How We Fix Sorrow ✅

By TaliaMefta

65.1K 5.4K 392

Flora punya banyak nama, mulai dari "gemuk", "culun", "lemah", bahkan beberapa nama yang tidak senonoh lainny... More

Prolog
BAB 1
BAB 2
BAB 3
BAB 4
BAB 5
BAB 6
BAB 7
BAB 8
BAB 9
BAB 10
BAB 11
BAB 12
BAB 13
BAB 14
BAB 15
BAB 16
BAB 17
BAB 18
BAB 19
BAB 20
BAB 21
BAB 22
BAB 23
BAB 24
BAB 25
BAB 26
BAB 27
BAB 28
BAB 29
BAB 30
BAB 31
BAB 32
BAB 33
BAB 34
BAB 35
BAB 36
BAB 37
BAB 38
BAB 40
BAB 41
BAB 42
Bab 43
BAB 44
BAB 45
BAB 46
BAB 47
BAB 48
BAB 49
BAB 50
BAB 51
BAB 52
BAB 53
BAB 54
BAB 55
BAB 56
Epilog
Bonus Chapter Info

BAB 39

964 93 4
By TaliaMefta

Caden hanya diam, dia tidak dapat berucap. Dia harap teman-temannya tahu jika Caden benar-benar mempercayai mereka, hanya saja mereka benar, Caden selalu ragu dengan dirinya. Sejak kesetiaannya digadaikan, seseorang mencoba menyakiti Caden balik, dia tidak dapat berpikir dengan tenang.

Mungkin dia harus kembali ke terapis setelah ini.

"Apa dia baik-baik saja sekarang?" tanya Sydney, memasukkan kacamata yang Dia kenakan kembali ke dalam wadahnya.

Caden mendengus dengan kasar. "Entahlah, belum mendengar kabar dari Dokter Jackson."

"Apa orang lain tahu? Kau tahu, selain keluarganya?" tanya Mal sambil memasukkan laptopnya ke dalam tas ransel.

Cadeng menggeleng. "Belum, tapi aku berniat memberitahu mereka setelah natal. Aku tidak ingin mereka mendapat berita buruk sehari setelah natal, bukan?" 

"Aku pikir lebih baik memberitahu sekarang." Mal menjawab cepat.

"Aku tidak akan memberitahu mereka sebelum natal, itu akan merusak hari mereka. Lagipula apa yang harus aku katakan. 'Oh, ini Caden, suami palsu Flora. Aku ingin memberitahu bahwa Flora ada di rumah sakit', kau pikir mereka akan percaya denganku? Flora tidak pernah menceritakan tentangku kepada orang-orang lain." Nada Caden meninggi, kedua tangannya menggestur sesuai kata yang dia keluarkan.

"Kau bisa mengatakan bahwa dia istrimu." Sydney tersenyum miring.

Mal membersihkan tenggorokan. "Aku pikir kau harus beritahu secepatnya, bagaimana jika Flora tidak lagi bernapas hari ini? Atau besok? Seluruh teman-teman dan rekannya mungkin akan menyesal mereka tidak dapat melihat Flora lagi."

"Baiklah, tentu saja. Aku akan memberitahu mereka." Caden mengangguk pasrah, tidak berkata apapun sebelum menyalin kontak yang ada di ponsel Flora, mengirimnya ke kontak Caden.

"Apa yang akan kau lakukan setelah ini?" tanya Mal.

"Berbicara dengan Andrew dan Ben untuk membantuku memutus perjanjian dengan keluarganya. Mereka akan datang sebentar lagi, aku punya beberapa bukti yang dapat aku kirim ke mereka." Caden mengucap.

"Oke. . . Jadi kau akan ke pengadilan untuk melepas perjanjiannya?" tanya Sydney berkesimpulan.

"Dan memasukkan mereka ke penjara karena Flora." Caden mengungkapkan.

