Selesai kelas, Yena berencana datang ke apartemen Seungyoun, bukan untuk berkencan, tetapi untuk menemui Seungwoo.
Semalam, setelah Seungwoo dihajar habis-habisan oleh papihnya, pria itu datang ke apartemen Seungyoun, dan menceritakan apa yang terjadi.
Melihat penderitaan Seungwoo atas reaksi yang diberikan oleh keluarganya, Seungyoun memutuskan untuk menceritakan semua yang dia tahu pada Yena, tentang apa yang terjadi malam itu antara Seungwoo dan Eunbi, tentang alasan kenapa Seungwoo sampai lepas kendali dan berakhir meniduri Eunbi.
Seungyoun menceritakannya bukan untuk membela Seungwoo, dia hanya ingin, paling tidak, ada satu orang saja dari anggota Keluarga Lee yang bisa memahami Seungwoo, meski itu sulit.
Karena menurut Seungyoun, apa yang terjadi malam itu bukan sepenuhnya kesalahan Seungwoo, Eunbi juga turut andil di dalamnya, jadi tidak adil rasanya jika semua orang hanya menyalahkan dan menghardik Seungwoo, meski itu juga tidak bisa menjadi alasan pembenaran atas perilaku pria itu.
Dari apa yang dia dengar dari Seungwoo kemarin, Seungyoun tahu bahwa Seungwoo berharap salah satu keluarganya bisa memahaminya, mendukungnya untuk bisa menangani masalah ini, tapi nyatanya, mereka terlalu kecewa hingga melupakan fakta bahwa mungkin Seungwoo adalah pihak yang paling tersakiti di sini.
Bukan keinginan Seungwoo semua berakhir seperti ini, tetapi semua orang justru menghakiminya tanpa mencoba untuk bisa memahaminya.
Seungyoun tidak bermaksud menyalahkan anggota Keluarga Lee, dia tahu mereka bersikap seperti itu juga karena mereka tidak tahu detail cerita yang sebenarnya.
Seungwoo sengaja menutupi fakta bahwa Eunbi turut andil dengan menggodanya malam itu, karena Seungwoo tidak ingin keluarganya memandang rendah Eunbi. Tentunya, dengan konsekuensi bahwa keluarganya berakhir menganggap Seungwoo seperti bajingan yang hanya memikirkan nafsu bejatnya saja.
Padahal Seungwoo jelas bukan orang seperti itu.
"Yena!"
Panggilan itu mengalihkan perhatian Yena, ada Jihoon yang sedang berjalan menuju ke arahnya dengan senyum menawan.
"Kenapa, Hoon? Mau ngobrolin soal tugas kelompok tadi?"
"Bukan itu. Anak-anak ngajakin mabar siang ini, lo ikut, kan?" ajak Jihoon.
Yena menghela napasnya pelan, kalau nggak ada agenda penting, Yena pasti mengganggukkan kepalanya untuk menyetujui ajakan Jihoon sekarang.
"Sorry banget, Hoon. Tapi gue udah ada janji," sesal Yena.
Melihat wajah sendu Yena, Jihoon jadi penasaran alasan Yena menolak ajakannya. Padahal biasanya Yena nggak pernah absen buat ikut mabar sama temen-temennya.
"Oh gitu, ya. Memang ada janji sama siapa?"
"Bukan janji lebih tepatnya, tapi gue mau –"
"Yena mau jalan sama gue."
Seungyoun tiba-tiba nongol entah dari mana, pakai acara megang sebelah tangan Yena, bikin Jihoon berubah ekspresi jadi datar. Merasa kesal sama sikap Seungyoun yang kadang-kadang nyebelinnya emang minta dilempar sama sandal bakiak.
"Duluan ya, Hoon!"
Tanpa permisi, Seungyoun langsung narik Yena buat ikut sama dia, mengabaikan Jihoon yang lagi masang wajah kesalnya.
"Kakak apa-apaan sih?! Kenapa harus bilang kita mau jalan? Nanti kalau Jihoon salah paham gimana?" Yena mengeluarkan protesnya setelah mereka memasuki area parkiran kampus fakultas kedokteran.
"Memang apa pedulinya kamu kalau dia salah paham? Biarin aja!"
"Ya gak bisa gitu dong, Kak! Jihoon itu temen aku. Harusnya Kakak –"
"Yakin kamu cuma anggap dia temen?" sarkas Seungyoun.
Yena menghentikan langkahnya, menatap Seungyoun tidak percaya. Pertanyaan Seungyoun barusan, apa maksudnya?
"Kakak ngeraguin aku?"
Seungyoun melengoskan wajahnya ke samping dengan mendecak. "Ck. Pertanyaan retoris," komentarnya.
Yena mengepalkan tangan di kedua sisi tubuhnya, tidak terima dengan tuduhan Seungyoun. "Kalau Kakak gak bisa percaya sama aku, terus buat apa kita pacaran? Percuma!"
Langkah kaki Yena menjauh dari Seungyoun, tetapi tertahan karena pria itu mencekal lengan Yena.
"Aku bukan gak percaya sama kamu. Tapi pernah gak, kamu mikirin perasaan aku gimana waktu kamu lagi mabar sama temen-temen cowok kamu itu?"
Yena memalingkan wajahnya ke arah lain, malas menatap Seungyoun. "Terus Kakak maunya gimana? Kakak mau aku putus hubungan sama mereka, gitu?"
