapan, Zidan menatap dalam kedua mata Olivia “Maaf kalau selama ini, Mas nggak pernah melihat ke arah kamu. Mas malah jatuh cinta pada pandangan pertama sama Nabella, Mas udah mencoba membuang semua perasaan itu ketika tahu bahwa Nabella pacaran sama Ezza. Mas nggak pernah marah atau berusaha memisahkan mereka, karena Ezza sangat amat membutuhkan Nabella saat itu dan Ezza juga segalanya buat Mas” Tutur Zidan dengan semua kejujurannya, Olivia tertegun atas kejujuran Zidan. Olivia tahu mengenai Zidan yang menyukai Nabella, tapi dia tidak menyangka Zidan akan mengatakan hal ini padanya.

“Mas yang menyarankan Nabella untuk bekerja di rehabilitisi pada atasan Mas, Mas seneng saat tau Nabella akan datang. Saat itu Mas pikir, kita akan semakin deket. Sampai suatu hari, Mas ngungkapin semua perasaan Mas ke Nabella di sebuah taman yang ada di rehabilitasi. Mas bilang betapa Mas mencintai dia, saat mengatakan itu rasanya menegangkan” Zidan tersenyum tipis mengingat kala dia mengungkapkan perasaan pada Nabella, hingga tanpa sadar wajah Olivia berubah sendu.

Olivia tidak tahu jika ternyata Zidan sudah mengutarakan perasaan itu pada Nabella, sebab Nabella tidak menceritakan apapun perilah itu. Oliva mengerti mungkin Nabella tidak enak untuk menceritakan hal itu, tapi jika dia tahu dari Zidan langsung, rasanya lebih menyakitkan. Membayangkan bagaimana senyum manis dan suara lembut itu mengucapkan perasaan cinta dan meminta Nabella untuk menjadi kekasih. Tanpa sadar air matanya menetes tanpa diminta, dengan cepat Olivia memalingkan wajahnya kearah lain.

Sedari dia tahu Zidan menyukai Nabella, Olivia mencoba menahan perasaan rasa sakit di hatinya, dia menahan agar tidak marah pada Nabella, dia menahan perasaan cemburu ketika Zidan begitu perhatian pada Nabella, Olivia menahan untuk tidak membenci Nabella. Olivia berusaha menjaga tali persahabatannya agar tidak putus hanya karena ego dan perasaan cinta pada pria yang mencintai sahabatnya.

“Kenapa nangis?” Zidan mengusap air mata Olivia “Aku belum selesai ceritanya, mau selesai disini aja?” Tanya Zidan sambil mengusap pipi Olivia dengan tangan kanannya.

Olivia hanya diam, dia tidak tahu hatinya akan sekuat apa jika mendengar cerita Zidan jika lebih lanjut. “Kalau nggak juga nggak apa-apa, jangan nangis lagi” Ucap Zidan sambil menelungkup kedua pipi Olivia.

“Cerita lagi, aku mau denger” Pinta Olivia sambil membuang nafas panjang

“Oke aku lanjut”

“Setelah aku bilang kalau aku suka, ternyata Nabella nolak aku. Dia bilang, kalau dia nggak punya perasaan cinta sama aku, yang dia punya cuman perasaan antara sahabat dan adik kakak. Dia bilang bahwa dia nggak bisa menerima cinta aku, dia malah bilang bahwa cinta aku hanya berhak dibalas sama kamu. Nabella bilang bahwa kamu yang cocok untuk aku, tapi saat itu aku sama sekali nggak peduli, karena yang aku mau cuman Nabella.

Sampai-sampai ide jahat muncul di pikiran aku, ide untuk deketin kamu karena permintaan Nabella” Zidan memberhentikan ceritanya saat Olivia kembali meneteskan air mata, dia tahu apa yang dilakukan memang salah. Oleh karena itu sekarang dia akan menceritakan semuanya tanpa terkecuali. Zidan menarik Olivia kedalam pelukannya “Maaf… maaf harusnya aku nggak ngelakuin itu sama kamu. Harusnya aku nggak mainin perasaan kamu, maaf Olivia. Tapi satu sisi aku sadar bahwa kamu memang mencintai aku sedalam itu, bahwa kamu begitu tulus, bagaimana kamu selalu bertanya hal-hal kecil setiap hari, memperhatikan aku sedetail itu sampai aku akhirnya jatuh cinta sama kamu. Aku jatuh cinta sama perempuan sebaik kamu, aku jatuh cinta sama perempuan yang berkali-kali bikin aku tertawa, aku begitu mencintai kamu Olivia”