"Bukankah keluarga mereka punya pengacara mahal?" tanya Mal sambil memijat pundaknya yang sakit karena menatap laptop lama.

Caden tersenyum miring. "Pengacara mahal tidak menjamin dia hebat dalam tugasnya. Pengacara Keluarga Nelson terkenal karena kenalannya dengan selebriti terkenal. Kekuatan terbaiknya ada di bidang hiburan, bukan bisnis dan tindak kriminal." Senyumannya memudar sedikit. "Tapi ia tahu cara memenangkan argumen, karena itu aku meminta Ben dan Andrew untuk membantuku."

Sydney mengepalkan kedua tangan sebelum menyatukan alis ke arah Caden. "Kau tahu ini mungkin jadi kasus yang paling berantakan, 'kan? Nama perusahaanmu dan nama Lila sudah tergabung menjadi satu. Kau akan kesusahan." 

"Aku tahu, aku sudah memikirkannya." Caden menatap Sydney balik, mengepalkan kedua tangannya sebelum menarik napas.

Sydney bangun dari sofa sambil membawa tas laptopnya. Mal ikut berdiri sambil membawa tas ranselnya, mereka mengangguk kecil ke arah satu sama lain sebelum Caden menuntun mereka ke lift rumahnya.

"Selamat natal, Caden. Jika kau butuh bantuan kau bisa menelponku." Mal tersenyum kecil sebelum menepuk punggung Caden pelan.

"Selamat natal, semoga beruntung dengan kasusnya. Aku akan bersamamu." Sydney memeluk Caden dengan erat, mengelus punggungnya pelan sebelum dia melambaikan tangan kepada Caden ke dalam lift.

•••

"Oke, ini bukti yang bagus, selain bukti lisan kita juga punya bukti visual, kita mungkin dapat melakukan hal ini. Aku yakin." Ben memegang ponsel Flora di tangannya setelah layar menunjukkan video Flora.

"Kau sudah mengurus suratnya?" tanya Caden.

"Yap, kita akan dapat panggilan setelah hari kerja mulai diberlakukan." Ben mengangguk mantap. 

"Dan kau?" Caden menunjuk Andrew dengan dagunya.

"Yap, sudah mencari tahu mengenai apa yang mereka lakukan di perusahaan, tidak ada hal yang buruk terjadi, kecuali mereka kadang bersikap kasar terhadap pekerja di sana—tapi, hei, semua orang punya hari gelap. Aku kadang melihat Caden memelototkan matanya pada anggota timnya." Andrew menjelaskan.

"Oke, baiklah, aku harap pengadilan ini cepat diproses." Ben menarik napas, melihat tumpukan berkas di depannya sebelum dia kembali memasukkannya ke dalam klip dokumennya.

Ben berdiri dari sofa disusul oleh Caden dan Andrew. Ketiga pria tersebut berjalan menuju ke depan lift sebelum Caden berhenti, dia mengangguk kecil sebelum pintu lift tertutup.

Caden melihat lorongnya yang sudah direnovasi lalu mengernyit, seluruh interior di sini ia samakan dengan selera Lily, ia tidak menyukainya lagi. Mungkin dia harus mengganti proyek interiornya atau dia harus pindah ke tempat lain. 

Caden melihat satu boks yang sudah berada di depan lorong. Boks berisikan seluruh barang Lily tinggal dia kirimkan kepada kurir, mungkin dia akan melakukannya sekarang.

Dia sudah menelepon seluruh rekan kerja atau teman Flora, kebanyakan dari mereka sedikit syok, beberapa dari mereka hanya mendengus pelan, mengatakan kepada Caden bahwa kadang Flora pingsan atau sering terjatuh saat bekerja. Beberapa dari mereka tidak mengira jika penyakit Flora separah ini. Mereka mengatakan bahwa mereka mencoba membantu Flora tapi wanita tersebut selalu menggubrisnya.