Seungyoun mendengus kesal, ini salah satu sifat Yena yang nggak disukai sama Seungyoun. Yena kalau lagi marah, suka nggak mikir dulu kalau ngomong, asal nyeplos aja, jadi terkesan nggak peduli sama orang lain, suka asal nge-judge juga, padahal apa yang ada di pikirannya belum tentu bener.
"Kamu bisa nggak, sebelum ngomong dipikir dulu? Siapa yang mau kamu mutusin hubungan sama mereka hmm? Nggak ada! Aku juga nggak cukup gila buat maksa pacar aku putus hubungan sama temennya cuma karena aku cemburu."
Yena melirik sekilas ke arah Seungyoun, sedikit tersentuh saat nada bicara Seungyoun melunak, tidak seemosional sebelumnya.
"Jujur, aku emang sedikit nggak suka kalau kamu mabar sama temen-temen cowok kamu, sedangkan kamu di sana cewek sendiri, kalau masih ada Yohan, sih nggak papa, kalau nggak ada, itu yang aku keberatan," aku Seungyoun, menjelaskan maksud yang sebenarnya.
"Sekarang, coba kamu pikir sendiri. Kalau kamu ada di posisi aku, misal aku pergi sama Jennie, Joy, dan Chungha, atau panitia cewek lainnya, aku cowok sendiri, sedangkan mereka bertiga cewek, meskipun untuk urusan kampus, kamu nggak masalah? Nggak sedikitpun keberatan?"
Oke, untuk ini Yena mengaku keberatan.
"Tapi, kan, mereka temen aku dari –"
"Kamu keberatan nggak, aku tanya?"
Yena diam, dia gak mungkin jawab iya, tapi juga enggan untuk menjawab tidak.
"Kalau kamu nggak keberatan, yaudah, aku juga akan coba ngerti kalau kamu lagi mabar sama temen-temen cowok kamu itu. Tapi jangan marah, kalau aku lagi jalan sama cewek-cewek yang –"
"Ya jangan dong!"
Yena terpaksa jujur, daripada dia harus lihat Seungyoun jalan sama cewek, apalagi sama mantan-mantan pacarnya yang centil itu.
Meskipun dengan alasan acara kampus juga Yena nggak akan ngijinin.
"Jadi?"
Seungyoun membalikkan pertanyaan ke Yena untuk memperjelas semuanya.
"Tapi Kak, Mark, Lucas, Jihoon sama Hangyul kan temenan sama aku udah lama, aku juga nggak pernah nganggep mereka lebih dari temen –"
"Iya kamu nggak pernah, lah mereka? Jihoon suka sama kamu dari lama tuh," Seungyoun memberi jeda pada kalimatnya, "dan juga, kamu sendiri pernah suka sama Hangyul sebelum sama Sihoon, iya kan?"
Yena terkejut mendengar perkataan Seungyoun, dari mana pacarnya itu tahu kalau, "Aku nggak pernah suka sama Hangyul!" elak Yena cepat.
"Halah! Nggak perlu bohong. Aku udah merhatiin kamu dari lama, jauh sebelum kamu suka sama aku."
Tanpa sadar, Seungyoun mengakui sesuatu yang selama ini dia sembunyikan, membuat Yena menyunggingkan sebelah sudut bibirnya, mendekati Seungyoun dengan mata memicing curiga.
"Jadi, Kakak udah tertarik sama aku dari lama?"
"Ha?"
Seungyounnya cengo, belum sadar kalau barusan dia keceplosan.
"Iya deh iya, yang dari dulu suka sama aku, tapi gak berani bilang, makanya sekarang jadi cemburuan!" celetuk Yena, sengaja menggoda kekasihnya.
"Kita berangkat ke apartemen aku sekarang, keburu macet di jalan," putus Seungyoun, mengalihkan topik pembicaraan setelah ketahuan bucin duluan.
"Dih, malah kabur," cibir Yena.
***
"Bang Seungwoo? Ngapain di sini?"
Hyunbin baru pulang dari kencan, waktu dia nggak sengaja lihat Seungwoo berdiri di dekat pohon nggak jauh dari rumahnya. Makanya terus disamperin sama Hyunbin.
"Mau ketemu Mbak Eunbi, Bang? Tapi Mbak Eunbi nggak ada, beberapa hari ini dia nginep di rumah Mbak Jichu," papar Hyunbin.
Seungwoo senyum, manis banget, bikin orang nggak sadar kalau di balik senyumnya itu tersimpan luka yang dalam.
"Gue tahu soal itu," aku Seungwoo.
"Terus kalo tahu, kenapa nyamperinnya ke sini? Bukan ke rumah Mbak Jichu?"
Menghela napas pelan, Seungwoo mengungkapkan maksud kedatangannya. "Gue dateng bukan buat ketemu Eunbi, tapi buat ketemu keluarga lo," aku Seungwoo.
Hyunbin mengerutkan keningnya. Tumben?
Setahunya, udah lama Seungwoo nggak pernah berkunjung ke rumahnya, selain nggak diterima, setelah hubungan Eunbi dan Seungwoo putus, pria itu nggak punya alasan lagi untuk datang ke rumah Eunbi.
"Emang mau ngapain, Bang?"
Menguatkan tekad, Seungwoo berkata, "Gue mau –"
Buggh
Satu bogeman tertuju padanya, bukan dari Hyunbin, cowok itu bahkan kaget karena ngelihat Seungwoo tiba-tiba diserang sama seseorang.
"Minhyun?"
Mata Seungwoo berhasil membulat melihat sosok itu berdiri di depannya.
MOPPINK || 17 MEI 2021