How We Fix Sorrow ✅

By TaliaMefta

65.2K 5.4K 392

Flora punya banyak nama, mulai dari "gemuk", "culun", "lemah", bahkan beberapa nama yang tidak senonoh lainny... More

Prolog
BAB 1
BAB 2
BAB 3
BAB 4
BAB 5
BAB 6
BAB 7
BAB 8
BAB 9
BAB 10
BAB 11
BAB 12
BAB 13
BAB 14
BAB 15
BAB 16
BAB 17
BAB 18
BAB 19
BAB 20
BAB 21
BAB 22
BAB 23
BAB 24
BAB 25
BAB 26
BAB 27
BAB 28
BAB 29
BAB 30
BAB 31
BAB 32
BAB 33
BAB 34
BAB 35
BAB 36
BAB 38
BAB 39
BAB 40
BAB 41
BAB 42
Bab 43
BAB 44
BAB 45
BAB 46
BAB 47
BAB 48
BAB 49
BAB 50
BAB 51
BAB 52
BAB 53
BAB 54
BAB 55
BAB 56
Epilog
Bonus Chapter Info

BAB 37

929 91 11
By TaliaMefta

Dokter Jackson sudah pergi untuk mengurus pasiennya yang lain. Andrew juga pulang terlebih dahulu, pria tersebut mulai mencari berkas mengenai perusahaan Nelson agar Ben dapat membuat pertimbangan agar dapat membawanya ke pengadilan atau tidak.

Caden masih berada di kamar Flora, membaca buku catatan Flora yang kedua. Dia menuntaskan bukunya yang pertama beberapa menit yang lalu, tidak menyangka jika dia dapat menghabiskan waktu untuk membaca tulisan wanita ini. Setiap dia mencoba untuk berhenti berbicara mengenai kehidupan Flora, Caden selalu penasaran dengan apa yang terjadi selanjutnya, meskipun dia tahu bahwa lima hari dalam satu minggu yang Flora lakukan hanya pergi sekolah, mengerjakan tugas, atau kerja kelompok.

Caden beranjak ke tempat tidur Flora. Sepuluh menit yang lalu ada beberapa perawat yang masuk untuk mencermati Flora sementara Caden hanya memperhatikan dari sofa. Perawat tersebut mengecek selang Flora sebelum mengganti selang infusnya. Mereka juga membawa beberapa klip dokumen dan stetoskop, perawat tersebut menempelkannya pada jantung Flora dengan lembut, entah kenapa Caden ikut menarik napas seperti ia merupakan pasiennya. 

Setelah semua selesai perawat tersebut membungkuk kecil ke arah Caden sebelum mereka keluar dari ruangan. Caden tentu saja melihat perawat tersebut bolak-balik menuju ke kamar Flora, sebab dia menghabiskan banyak waktu untuk membaca seluruh buku catatan Flora dan jurnal buku gambarnya.

Caden mengetahui beberapa hal mengenai Flora—lebih banyak dari apapun yang ia dengarkan dari bibir orang tua Flora. Caden sekarang terlihat sebagai orang berengsek, dia tidak tahu bagaimana perjuangan Flora selama ini, yang dia lakukan hanyalah menyembulkan kepalanya setiap dia dan Flora berbicara.

Flora punya banyak rencana, banyak harapan dan impian, sama seperti Caden saat waktu mudanya, sayangnya seluruh harapan dan impian Flora telah sirna, dia tidak mempunyai banyak kekuatan seperti Caden untuk merealisasikan ambisinya.

Flora hanya bisa mematung dalam hidupnya, hidup dalam bayang-bayang orang lain dan hanya menyembulkan wajah jika ia nyaman dengan lingkungannya. Rumah Makan Lee, perpustakaan, rumah panti, dan penampungan hewan adalah tempat nyamannya. Ia tidak mungkin membicarakan seluruh masalahnya kepada orang-orang tersebut, tapi paling tidak dia merasa nyaman untuk membuka suara dan mengungkapkan isi hatinya meskipun hanya secuil saja.

Caden berharap bahwa apartemennya dapat menjadi tempat aman baginya, tapi dia salah. Caden menyadari betapa tertutupnya Flora mengenai keadaan sehingga ia juga tidak pernah membuat percakapan kecil.

Caden ingat saat pernikahan mereka dia harus mencari cincin Flora yang hilang. Caden tidak tahu apa yang terjadi, tapi saat dia dan Lily sedang berbincang di ruang tamu ia mendengar Flora bergumam di dalam kamar. Lily menganggap ia gila, tidak dengan Caden. Pria tersebut terlihat terhibur dengan gumaman yang dilontarkan Flora.