Zidan menjauhkan tubuhnya dari Olivia, dia menatap kedua mata Olivia yang memerah “Kamu berhasil bikin aku jatuh cinta sama kamu dan tujuan aku kesini karena itu. Karena aku mau bilang hal ini langsung sama kamu, aku mau menceritakan semuanya sama kamu biar tidak ada kesalah pahaman. Maaf kalau aku terkesan tidak romantis, harusnya aku datang membawa bunga tapi sayang semesta sepertinya harus bikin aku lebih berjuang lagi sampai disini”

Olivia tidak membalas apapun, dia masih tidak peracaya dan ragu. Bagaimana perasaan bertahun-tahun pada perempuan lain, langsung tergantikan secepat itu hanya karena sikapnya yang terhitung beberapa minggu. Apa ucapan Zidan bisa dipercaya?

“Aku tahu mungkin kamu nggak percaya sama apa yang aku ucapin, aku tahu kalau ini terlalu mendadak buat kamu. Maka dari itu, izinin aku selama satu minggu ini buat buktiin bahwa aku bener-bener jatuh cinta sama kamu, Olivia”

Olivia menunduk, dia bingung harus apa. Satu sisi dia percaya karena Zidan mengatakan dengan begitu tulus, tatapan matanya bahkan tidak memperlihatkan bahwa dia berbohong. Tapi satu sisi lagi, dia takut, Olivia takut jika dia memberikan kesempatan itu dia malah mendapatkan kekecewaan yang kesekian kalinya. Jika dia beberikan kesempatan tapi ternyata Zidan malah menambah rasa sakit, Olivia tidak yakin bahwa dia akan sekuat sebelumnya.

“Tolong beri aku kesempatan untuk mmebuktikan perasaan aku sama kamu Olivia. Kalau aku gagal dan malah bikin kamu sakit hati, kamu bisa melakukan apapun sama aku, aku akan terima” Olivia mengangkat wajahnya menatap kedua mata Zidan yang terlihat memohon, akhirnya Olivia mengangguk mengiyakan. “Aku memberi kamu kesempatan” Semoga keputusannya tidak salah

“Terima kasih….terima kasih” Zidan memeluk Olivia dengan erta, senyum senangnya mengembang sempurna. Dia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan yang sudah Olivia berikan padanya.

^^^

Huuuuwaaaaa
Disini siapa yang bahagia juga
Ngeliat perjuangan Olivia yang akhirnya terbalaskan.

Aku bahagia banget sih
Terlebih sebagai penulis yang menciptakan karakter Olivia yang sabar, mementingkan persahabatan dari pada cowo, dan sikap baiknya Olivia.

Sebenarnya banyak pertimbangan menyatukan Olivia sama Zidan. Soalnya aku ngerasa Olivia bisa mendapatkan orang yang jauh lebih baik dari pada Zidan.

Tapi, aku akhirnya memutuskan menyantukan Olivia sama Zidan.
Olivia dengan kebaikan hatinya, berhak banget dapet kebahagian. Zidan juga, karena kalau dia jahat, sejak dulu mungkin dia udah ngerebut Nabella dari Ezza, tapi saat itu dia sabar banget dan tetep jagain Nabella dari jauh, mencoba ga terlalu deket sama Nabella karena mikirin perasaan Ezza.

Kedua orang ini berhak mendapatkan cinta yang tulus.

Aku percaya, kalau kita berbuat baik dan sabar, kita akan mendapatkan hadiah terindah yang sudah Tuhan siapkan untuk kita suatu saat nanti.

Menurut kalian cast nya cocok ga, sebelumnya cast Olivia buka cewe ini. Aku lupa sebelumnya siapa, jadi aku ganti hehe

Tapi

Ada yang mau kalian sampaikan kedua orang ini?

Zidan

Olivia

Jangan lupa vote dan komen

Bye

Sampai bertemu di part selanjutnya

Nextt

Continuar a ler

Também vai Gostar

Love Syndrome Por ChiCia

Ficção Adolescente

4.3K 1.5K 44
UNTUK DI BACA BUKAN DI TULIS ULANG! Beberapa chapter di privat, follow untuk membaca seluruh chapter 🤍 Sudah dicintai kok nggak mau mencintai balik...
807K 29.2K 50
"Gue tertarik sama cewe yang bikin tattoo lo" Kata gue rugi sih kalau enggak baca! FOLLOW DULU SEBELUM BACA, BEBERAPA PART SERU HANYA AKU TULIS UNTUK...
ALZELVIN Por Diazepam

Ficção Adolescente

4.5M 262K 32
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
60.1K 2.5K 36
"Karena cinta bukan hanya sebuah rasa." Scarletta Queenara Gadis angkuh dan arogan dengan sejuta pesonanya. Tidak ada yang berani mendekati gadis itu...