My Lovely Sister (S1) [COMPLE...

hejitsmanda tarafından

451K 13.4K 774

#1 on Sister Tag (14-07-2020) #2 on SHS Tag (26-06-2020) #54 on Fiksi Remaja Tag (14-05-2018) #95 on Story Ta... Daha Fazla

Prolog
Part 1: Mom Wedding
Part 3 : The Worst Thing I've Ever Heard
Part 4 : WHAT?! HE'S IN MY SCHOOL?!
Part 5 : F(uck)irst Day At School
Part 6 : Good Things
Part 7 : He Comeback
Part 8 : Unnerved
Part 9 : Confused
Part 10 : Serious or pretend?
Part 11 : Panic Attack
Part 12 : Why you gotta be so rude?
Part 13 :The Bad Day (Part 1)
Part 14 : The Bad Day (Part 2)
Part 15 : Why you always make me angry with you?
PENTING!! BUTUH COMMENT KALIAN PARA READERS TERCINTA:)
Part 16 : Fainted again?
Part 17 : A Little Happiness?
Part 18 : What's Wrong With Me?
Part 19 : A Little Moment
Part 20 : Care About Her
Part 21 : Almost
Part 22 : Bad Feeling (Part 1)
Part 23 : Bad Feeling (Part 2)
Curhatan Author
Part 24 : The New Beginning
Part 25 : Worry Feeling (Part 1)
Part 26 : Worry Feeling (Part 2)
Part 27 : Rio Plan (Part 1)
Part 28 : Rio Plan (Part 2)
Part 29 : What Happen With Rio?
Part 30 : The Fragile Side of Giselle
Part 31 : The Mysterious Message
Part 32 : New Protector For Giselle
Part 33 : That Message Again?
Part 34 : Poison?
Part 35 : Revealed (Part 1)
Part 36 : Revealed (Part 2)
Part 37 : Revealed (Part 3)
Part 38 : The Memory (Part 1)
PENGUMUMAN!! PLEASE READ THIS CHAPTER!!
Part 39 : The Memory (Part 2)
Part 40 : The Investigation (Part 1)
Part 41 : The Investigation (Part 2)
Part 42 : The Investigation (Part 3)
Part 43 : The Investigation (Part 4)
Part 44 : Lead to The Truth
Part 45 : The Truth (Part 1)
Part 46 : The Truth (Part 2)
ANNOUNCEMENT!! Please dibaca!! Sangat penting
Part 47 : The Truth (Part 3)
Part 48 : The Truth (Part 4)
Part 49 : The Truth (Part 5)
Part 50 : The Truth (Part 6)
Epilog

Part 2 : New Family Member

21.4K 603 9
hejitsmanda tarafından

[NEW VERSION]

*****

Giselle POV

Segarnya habis tidur siang setelah lelah seharian berkegiatan di gereja. Kalian masih ingatkan kalau tadi pagi-pagi harus pergi ke gereja supaya nggak terlambat datang ke acara pernikahan mama dan Om Herman. Yap, sekarang Om Herman sudah resmi jadi papa tiriku.

Baru ingin beranjak dari kasur, aku mendengar suara ribut dari sebelah kamarku. Yang aneh, kok bisa ya ada suara ribut? Padahal kan kamar di sebelahku itu kosong.

Ya biasanya cuman dipake kalau aku dan mama kedatangan tamu. Tapi kan hari ini nggak kedatangan tamu. Hmm... aneh.

Akhirnya, aku memutuskan untuk membuka pintu kamar dan mencoba melihat apa yang terjadi di sana. Ketika membuka pintu, aku melihat ada beberapa laki-laki berseragam sama sedang mengangkut barang-barang dari lantai satu menuju kamar di sebelah kamarku.

Tunggu!
Jangan bilang ada yang mau menempati kamar itu?
Ah.. tapi nggak mungkin.

Oke, daripada nebak-nebak nggak berhadiah, lebih baik aku turun dan bertanya ke mama tentang pemilik barang-barang itu.

"Mom! Ini barang punya siapa? Emang ada yang mau pindah ke rumah ini?" tanyaku agak setengah berteriak. Mama yang baru mau menjawab pertanyaanku langsung terhalang oleh suara berat yang menanggapiku.

"Gue. Ada yang salah?" tanyanya dengan nada tenang tanpa merasa bersalah. Kalian pasti sudh bisa menebak siapa yang menyahutiku. Ya, siapalagi kalau bukan kakak tiriku, Mario Reynaldo.

Berbeda dengannya, darahku mulai memanas dan segera menghampiri mama sambil berbisik, "Mom! Kok nggak bilang dia hari ini langsung pindah ke rumah kita? Mom! Kan mama tahu aku nggak suka hal yang tiba-tiba gini, apalagi urusan tentang dia lagi."