Beberapa dari mereka ingin mengunjungi Flora, tentu saja Caden berkata tidak, pihak rumah sakit tidak mengizinkan orang-orang menemui Flora, kecuali Caden karena dia punya izin dari Dokter Jackson yang menuliskan peran Caden sebagai suami. Caden seharusnya marah, Dokter Jackson tahu jika mereka tidak bersama lagi, tapi saat Caden melihat kartu kunjungannya ia hanya menatapnya datar. 

Suami.

Peran bodoh, Caden tidak menyukai pernikahan.

Pria yang hanya memakai kaos polo tersebut berjalan mengambil jaket dan hoodie-nya, mengangkat boks yang ada di dalam lorong sebelum membawanya masuk ke dalam mobil.

Caden berkendara menuju ke pos sambil meletakkan boksnya ke dalam tempat penyortiran, setelah itu dia kembali ke dalam mobil sambil berkendara lurus menuju ke rumah sakit. Dia tidak tahu apa yang dia lakukan di sana, Caden berkendara dengan hati-hati di dalam mobilnya, memarkirkan mobilnya ke dalam lahan parkir bawah tanah sebelum dia berjalan menuju lift, berjalan ke lantai tiga.

Dia masuk ke dalam kamar Flora, wanita tersebut masih menutup matanya dengan tenang, selang-selang masih menancap pada tubuhnya. Caden berjalan menuju ke atas sofa, membaca buku milik Flora lagi, entah kenapa dia melakukannya. Tangan Caden membuka lembaran buku Flora, membacanya pelan selama beberapa jam. 

Caden menghiraukan beberapa perawat yang masuk, mereka sempat menanyakan kartu identitas Caden, setelah mengetahui bahwa Caden merupakan salah satu orang yang dapat mengunjungi Flora perawat tersebut melepaskannya.

Saat makan malam dia memilih memesan makanan dari dalam rumah sakit. Dia menghabiskan makanannya sambil sesekali menatap Flora yang posisinya berganti setiap satu jam karena bantuan perawat.

Kadang dia bertanya pada dirinya, apa Flora dapat mendengar sesuatu dalam tidurnya? Apa Flora dapat mendengar suara Caden yang sesekali menggumam sambil membaca buku catatannya? Caden harap Flora dapat mendengarnya, tapi di sisi lain dia tidak menginginkan Flora untuk mendengarkannya. Entahlah, Caden hanya berharap dia dapat sadar secepatnya.

Caden mematikan ponselnya yang terus bergetar, kontak orang tua dan kedua adik kembarnya terus memborbardirnya dengan banyak pesan tentang kenapa pria tersebut tidak datang ke makan malam bersama keluarga.

Dia merasa buruk tidak memberitahu keluarganya, tapi apa yang dia bisa lakukan? Bagaimana jika kedua orang tuanya ada di pihak Keluarga Nelson? Lagipula mereka tahu tentang rencana menggunakan Flora sebagai istri Caden untuk mempercepat prosesnya.

Apa mungkin Caden harus memberitahu Parker? Dia salah satu anggota keluarganya yang dekat dengan Flora, dan dia merupakan salah satu anggota keluarganya yang mengirimkan satu pesan kepadanya.

'Mereka mulai mengatakan hal buruk kepadamu, tinggal beberapa menit sebelum ayah dan ibu akan meledak.

Caden memutar bola mata, pria tersebut membalas pesan adiknya tersebut dengan cepat.

'Flora ada di rumah sakit, aku sedang menunggunya, jika kau ingin ke sini aku akan mengirimkan ruangnya kepadamu. Jangan beritahu yang lain.'

'Ye, kirimkan aku alamatnya.'

Caden mengirimkan ruang Flora kepada Parker, pria tersebut tidak membalas pesannya, tapi Caden dapat melihat jika dia sudah melihat pesannya.

