"Bang, lo sehat? Pagi-pagi udah ketawa sendiri kayak orang gila!" komentar Yiren saat ngelihat Hangyul duduk di balkon lantai dua sambil ketawa-ketawa.
"Dosa lo, Dek! Abang sendiri dikatain gila!"
"Lah, situ ngaca! Emang udah mirip orang gila, ketawa-ketawa sendiri, gak ada angin gak ada hujan!"
"Bener-bener harus diruqyah lo! Cantik-cantik tapi mulutnya toxic banget, persis kayak Yena!" hardik Hangyul.
Sementara Yiren hanya memutar bola matanya malas, menanggapi abangnya itu nggak akan ada habisnya.
"Kok tadi aku denger ada yang manggil nama teteh, kenapa emang?"
Chaeyeon datang dari arah luar, dia belum nyadar aja kalau Hangyul baru saja mencuri fotonya dan mempostingnya di instagram cowok itu.
"Gak ada apa-apa. Turun yuk, kita sarapan!"
Tanpa aba-aba, Hangyul memegang sebelah tangan Chaeyeon, membawanya ke lantai bawah untuk sarapan.
Sementara Yiren sendiri hanya bisa geleng-geleng kepala ngelihat kebucinan abangnya.
Sesampainya di meja makan dekat dapur, sudah ada Hyo Joo yang sedang sibuk menyiapkan makanan, membuat Chaeyeon berinisiatif mendekat untuk membantu.
"Ada yang bisa Chae bantu, Tante?" tanya Chaeyeon, membuat Hyo Joo tersenyum manis.
"Hmmm apa ya, sebentar!" Seraya berkata seperti itu, Hyo Joo lalu memberikan sekeranjang sayuran yang sudah dicuci sebelumnya.
"Bisa kamu potongin sayurannya, Sayang? Hari ini kita sarapannya pakai sandwich aja ya, kamu gak masalah kan?" tanya Hyo Joo ke Chaeyeon.
Dengan senyuman manisnya, Chaeyeon menanggapi. "Gak papa kok, Tan. Chae juga suka sandwich," katanya.
Di lain tempat, tepatnya di meja makan yang masih berdekatan dengan dapur, Hangyul menjitak pelan ujung kepala adiknya. "He! Lo ikut bantuin mamih juga sana! Belajar jadi cewek idaman kayak pacar gue kek!"
"Lo jadi orang resek banget sih, Bang! Orang mamih aja nggak minta bantuan kok!" timpal Yiren.
"Bener-bener lo ya, jadi cewek nggak ada manis-manisnya! Percuma lo cantik, kalo bantu nyiapin sarapan aja nggak bisa!"
Yiren yang sedang asyik memainkan game-nya pun memberengut kesal. "Berisik ah!"
Mendengar seruan adiknya, Hangyul mengepalkan sebelah tangannya dan mengisyaratkan sebuah bogeman pada adiknya. "Untung adik gue lo, kalau enggak udah gue pites!"
"Ini ada apa, sih? Pagi-pagi udah berisik." Jong-suk datang ke meja makan dengan memijat pelipisnya, pusing merasakan tingkah laku kedua anaknya yang ributnya kedengeran sampai kamar.
"Bang Hangyul nih, Pih! Pagi-pagi udah resek!" adu Yiren, berpindah duduk tepat di sebelah papihnya.
"Kok gue? Kan, gue ngajarin hal yang baik!" Hangyul tiba-tiba ngegas karena merasa tertuduh.
"Udah, cukup kalian berdua! Papih pusing ngelihat kalian setiap ketemu berantem mulu. Padahal adek juga kalau abang nggak kesini dicariin."
"Nah! Ketahuan kan lo kalo kangen sama gue?!"
"PAPIH IH! KENAPA DIBOCORIN, SIH?! JADI BESAR KEPALA KAN TUH, ABANG!"
"Gak usah teriak-teriak! Ini bukan hutan!" balas Hangyul, dengan nada tinggi sama seperti Yiren, membuat Jong-suk akhirnya memilih pergi ke dapur menemui istrinya dari pada harus menjadi saksi pertengkaran kedua anaknya itu.
...
Saat Yena keluar dari rumahnya dan berjalan menuju mobil Seungyoun, pria itu termenung di tempatnya, sampai-sampai tidak menyadari kehadiran Yena saat gadis itu sudah memasuki mobilnya.
"Kak! Kenapa sih? Kok ngelamun?" tanya Yena, lebih seperti mengejutkan Seungyoun.
"Ya ampun, Na! Kamu bisa nggak sih sehari aja nggak bikin jantungan!" sentak Seungyoun, bikin Yena melengos. "Lebay banget! Padahal aku juga nggak ngagetin, Kakak aja yang bengong. Ngelihatin apa sih emang?"
"Kamu!"
"Ha?"
Dahi Yena mengernyit bingung.
"Selama ini kamu bohongin aku ya?!" tuduh Seungyoun, buat Yena makin bingung, gak paham sama arah pembicaraan Seungyoun.
"Bohong apa sih maksudnya?"
"Iya kamu bohongin aku, ngakunya manusia tapi bukan."
Yena makin gak paham.
"Mana ada coba manusia secantik kamu, pasti kamu bidadari jatuh dari langit kan?!"
Yena mendengus kesal setelah mendengar gombalan Seungyoun, diikuti dengan pukulan ringan pada lengan pria itu. "Kak Seungyoun ih! Aku pikir bohong apaan!"