Jadi setelah Lily keluar dari kamar hotel pria tersebut mengetuk pintu Flora, melihat wanita tersebut yang duduk di lantai dengan mata merah. Caden ingin mengatakan kepadanya apa yang terjadi, tapi tubuhnya menolak, yang ia dengar hanya Flora yang berkata bahwa dia kehilangan cincin pernikahannya. Ceroboh, selalu ceroboh, batin Caden. Dia tidak tahu apa yang terjadi, tapi saat wanita itu menatapnya dengan mata merah Caden hanya ingin memeluk dan mengatakan kepadanya bahwa semuanya akan baik-baik saja.

Flora menggubris, jadi Caden ikut membantu mencari cincin yang dibelinya tersebut, menemukannya jatuh saat dia menarik boneka beruang di tangannya. Flora datang mendekati boneka beruang tersebut, Caden ingin tersenyum, dia dapat melihat ukuran boneka tersebut yang lebih besar dari Flora meskipun wanita itu gemuk saat itu.

Caden meninggalkan Flora dan menyuruhnya untuk bersiap-siap lebih cepat untuk makan bersama saat acara pernikahannya. Caden ingat saat dia berdansa dengan Flora. Dia menggenggam pinggang Flora dengan erat untuk merasakan tubuhnya, bahkan genggaman Caden terlalu erat mengakibatkan wanita itu mengernyit. Dia tidak tahu apa yang terjadi dengannya setelahnya, pria tersebut mengatakan hal yang paling menyakitkan dan buruk kepada wanita tersebut.

Caden ingat saat melihat wajah Flora yang memerah dengan air mata yang turun di pipinya, Flora terisak kecil sementara kedua tangan Caden masih ada di pinggangnya. Caden merasa buruk, pikirannya selalu mengatakan bahwa dia tidak boleh menilai wanita ini dari apa yang orang tua Flora katakan kepada Caden.

Caden juga ingat saat dia melihat Flora dengan pita besar melingkari rambutnya saat pernikahan Sydney. Dia tidak dapat melihat lekuk tubuh Flora tapi wanita itu terlihat sangat kurus, lebih kurus dari yang dia kira. Ini kesadaran pertama Caden bahwa Flora menghadapi masalah. Dia ingin mengatakan kepada Flora mengenai gaunnya yang menawan, atau hanya tentang dirinya sendiri, tapi tubuhnya menolak.

Dia juga ingat saat Flora izin ke kamar mandi selama satu jam setelah Lily mengomentari tubuhnya, kali ini dia tahu masalah Flora bukan merupakan gurauan, jadi dia menyuruh Lily diam dengan cepat. Kekasihnya tersebut menatap Caden tidak terima, tapi dia mengingatkan Lily bahwa Sydney dapat menendangnya dari acara jika dia tidak segera berhenti berbicara. Caden tahu Sydney dan Neil punya hak untuk melempar Lily keluar dari acara pernikahan mereka.

Caden ingat seluruh pertemuannya bersama Flora, mulai dari aktingnya bersama Pak Finley saat dia memanggil Flora dengan nama panggilan sayang, dia dapat melihat Flora memerah sebelum ia mengusap pipinya pelan. 

Dia juga ingat saat dia menyerahkan surat perceraian kepada Flora, wanita tersebut menulis nama keluarganya daripada nama belakang Caden. Pria tersebut merasa dijatuhkan, ia ingin Flora menggunakan nama belakang Caden saat menuliskan namanya.

Caden tahu efeknya kepada Flora, kadang dia ingin menunjukkan kepada Flora bahwa dia bisa membuatnya jatuh cinta hanya dengan menggodanya, kini ia tidak tahu lagi. Flora tidak banyak membicarakan Caden dalam bukunya. . . tidak setelah pertengkaran mereka berdua. Apa Caden tidak menawan lagi? Kenapa Flora sangat susah untuk ditaklukkan?

Apa Flora memikirkan Caden seperti Caden memikirkannya sekarang? Caden berharap Flora memimpikan Caden, ia ingin tahu apa yang Flora impikan mengenainya.

Caden sekarang tahu Flora punya misi dan rencana, untung saja Flora menuliskannya secara rinci mengenai apa yang dia inginkan. Caden dapat menjentikkan jari dan ia dapat mengabulkan seluruh permintaan Flora.