"Aduh, maaf, Sayang. Mama lupa banget kasih tau kamu soal ini, soalnya memang keputusannya juga mendadak sih. So, karna Rio dan papamu akan tinggal sama kita mulai hari ini, jaga sikap kamu, okay, Sweetie?"

"Ma, tapi nggak bisa gitu dong! Mama harusnya tanya pendapat aku dulu dong. Kan aku-"

"No debat, Sweetie. Udah daripada kamu marah-marah sama mama, mending kamu bantu Rio buat mindahin barang-barangnya ke kamarnya. Oh ya, nggak ada penolakan juga kalo kamar Rio di sebelah kamar kamu ya. Sana bantuin Rio," usir mama padaku.

Aku mendengus sebal sambil berjalan ke lantai dua, tempat kamarku dan kamar Rio berada.

"Cowok barangnya banyak banget sih! Rempong kek cewek," ejekku saat berdiri di depan pintu kamar Rio. Rio yang sedang membereskan barangnya segera menengok ke arahku dengan tatapan tajamnya.

"Any problem? Kalo ada mending langsung ngomong di depan muka gue. Nggak usah sok ngejek kayak tadi," katanya padaku sambil menatapku tajam.

"Lo tanya kan gue ada masalah atau nggak? Jawabannya ada dan masalahnya itu elo, Mario Reynaldo! Lo tau nggak semenjak ada lo di kehidupn keluarga gue, hidup gue jadi nggak tenang lagi tau nggak! Gue bener-bener nggak suka dengan KEBERADAAN LO! Lo harus inget itu."

"Ada lagi, Giselle James? Kalo nggak ada, silakan lo keluar dari kamar gue karena gue sibuk," katanya enteng sambil mempersilakan aku untuk pergi dari kamarnya.

"Apa kata lo?! Pergi? Rio, please ya, lo harus tau diri, ini rumah gue bukan rumah lo! Jadi, lo nggak berhak buat atur-atur hidup gue, apalagi soal keberadaan gue di rumah ini. Seharusnya gue yang kasih peringatan ke lo kalo lo di sini nggak boleh seenaknya sama gue," ucapku dengan emosi yang mulai membara.

Rio yang mendengar perkataanku tersenyum kecil dan mendekati wajahnya ke telingaku.

"Fine, kalo itu mau lo. Gue juga lebih suka dengan segala hal yanga ada aturannya. Jadi jelas sampai mana batasan kita buat bertindak," bisiknya tepat di telingaku. Rio pun menjauhkan wajahnya dari telingaku dan kemudian berkata lagi, "So, we make a rules? Deal?"

"Deal! Kalau sampe ada yang ngelanggar, harus ada hukuman ya buat yang ngelanggar." Rio mengangguk.

"Kalau gitu, gue mulai duluan. Rules pertama, nggak boleh masuk ke kamar tanpa ngetok pintu. Kedua, nggak boleh nyetel musik keras-keras. So, lebih baik lo pake airpods atau apapun itu. Ketiga, nggak usah kepo sama urusan orang lain. Apapun yang lo liat tentang gue, nggak usah banyak nanya. Just do your business and I will too. Gue paling nggak suka sama orang KEPOAN! Keempat, jangan pernah bawa temen ke rumah karena kita nggak pernah tahu kalo temen kita ternyata di luar sana saling kenal dan malah bikin repot kita. Kelima-"

"Gantian gue, boleh? Lo tenang aja, gue setuju kok sama semua rules yang udah lo sebutin tadi. Gue yang bakal lanjutin sekarang, okay?" Aku mengangguk dan membiarkannya melanjutkan rules di antara kami.

"Kelima, kita harus pura-pura akur di depan mama sama papa. Tapi, selain itu, anggep kita nggak saling kenal. Terakhir, jangan terlalu kasar sama gue karena yang lebih tua di sini adalah gue, kakak tiri lo."

"Dih, apa-apaan itu rules terakhir. Enak aja lo! Meskipun lo lebih tua dari gue, tapi ini rumah gue! Gue cuman bakal nurut apa kata mama sama papa, bukan elo! Inget itu, Yo," cecarku padanya.

"Bebas gue mah. Ya, asal lo siap nerima hukuman dari gue aja sih gapapa. Kan kata lo yang ngelanggar bakal dapet hukuman kan?"

SKAKMAT!

Sialan!
Rio membuatku tidak bisa membalas perkataannya.

"Fine! Tapi lo juga harus inget semua rules tadi. Siap-siap juga kalo lo langgar, gue bakal kasih hukuman yang nggak mudah. Oke, deal?"

"Deal. Udah sana kalo nggak niat bantu, jangan berdiri disitu," usir Rio padaku sambil menutup pintu kamarnya.