Pria tersebut bermain dengan ponselnya, menerima pesan natal awan dari Mal, Sydney, dan Neil. Dia hanya menjawab terima kasih sebelum kembali menutup ponselnya.

Sydney dan Neil kabarnya akan menghabiskan waktu dengan keluarga Neil, ini natal pertama Sydney dengan keluarga Neil, dia mengatakan kepada Caden bahwa dia sedikit gugup. Caden hanya diam, dia tidak tahu cara memberi nasihat dengan baik, untung saja Mal ada di sana, pria tersebut memberikan beberapa tips bagi Sydney agar dia tidak gugup.

Caden tidak tahu kemana Mal pergi, pria tersebut suka hilang tanpa jejak, yang dia tahu setelah Caden bertemu dengan Mal setelah lama adalah Mal menceritakan kepada Caden mengenai kota kecil di negara tetangga yang Caden bahkan tidak tahu ada sampai dia mengecek internet.

Pria tersebut membuang sisa makan malamnya ke dalam kantong sampah yang ada di depan kamar, saat dia hendak masuk ke kamar, dia melihat Parker yang berjalan ke arahnya sambil menggunakan topi beanie-nya dan juga syal tebal di leher. Parker mengenakan jaket tebal hitam, dia melambaikan tangan ke arah Caden sebelum mengikutinya masuk ke dalam kamar Flora.

"Sejak kapan?" Parker berdiri di sebelah Flora melihat-lihat selang yang ada di tubuhnya sebelum bergidik melihat darah yang masuk ke dalam selang Flora.

Caden menggembungkan pipi. "Entahlah, aku sudah hilang hitungan, beberapa hari mungkin." Caden memasukkan kedua tangannya ke dalam saku sebelum ia kembali berjalan ke sofa.

"Kenapa?" 

Caden melipat bibir, entah apa dia menginginkan lebih banyak orang tahu tentang apa yang terjadi pada Flora atau tidak. Caden ingin bertanya apakah Flora dan Parker masih dekat, tapi dia tidak ingin masuk ke dalam privasi mereka.

"Pingsan, melukai diri, pil pelangsingnya mengancurkan otak dan jantung, lalu keluarganya menyakitinya." Caden bersandar di sofa, meletakkan tangan pria tersebut ke atas kening sembari melirik Parker.

Parker hanya menarik napas pelan, dia tidak mengucapkan apapun selain duduk di sebelah kakaknya sambil mendongak ke udara. Parker menggembungkan pipinya pelan, dia melirik kakaknya yang melirik Flora sebelum pria tersebut tersenyum miring.

"Aku kabur saat ayah dan ibu mulai memarahi Rosie dan Jill, aku hanya menyelinap ke dalam kamar sebelum mengambil kunci mobilnya. Aku pikir mereka dapat mendengar mobilku karena sekarang ponselku tidak mau berhenti berbunyi." Parker melempar ponselnya ke atas meja di sebelah buku-buku milik Flora. Parker menarik satu buku milik Flora dan membukanya sebelum tangan Caden mencegahnya.

"Itu buku catatan privasi Flora, jangan buka."

Parker tersenyum mengejek. "Aku asumsikan kau sudah membacanya. Apa dia berbicara tentangmu, kakakku tercinta?" cibir Parker sambil meletakkan bukunya kembali ke atas meja.

Caden berdecak. "Aku mencari bukti untuk membawa keluarganya ke pengadilan. Aku tidak mau bekerja sama dengan mereka."

"Bukankah kau yang mengusulkan perjanjian dengan keluarga Flora?"

"Kau ketinggalan jauh, adikku." Caden berdiri sebelum menepuk kepala Parker sedikit keras.

"Oke, apa yang terjadi?" Parker ikut berdiri, menyusul kakaknya yang membuka tirai kamar kecil.

"Kau tidak perlu tahu, aku malas menjelaskannya." Caden berkata sejujurnya. Ia sudah mengatakan hal yang sama kepada beberapa orang, dia tidak ingin mengulanginya lagi.