Menarik napas kecil Caden menutup seluruh buku Flora setelah membaca semuanya lebih dari enam jam. Dia hanya berhenti untuk ke kamar mandi sebelum dia kembali untuk melanjutkan membaca.

Caden masih berjalan ke arah Flora. Pria itu menyibakkan poni kecil Flora yang menutupi matanya sebelum mundur dengan cepat, melihat jarinya yang berbekas rambut lembut Flora sebelum ia mengusap rambut kasar.

Berantakan.

Meledak.

Menyengat.

Adiksi.

Caden sangat berantakkan sekarang, dia hanya ingin semua hal ini selesai tanpa ada cobaan lain. Flora merusak Caden, tidak dengan buruk, tapi dengan cara yang baik. Caden berlagak seperti anak hilang, dia tidak tahu harus pergi ke mana dan apa yang akan dia lakukan selanjutnya. 

Dia tahu hubungannya dengan Lily akhir-akhir ini tidak baik, tapi itu tidak memberikannya alasan bagi Caden untuk berpaling ke Flora. Caden tahu itu tidak boleh dilakukan. Caden tidak lagi merasa nyaman dan aman bersama dengan Lily, dan ia ingin memutuskan hubungan dengan baik, tidak dengan cara seperti ini.

Sial! Caden mengutuk dirinya.

Pria tersebut berpacu, keliling ruangan sambil memperhatikan Flora yang masih menutup matanya dengan tenang. Apa yang wanita itu lakukan kepada Caden? 

Apa yang membuatku melihatnya sekarang? batin Caden.

Caden membuka dan menutup kepalan tangannya, dia tidak ingin menjadi seseorang yang Flora benci dalam hidupnya. Apa yang harus ia lakukan? Dia tidak hidup untuk terjebak dalam spiral hubungan ini.

Pria tersebut kembali memperhatikan Flora yang tertidur—koma lebih tepatnya, sebelum berjalan keluar kamar dan turun ke lift. Dia masuk ke dalam mobilnya untuk pergi kembali ke kantor.

Atau dia akan pergi ke kelab untuk menenangkan diri.

Caden memilih berjalan terus, mengemudikan mobil dengan cepat sampai ia berhenti di salah salah kelab malam yang masih terlihat sepi. Dia tidak peduli, pria itu memarkirkan mobilnya sembarang sebelum dia menunjukkan kartu identitasnya. 

Caden masuk ke dalam, dia dapat membau berbagai macam aroma mulai dari parfum hingga minuman. Dia juga dapat membau aroma ruangan yang bercampur dengan keringat beberapa orang.

Caden melihat banyak orang berpesta sambil membawa minumannya di tangan mereka. Beberapa dari mereka mengisap rokok, beberapa dari mereka menari dengan intim. 

Caden hanya ingin minum.

Dia berjalan ke bar dan duduk di kursi bar yang kosong. Memesan racikan alkohol dia langsung meminumnya dengan cepat sebelum bertambah pesanan lagi.

Caden berlagak tidak bertanggung jawab dengan kesehatannya sekarang, ucapan Dokter Jackson hanya terdengar memuakkan setiap dia mendengarnya sekarang. Hanya kali ini dia hanya ingin keluar dari dunia. Tidak peduli dengan apapun yang ada di hadapannya, dia hanya ingin ke sini untuk terjebak dalam masa sekarang. Tidak ada pemikiran masa lalu, tidak ada pemikiran masa depan.

Sesekali ada beberapa wanita yang duduk di sebelah Caden untuk menggodanya, pria tersebut hanya menggeleng sebelum mendorong pelan tubuh wanita tersebut untuk menjauh.

Caden tidak ingin berurusan dengan siapapun, ia hanya memutar mata saat ada beberapa wanita yang menarik tangannya ke tengah lantai dansa. Caden tidak tertarik dengan mereka semua.

Dia kembali mengedarkan pandangan ke sekeliling, matanya menjelajah seluruh ruangan sebelum ia melihat beberapa pasangan yang mulai meninggalkan ruang utama.

Pandangan Caden beralih ke arah wanita yang sedang duduk di paha pria sambil mengecupnya dengan penuh gairah. Caden memutar mata, kembali menyedot minumannya sebelum matanya menatap wanita itu kembali.

Caden mengenali rambut pirangnya, dia juga mengenali senyumnya saat wanita tersebut menyentuh pipi si pria. Caden terus menatap dari jauh, pandangannya memaku wanita tersebut yang kini mengalungkan kedua tangannya pada leher pria tersebut, dengan pelan memaju mundurkan pinggangnya sampai pria tersebut mendongak ke atas dengan bibir membuka.