Dasar kakak tiri ngeselin!!
Sumpah kalau bukan karena mama, aku bener-bener nggak sudi dia ada dideket aku.

"Semoga lo cepet jauh-jauh dari gue, cowok nyebelin!" batinku dalam hati sambil berjalan masuk ke kamar untuk kembali mengistirahatkan tubuhku yang lelah setelah menjalani semua peristiwa yang terjadi hari ini.

*****

Rio POV

Hello!
Perkenalkan, namaku Mario Reynaldo.
Kalian bisa panggil aku Rio.

Entah kenapa aku bisa dipanggil dengan nama itu. Yang ku tahu, dulu almarhum mama yang memanggilku seperti itu dan akhirnya, keterusan hingga sekarang.

Saat ini, aku berada di kelas dua belas. Yang artinya, aku lebih tua satu tahun dari Giselle. Meski begitu, aku tetap jadi anak tertua di keluarga baru ini.

Ya, seperti yang sudah kalian ketahui, papaku dan mama Giselle baru saja menikah dan kini, aku dan papa akan tinggal bersama dengan mama tiriku dan Giselle, adik tiriku yang galaknya melebihi almarhum mama.

Sejujurnya, aku tidak pernah menyangka adik tiriku akan segalak Giselle. Tapi apa daya, ini sudah takdirku harus menjadi kakak tirinya. Kalian haris tahu, sekarang aku jadi males punya adik bila adiknya seperti Giselle.

Skip bagian tentang Giselle karena males bicarain dia lama-lama dan aku yakin dia pun begitu. Oke, sekarang aku akan memberitahu kalian ciri-ciriku.

Pertama, aku berkulit putih. Kedua, aku cukup tinggi karena sering main basket dan berenang sejak kecil. Ketiga, aku termasuk cowok yang keren dan nggak kalah ganteng dengan pemain drama korea. Bukannya kepedean, tapi saat aku duduk di kelas sepuluh, banyak yang bilang aku mirip dengan (pemain drakor). So, aku terima-terima aja kalau dibilang mirip. Toh, nyatanya aku nggak kalah kok.

Sekian sesi perkenalannya dan sekarang aku harus kembali merapikan barang-barangku yang baru sampai di rumah Giselle, rumah yang akan ku tempati mulai detik ini.

Saat asik merapikan barang, aku merasakan kehadiran sosok yang baru saja kita bicarakan. Siapalagi kalau bukan Giselle yang sedang berdiri di depan pintu sambil mendekapkan tangannya.

"Cowok barangnya banyak banget sih! Rempong kek cewek," ejeknya padaku. Aku yang malas menanggapi hanya menengok dan melayangkan tatapan tajam kearahnya. Biar dia takut sekalian.

"Any problem? Kalo ada mending langsung ngomong di depan muka gue. Nggak usah sok ngejek kayak tadi," kataku padanya sambil berjalan mendekatinya.

"Lo tanya kan gue ada masalah atau nggak? Jawabannya ada dan masalahnya itu elo, Mario Reynaldo! Lo tau nggak semenjak ada lo di kehidupan keluarga gue, hidup gue jadi nggak tenang lagi tau nggak! Gue bener-bener nggak suka dengan KEBERADAAN LO! Lo harus inget itu."

Tuh kalian lihat sendiri. Giselle mulai marah-marah lagi. Aku yakin dia lama-lama cape teriak-teriak begitu.

"Ada lagi, Giselle James? Kalo nggak ada, silakan lo keluar dari kamar gue karena gue sibuk," kataku enteng sambil mempersilakannya pergi.

"Apa kata lo?! Pergi? Rio, please ya, lo harus tau diri, ini rumah gue bukan rumah lo! Jadi, lo nggak berhak buat atur-atur hidup gue, apalagi soal keberadaan gue di rumah ini. Seharusnya gue yang kasih peringatan ke lo kalo lo di sini itu nggak boleh seenaknya sama gue," ucapny dengan penuh emosi yang terlihat sekali dari wajahnya yang mulai memerah.

Aku yang mendengarnya hanya bisa tersenyum kecil dan mendekati wajahku ke telinganya dan berbisik, "Fine, kalo itu mau lo. Gue juga lebih suka dengan segala hal yang ada aturannya. Jadi jelas sampai mana batasan kita buat bertindak."

Aku menjauhkan wajahku dari telinganya dan berkata lagi, "So, we make a rules? Deal?"

"Deal! Kalau sampe ada yang ngelanggar, harus ada hukuman ya buat yang ngelanggar." Aku mengangguk.