"Aku akan bicara dengan Ben, atau Andrew." Parker mengambil seluruh barangnya lalu memasukkannya ke dalam saku celana.

Caden tersenyum miring. "Semoga beruntung, mereka bekerja untukku, bukan kau, Parker." 

Parker mendengkus sebelum bibirnya terangkat setengah. Ia kembali menatap Flora sebelum melihat kakaknya.

"Kau akan tinggal di sini?" tanya Parker sambil membenarkan beanienya.

"Entahlah. Aku tidak tahu apa yang aku lakukan." Caden membuka suara.

"Tidak ada malam spesial dengan Lily?" Parker mengangkat kedua alisnya bersamaan.

"Aku mengakhiri hubungan kita."

"Akhirnya."

Caden menoleh menghadap adiknya tidak percaya. Parker menatap Caden tidak bersalah sambil mengangkat pundaknya tak acuh.

"Apa? Aku benar. Dia merupakan panutan buruk untuk adik kembarmu." Parker mengerucutkan bibir ke bawah sebelum meraih kunci mobilnya.

Caden mengangguk, Jillian dan Rosie menganggap Lily sebagai panutan, mungkin itu kenapa Lily suka dengan mereka berdua tidak dengan Parker. Parker dapat melihat betapa bohongnya Lily sementara kakak kembarnya menganggap Lily sebagai dewi. Mengajarkan mereka cara merawat tubuh, atau pergi ke mall bersama dan menggoda pria tidak bersalah.

Ya, mereka sama-sama punya isu.

Caden tidak terlalu dekat dengan adik kembarnya itu, entah kenapa, tidak ada koneksi di antara mereka. Caden hanya berbagi daging darah bersama saudarinya tersebut. Tidak ada bakat sama, tidak ada hobi sama, mereka terlihat seperti seorang asing bagi Caden.

Tidak dengan Parker, lelaki itu akan membuat komen sarkas kepada dua saudarinya tersebut sampai mereka marah atau kesal. Parker tidak peduli, lelaki tersebut selalu memenangkan argumennya bersama dengan kakak kembar bodohnya itu. 

Saat Parker meninggalkan rumah di tengah-tengah kedua orang tuanya yang memarahi saudarinya lelaki tersebut menunjukkan jari tengahnya sebelum ia kabur. Jill dan Rosie berkomentar kepada orang tuanya, tapi tentu saja mereka dimarahi lebih keras dari sebelumnya.

Kedua orang tua Parker sudah melewati fase menuturi Parker, lelaki itu tidak akan mendengar perintah mereka. Lagipula Parker berkata bahwa orang tuanya punya perintah bodoh bagi anak-anaknya.

Tentu saja Parker juga selalu dibandingkan dengan Caden, tapi Parker menunjukkan jari tengahnya kepada orang tuanya saat Caden selalu membela Parker karena orang tuanya tidak lagi berpikir rasional.

"Apa yang sebenarnya terjadi saat kau keluar dengan Flora?" tanya Caden kepada adiknya tersebut.

Parker mengerucutkan bibir. "Dia benar-benar jatuh dari kursi, tapi penyebabnya karena dia mendadak sesak napas. Aku melihat tubuhnya bergetar sebelum ia menepuk-nepuk dadanya."

"Kenapa kau tidak memberitahuku?" Caden mengusap kelopak matanya yang cedutan.

Parker tersenyum lebar. "Dia tidak ingin memberitahumu, mungkin jika kalian tidak main kucing-kucingan selama dua tahun kalian berdua akan tahu."

Caden mendengkus, memutar matanya sebelum melirik Parker yang berjalan keluar pintu kamar.

Parker keluar dari kamar Flora, meninggalkan Caden sendiri di kamar wanita tersebut. Pria itu berjalan ke samping kasur Flora, tangan Caden meraih tangan Flora dengan pelan sebelum ia menariknya kembali karena beberapa perawat masuk untuk mengecek Flora.