Sementara Seungyoun justru tertawa terbahak-bahak karena berhasil menggoda Yena.
"Lagian masih pagi ini, Kak! Gombal mulu!"
"Gak gombal, Sayang! Beneran kamu cantik banget hari ini, mau kemana sih hmm?" Sebelah tangan Seungyoun mengacak gemas rambut Yena, membuat empunya mengerucutkan bibirnya kesal.
"Cantik sih cantik! Tapi rambut aku jangan diberantakin dong!" protes Yena, seraya merapikan rambutnya kembali.
"Kan, bibirnya mancing, gak usah muncis-muncis, masih pagi ini Yena!"
Yena mendengus kesal. "Apa sih?! Orang aku gak ngapa-ngapain!"
"Udah ah, ayo berangkat! Keburu telat masuk kelas aku, Kak!" rengek Yena.
"Iya, iya, habis ini berangkat kok. Tapi foto dulu ya!"
"Foto ngapain?!"
"Ya foto aja, buat koleksi pribadi aku. Ya ya?"
"Gak mau! Ayo berangkat!"
Yena merengek, menggoyang-goyangkan sebelah lengan Seungyoun yang sedang sibuk memegang hapenya.
"Yaudah kalau gak mau, kamu berangkat sendiri sana. Aku gak mau nganterin," tolak Seungyoun.
"Ih jahat banget!"
"Makanya, kamu foto dulu. Kalau gak mau difoto ya aku gak mau berangkat."
"Harus banget ya, Kak?"
Yena melunak, karena tidak ingin terlambat di jam mata kuliahnya pagi ini, dosennya killer bro.
"Harus!"
"Yaudah deh, iya. Nih foto!"
Yena mengalah, memberikan akses Seungyoun untuk mengabadikan dirinya.
"Senyum dong, Sayang. Gak cantik kalau cemberut gitu."
"Ribet banget Kakak nih!"
"Ayo, senyum! Say cheese!"
Dengan terpaksa Yena mengalah, tertawa dengan pose senyum manisnya, membuat Seungyoun tersenyum puas karena berhasil menaklukkan Yena.
"Duh, cantik banget!" komentar Seungyoun saat melihat hasil foto Yena di hapenya, membuat Yena hanya mendengus lalu memalingkan muka ke luar jendela, merasa kesal karena tingkah menyebalkan Seungyoun.
"Yaudah, ayo berangkat!"
"Siap, My Princess! Let's go, kita berangkat!"
Tetapi sebelum Seungyoun melajukan mobilnya, tidak lupa juga untuk memposting foto cantik Yena di media sosial nya.
Mau pamer kalau dia punya pacar cantik.
...
Setelah mengantar Yena sampai ke depan kelasnya, Seungyoun menuju ke ruang BEM Universitas.
Awalnya sih Yena gak mau dianterin sampai depan kelas, tapi Seungyoun takut pacarnya ada yang nggodain karena lagi dalam mode "cantik banget"
Kalau tingkat bucin udah level dewa ya begitu.
"Lah, Youn, kok di sini? Ada matkul emang?"
Itu Sejeong, kebetulan dia juga lagi nongkrong di ruang BEM Universitas.
Lebih tepatnya memang lagi ngurusin acara ultah kampus, karena absennya Wooseok berpengaruh banget sama kerjaan Sejeong, karena Sejeong juga bantu ngeback-up tugas Wooseok.
"Enggak, gue habis nganterin Yena, sekalian mampir ke sini, mau ngecek kesiapan acara. Gimana? Ada masalah?" tanya Seungyoun, duduk berseberangan dengan Sejeong di sofa ruang BEM.
"Nggak ada sih, tapi ini ada pengajuan proposal performance dari Victon, coba lo lihat deh!"
"Victon mantan grupnya Bang Seungwoo?"
Sejeong mengangguk membenarkan. "Iyalah, emang Victon yang mana lagi."
"Mereka ngajuin berapa duit emang buat bayaran?"
"Nah itu! Mereka gak minta bayaran, dengan syarat kita mau bujukin Bang Seungwoo buat tampil sama mereka di event ultah kampus besok."
Seungyoun terkejut mendengar persyaratan yang dibicarakan oleh Sejeong.
"Tapi Bang Seungwoo gak mungkin mau, kan? Udah pensiun juga," lanjut Sejeong.
"Bukannya Mbak Eunbi juga ada perform di acara ultah kampus besok? Sama Yena kan?"
"Iya, terus hubungannya?"
"Gue punya ide buat bujukin Bang Seungwoo. Sekarang mending lo hubungi penanggungjawabnya Victon, siapa itu namanya, Seungsik ya? Nah, lo bilang kalau kita nyanggupin persyaratan dari mereka!"
"Sekarang?"
"Tahun depan! Ya sekarang lah!"
Sejeong menggaruk tengkuk belakangnya yang tidak gatal, masih ragu melakukan perintah Seungyoun.
"Lah, malah bengong! Buruan telpon, sebelum mereka punya schedule lain, lumayan Victon kan juga terkenal di kalangan mahasiswa."
"Tapi, kan Bang Seungwoo belum setuju."
Seungyoun tersenyum evil, membuat Sejeong menaruh curiga pada pria itu. "Udah, lo lakuin aja yang gue bilang, biar Bang Seungwoo jadi urusan gue!"
Setelah berkata seperti itu, Seungyoun lalu mendial nomor seseorang di hapenya.
© MOPPINK || 10 Mei 2021.