"Kalau gitu, gue mulai duluan. Rules pertama, nggak boleh masuk ke kamar tanpa ngetok pintu. Kedua, nggak boleh nyetel musik keras-keras. So, lebih baik lo pake airpods atau apapun itu. Ketiga, nggak usah kepo sama urusan orang lain. Apapun yang lo liat tentang gue, nggak usah banyak nanya. Just do your business and I will too. Gue paling nggak suka sama orang KEPOAN! Keempat, jangan pernah bawa temen ke rumah karena kita nggak pernah tahu kalo temen kita ternyata di luar sana saling kenal dan malah bikin repot kita. Kelima-"

"Gantian gue, boleh? Lo tenang aja, gue setuju kok sama semua rules yang udah lo sebutin tadi. Gue yang bakal lanjutin sekarang, okay?"

"Kelima, kita harus pura-pura akur di depan mama sama papa. Tapi, selain itu, anggep kita nggak saling kenal. Terakhir, jangan terlalu kasar sama gue karena yang lebih tua di sini adalah gue, kakak tiri lo," ucapku sambil fokus menatapnya.

"Dih, apa-apaan itu rules terakhir. Enak aja lo! Meskipun lo lebih tua dari gue, tapi ini rumah gue! Gue cuman bakal nurut apa kata mama sama papa, bukan elo! Inget itu, Yo," cecarnya padaku.

"Bebas gue mah. Ya, asal lo siap nerima hukuman dari gue aja sih gapapa. Kan kata lo yang ngelanggar bakal dapet hukuman kan?"

Giselle pun diam.
Pasti dia mati kutu karena kata-kata barusan.

"Fine! Tapi lo juga harus inget semua rules tadi. Siap-siap juga kalo lo langgar, gue bakal kasih hukuman yang nggak mudah. Oke, deal?"

"Deal. Udah sana kalo nggak niat bantu, jangan berdiri disitu," usirku padanya sambil menutup pintu kamar.

*****

Author POV

Keesokan harinya, Giselle bangun dengan masih menggunakan piyama namun langsung berjalan menuju ke ruang makan.

Sempat terkejut dengan keberadaan Rio, namun ia ingat bahwa laki-laki itu kini telah menjadi kakak tirinya dan mereka tinggal bersama.

"Pagi Ma, Pa," sapa Giselle sambil duduk dikursi makannya.

"Pagi, Sweetie. Kok Rio nggak kamu sapa. Biasain sapa, okay?" kata Erica, mama Giselle.

"Pagi Rio," sapa Giselle pendek.

"Pagi," jawab Rio sok manis. Merasa ada yang aneh, Giselle langsung memberikan tatapan tajam ka arah Rio. Rio pun hanya membalas dengan senyuman evil-nya.

"Jangan berantem terus ah kalian. Udah yuk, sarapan dulu," lerai Herman. Giselle dan Rio pun mengangguk patuh.

*****

Hari ini masih libur kenaikan kelas dan Giselle yang tengah menikmati liburnya sedang asik membaca novel di kamarnya.

Saat sedang larut dalam cerita novel yang dibacanya, terdengar suara riuh dari sebelah kamarnya.

"Ih, Rio sialan! Kan udah dibilang jangan nyetel lagi keras-keras. Apa-apaan sih dia!" batin Giselle sambil bangkit berdiri dan berjalan menuju kamar Rio.

Berhubung kamar Rio tidak dikunci, Giselle pun mengetuk pintu dan langsung masuk ke kamar Rio.

Begitu Giselle membuka pintu—

"AAAAAAAAA!!!!"

**************

Hai guys, sorry ya baru balik. Gue lagi hibernasi dari kemaren. Soalnya mendadak ide di otak gue hilang. Jadi gue harus mengembalikan ide gue dulu. Hehehe

Oh ya gue mau kasih berita baik. Kemaren hari rabu gue abis denger pengumuman kelulusan SMP. Dan gue LULUS guys!! Dan nilai UN sama NEM gue gak mengecewakan. Sesuai target gue. Puji Tuhan banget!!! Makasih buat para readers yang sudah mendoakan gue pas UN kemaren:)

Oh ya btw, gimana part 2 nya? Hahaha.. Gue sengaja nih ngasih part gantung. Biar bikin kalian penasaran aja. Wkwkwk

Jangan lupa Vote+Commentnya:)

See you

Gisel xx

-12 Juni 2015-

Okumaya devam et

Bunları da Beğeneceksin

2M 109K 59
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...
2M 119K 42
Kanaya Tabitha, tiba tiba terbangun di tubuh seorang figuran di novel yang pernah ia baca, Kanaya Alandra Calash figuran dingin yang irit bicara dan...
685 187 9
Jenuh akan pekerjaannya, membuat Sohyun sering menghabiskan waktu sepulang kerjanya dengan mabuk-mabukan. Semuanya tampak membosankan, hingga ia meli...
5.4M 228K 54
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...