Caden tidak tahu apa dia harus marah atau tertawa, setelah beberapa jam dia bertengkar dengan dirinya sendiri perihal dua wanita yang membuat hidupnya tersiksa secara mental. Menghabiskan banyak waktunya untuk sebuah hubungan yang sia-sia. Waktu dan kerja kerasnya terasa seperti sampah setiap ia menyadari kelemahannya dalam bertindak.

Alam semesta punya cara yang aneh untuk menunjukkan kepada Caden bahwa dia merupakan pria yang berantakan dalam hubungan. Tidak sekali dia mengalami konsekuensi aksinya, dia harus menjalani dua—tiga kali keraguan diri sebelum memperbaiki diri dan hubungannya secara bersamaan.

Caden melihat wanita tersebut yang tertawa sambil melenguh sebelum pria tersebut mengecup lehernya pelan, tangannya masuk ke belahan dada wanita tersebut lalu meremasnya dengan pelan. 

Untuk membayangkan wanita yang tadi malam ada di kasurnya sambil mendesahkan dan meneriakkan namanya Caden merasa bodoh dan juga bingung. Lily meneriakkan nama Caden tadi malam sambil mengatakan betapa ia mencintainya.

Mungkin dia sedang ada dalam panasnya momen mereka berdua. Saat pria melihat kekasihnya selama tujuh tahun, serta kekasih pertamanya, seseorang yang membuatnya setia pada hubungan karena sejarah Lily, serta seseorang yang Caden pertama kali ucapkan kata mencintai saat ia ada di pertengahan perguruan tinggi dan masih sibuk menemukan dirinya. Dia melihat betapa bodohnya dia untuk menghabiskan seluruh umur dua puluhannya berusaha setia pada wanita yang berselingkuh kepadanya tiga kali.

Alasan Lily adalah dia punya sejarah untuk diselingkuhi oleh kekasihnya saat mereka ada di sekolah menengah, karena itu Caden berusaha untuk menyembuhkan luka Lily tersebut, dengan menjadi kekasih paling setia dan menyayangi Lily dengan seluruh kekurangannya.

Tidak sampai ia pertama kali melihat Lily tidur dengan teman satu jurusannya saat ia lulus wisuda. Ini kenapa keluarga Caden tidak menyukai Lily, wanita tersebut terlihat memiliki masalah emosional, dan ini merupakan kesalahan Caden, pria tersebut mencoba untuk memperbaiki Lily. Itu tidak mungkin, sekarang ia tahu itu.

Caden memaafkan Lily untuk pertama kalinya, Lily mengatakan jika ia tidak bermaksud untuk menyakiti hati Caden, berkata bahwa apa yang terjadi dengan ia dan pria yang tidur bersamanya hanya bersifat satu malam saja. Caden mengangguk memahami, mereka kembali bersama, kali ini Caden mengalami keraguan kecil dalam dadanya, tapi dia tidak ingin meninggalkan Lily, dia sangat mencintainya.

Betapa bodohnya dia berpikir seperti itu.

Beberapa tahun kemudian dia melihat Lily sedang bercumbu dengan mantan sekretarisnya, Lily pikir Caden tidak akan datang ke kantor karena dia mengadakan reuni bersama teman proyeknya saat di sekolah menengah, Mal dan Sydney.

Tentu saja Caden merasa antusias untuk kembali bertemu dengan temannya tersebut, Caden menunjukkan tempat perusahaan dia bekerja, berharap bahwa dengan referensi perusahaan ini mereka bertiga dapat membuka bisnis bersama dan membuat perusahaan seperti miliknya, bahkan lebih besar dan megah. Itu beberapa tahun yang lalu.

Sekarang mereka telah membuat bisnis dan perusahaan mereka, beberapa kali mengadakan pertemuan kecil untuk mencoba membangun perusahaannya yang sekarang dalam konstruksi.

Mal dan Sydney yang datang ke perusahaan Caden tentu melihat Lily dan asisten Caden bersama. Mereka berdua hanya tertawa mengejek karena Caden langsung marah besar pada asistennya, memecatnya langsung sebelum memasukkan daftar namanya ke dalam daftar merah di pencarian pekerjaan.