"Bisa kau beritahu aku cara mengganti posisinya?" Caden menemukan dia berbicara. 

Perawat tersebut tersenyum kecil ke arah Caden, dia memperhatikan selang darah Flora sebelum dia menyuruh satu perawat lainnya untuk menjauh.

"Kita harus tetap membuatnya nyaman, dan juga membantu ototnya agar tidak lemah." Perawat tersebut mengangkat pergelangan tangan Flora sebelum memutarnya dengan pelan. Dia melirik Caden sebentar sebelum pria tersebut meraih tangan kanan Flora, memutar-mutarnya pelan searah jarum jam sebelum membaliknya.

Perawat tersebut mulai membelokkan dan meluruskan siku Flora dengan pelan, Caden mengikutinya sambil sesekali mengernyit merasakan tulang Flora yang terasa di balik kulitnya.

Perawat tersebut beralih ke kaki Flora, melakukan hal yang sama pada lengan Flora sebelum Caden menarik napas dalam. Perawat tersebut tersenyum kecil ke arah Caden sebelum menyuruh Caden untuk mengangkat tengkuk dan kepala Flora dengan kedua tangannya.

Untuk awalnya Caden merasa tidak baik, dia tidak ingin melukai wanita yang sedang koma ini dengan salah menggendong kepalanya. Caden juga merasa bahwa kepala Flora sangat ringan, dia dapat memangku seluruh kepalanya dengan satu tangan. Perawat tersebut menyuruh Caden untuk membalikkan bantalnya sebelum pria itu meletakkan kepala Flora dengan pelan ke sisi bantal yang lainnya.

"Mudah, kau dapat membantunya." Perawat tersebut tersenyum kecil sebelum mengambil klip dokumennya. "Jika mau ikut berpartisipasi aku akan membantumu mengurusnya, kau bisa membantu setelah memilih untuk duduk di kamar ini tanpa melakukan apapun." Dia menunjuk Caden sambil berkacak pinggang.

Caden tidak menjawab, dia melipat bibirnya lalu mengangguk menyetujui usulan perawat tersebut untuk membantu mengurus Flora.

Perawat tersebut mengangguk kecil, dia meninggalkan Caden dan Flora sendiri di dalam kamar sebelum mereka kembali menutup pintu kamarnya.

Caden masih menggenggam tangan Flora, dia mengusap jempolnya yang dilingkari cincin pemberian Flora ke kulit wanita yang tipis tersebut. Setelah itu Caden meletakkan tangannya pelan di atas perut Flora. 

Pria itu menyeret satu kursi sebelum duduk di sebelah kasur Flora, tangannya menyibakkan poni Flora sebentar sebelum kembali duduk. 

"Selamat malam, Flora."

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Tukutukutuk... selamat menikmati dobel updatenya!

Vote dan komen yuk!

Makasih semua!

Continue Reading

You'll Also Like

1.6K 529 14
Selama mereka menikah 5 tahun lamanya, Pravara Pranatha tidak pernah berkeinginan untuk mencintai suaminya, Pandu Laksamana. Pun dia pikir sebaliknya...
295K 17.3K 58
Liliona tak percaya dengan perasaanya sekarang! ia bahkan menyukai anak bos nya sendiri! Ini benar-benar tak masuk akal! bagaimana bisa?? Ia tak pern...
1.3M 93.9K 43
COMPLETE🔥 [Bag. 1-40] [Spin-off Crazy Offer] [Bisa dibaca terpisah] Dicampakkan cowok. Gue pikir, itu adalah hal terburuk yang pernah terjadi dalam...
49.3K 3.2K 27
Isabella tidak mengerti mengapa Milo, putra tunggal dari keluarga Kingham, memilih dirinya untuk dinikahi. Rupanya Milo bersedia menuruti perintah or...