Lily. . . butuh waktu satu minggu bagi Caden untuk memaafkan Lily. Wanita tersebut berkata bahwa ia akan memperbaiki semuanya. Caden sedikit skeptikal, tapi dalam waktu satu minggu tersebut Caden merasa sangat dicintai, Lily mengajaknya keluar bersama, memasakkan makanan setiap hari, mengecup dan menangkup Caden, mengatakan betapa menakjubkannya pria tersebut bagi Lily. Hati Caden luluh satu minggu berikutnya, ia menerima permintaan maaf Lily sebelum mereka kembali bersama. Kali ini Caden mengidap keraguan yang lebih besar, ini sangat mempengaruhi kualitas kerjanya selama satu tahun sebelum Sydney dan Mal membantunya. Itu juga pertama kalinya dia didiagnosa memiliki asam lambung. Dokter Jackson—yang merupakan dokter yang dipercaya oleh Caden sejak ia muda—langsung dikerahkan untuk membantu Caden. Lily tidak ada di sana, ia mengejar karirnya di Madrid untuk bermodel pada merek pakaian indie.

Hari ini Caden tahu bahwa Lily tidak akan pernah berubah, Caden dengan tanggap merasa bahwa wanita tersebut memperdaya Caden secara emosional. Benar kata keluarga dan teman-temannya, Lily bukan wanita yang tepat untuk Caden, pria tersebut terlalu setia bagi wanita yang bahkan tidak dapat menutup pahanya untuk orang lain.

Caden tertawa, dia tertawa keras di dalam bar. Bartender yang melayani Caden menatap Caden khawatir, pria itu berkata bahwa ia baik-baik saja. Mata Caden memerah, dia merasa kosong saat melihat Lily kembali berselingkuh di hadapannya tiga kali berturut-turut.

Berapa lama wanita ini menyimpan rahasia ini darinya? Teman? Ini yang Lily maksud dengan teman.

Caden berdiri dari kursi, berjalan ke arah pasangan yang bercumbu tersebut dengan tenang sampai mata Lily menangkap mata Caden. Wanita tersebut dengan cepat melompat dari paha pria tersebut. Ia menatap Caden dengan mata membelalak sebelum Lily merapikan rambutnya.

"Teman? Aku menjebakmu seperti penjara? Aku tidak pernah berusaha? Aku tidak setia? Aku meragukanmu? Tentu saja aku pantas meragukanmu, Lily. Kau tidak pantas bagiku." Caden mengusap matanya, kepalanya sedikit berkunang karena minuman yang ia minum dengan cepat tadi. Pria tersebut melirik pria di depannya yang mengernyitkan alis bingung sebelum menjawab tangannya. "Caden Green, tunangan Lily—mantan tunangan Lily." Ia melirik Lily dalam-dalam.

"Caden, aku tidak bermaksud—"

"Semua kata-kata yang kau ucapkan kepadaku pagi ini terlihat palsu keluar dari bibirmu, iya, 'kan?" Caden tersenyum tipis, melihat pria di depan Caden yang menggeleng kasar sambil menatap Lily.

"Caden, kau tidak mengerti, aku han—"

"Ini hanya terjadi satu kali? Cinta satu malam? Kau tidak bermaksud melakukannya? Ya aku dengar seluruh omong kosongmu sebelumnya, Lily. Aku tidak akan membelinya lagi." Caden berjalan menjauh, ia merasakan Lily yang menarik lengannya dengan kuat agar tidak menjauh tapi pria itu menarik tangannya kembali.

"Caden, aku mohon. Jangan tinggalkan aku, kita hanya. . . ." Lily masih terdiam, Caden melihat pria di depan Lily yang ikut menunggu apa yang akan Lily bicarakan.

"Kalian hanya apa, Lily?" Caden bertanya pelan, menatap mata Lily dengan lekat, melihat air mata yang turun ke pipinya dengan cepat. Akting dan manipulasi yang menakjubkan, sayang saja aku terlalu mabuk untuk mempedulikannya. Caden membatin dalam hati.

"Kita hanya apa, Lily?" Pria di belakang Lily bertanya. Lily menatap kedua pria di sebelahnya sambil memohon, tidak tahu apa yang ia mau, tidak tahu apa yang ia lakukan.

"Sedikit saran, Lily. Saat aku memintamu untuk fokus ke terapis, ini yang aku maksudkan. Sebelum kau mengajak orang lain kau harus tahu apakah ada yang salah dengan dirimu atau tidak." Caden berjalan mundur, mencoba berbicara tajam tapi sepelan mungkin untuk menghindari orang-orang di bar melihat argumen mereka. Lagipula ia tidak mau masuk berita gosip yang akan menjatuhkan namanya. "Jika kau belum jelas, hubungan kita berakhir, tidak ada lagi kita, tidak ada lagi pernikahan dan tunangan. Kau bukan lagi kekasihku." Caden menunjuk wajah Lily dengan kasar, dia ingin memanggil Lily dengan banyak nama, tapi dia tidak ingin menjadi pria yang terbawa suasana dengan amarahnya, dia harus tetap berpikir rasional dan logis, itu yang diajarkan saat dia bertemu terapisnya.

Lily masih menarik tangan Caden, meninggalkan pria yang menatap Lily dengan mengernyit sebelum Caden kembali menarik tangannya. "Aku mohon, Caden. Maafkan aku. Aku mohon. Kita tidak akan berpisah, 'kan?" Dia mengusap air matanya.

"Kita berakhir, Lily. Hentikan upaya kosongmu ini." Caden berjalan ke arah pintu, keluar dari bar disusul oleh Lily yang masih mengikutinya dari belakang. "Apa kau tahu mengenai apa yang sahabatmu lakukan kepada Flora?" gerutu Caden, menatap mata Lily tajam meskipun sangat sulit baginya untuk melihat wajah wanita yang ia cintainya tersebut.

"Oh, jadi ini tentang Flora?" cibir Lily dengan penuh penekanan.

Caden berjalan ke arah wanita tersebut, menarik napasnya yang kasar hingga membuat rambut kecil wanita tersebut bergoyang pelan. "Jawab. Aku. Lily." 

Lily menatap Caden dengan mata merah, bibirnya mengatup tapi tidak ada suara yang keluar. Caden mengangguk, itu satu-satunya jawaban yang diinginkan Caden. Pria tersebut meregangkan rahang sebelum berbalik arah. "Kau tahu, kau harus malu dengan dirimu sendiri."

"Apa ini karena Flora? Kau menyerahkan aku karena Flora? Wanita menyedihkan itu?" Lily tersenyum ironis. Caden dengan cepat memutar tubuhnya menatap Lily, matanya berapi, kedua tangannya bergetar saat melihat mantan kekasihnya menyebutkan nama yang selalu terngiang-ngiang di kepalanya tersebut.

"Flora bukan jadi alasannya, mungkin jika kau setia kepadaku aku tidak akan memutuskan dan menyerah kepadamu. Kau berselingkuh tiga kali, dan aku menangkap ketiganya di depan mata. Aku tahu apa yang aku pilih, Lily." Caden berjalan menuju ke mobilnya dengan kepala berkunang-kunang. "Aku akan membawa seluruh barangmu yang ada di apartemenku ke dalam pos, kau tidak akan menginjakkan kaki ke sana atau pihak keamanan akan menendangmu keluar. Sampai jumpa, Lily. Semoga aku tidak bertemu denganmu selamanya—simpan cincinnya, aku yakin kau dapat menjual karir modelmu dengan cincin tersebut." Caden menutup jendela mobilnya, dia dapat mendengar Lily yang mengetuk-ketuk kaca mobilnya sebelum dia menjalankan mobilnya ke tengah jalan.

Caden mengusap wajah, dia menarik napas lega bahwa dalam argumennya tadi dia mengucapkan kata-kata yang keluar dengan lebih bijaksana daripada apa yang ingin dia keluarkan dari isi hatinya, lebih buruk dan menyakitkan, satu hal yang dia ucapkan kepada Flora, dia tidak ingin mengatakan hal tersebut kepada Lily, seburuk apapun dia kepadanya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Wuh... konfliknya semakin panas nih, gimana menurut kalian?

Udah... aku kehabisan pesan buat kalian.

Vote dan komen yuk!

Terima kasih

Continue Reading

You'll Also Like

1.7K 529 14
Selama mereka menikah 5 tahun lamanya, Pravara Pranatha tidak pernah berkeinginan untuk mencintai suaminya, Pandu Laksamana. Pun dia pikir sebaliknya...
382K 13.9K 30
[Telah Selesai] Aku kembali berdeham. "Bell, inget kamu sekarang istri aku, harus nurut. Selagi aku nggak ngerugiin diri kamu, kamu harus ikutin mauk...
295K 17.3K 58
Liliona tak percaya dengan perasaanya sekarang! ia bahkan menyukai anak bos nya sendiri! Ini benar-benar tak masuk akal! bagaimana bisa?? Ia tak pern...
1.1M 113K 48
Kehidupan Dinar Tjakra Wirawan berubah, setelah Ayah dan kakak laki-lakinya meninggal. Impiannya yang ingin menjadi seorang News anchor harus kandas...