Eunbi menggeliat dalam tidur, kedua tangannya terangkat untuk meregangkan otot-ototnya yang kaku.
Sekalipun dia belum sadar sepenuhnya, seluruh badan Eunbi terasa sakit, remuk tidak karuan.
Namun mengingat apa yang terjadi semalam justru mengembangkan senyum Eunbi. Semoga ini bisa menjadi awal yang baik untuk hubungannya dan Seungwoo.
Eunbi membuka kelopak matanya, seraya berkata, "Morning, Kak."
Tapi tidak ada sahutan, Eunbi tidak menemukan sosok Seungwoo di sampingnya.
"Kak Seungwoo," panggil Eunbi, dia dengan susah payah bangkit dari ranjang apartemen Seungwoo.
Sembari memegangi selangkangannya yang terasa sakit, Eunbi berjalan keluar kamar, mencoba mencari Seungwoo, tapi sampai beberapa menit kemudian, Eunbi tidak bisa menemukan kehadiran pria itu.
Hingga penglihatannya menangkap selembar kertas dengan beberapa lembar uang di sampingnya.
"Maaf untuk kejadian semalam. Pulanglah, gunakan uang itu untuk ongkos taksi."
Membaca isi surat itu, lelehan air mata Eunbi tanpa permisi jatuh begitu saja.
Setiap perkataan Seungwoo berhasil menyakitinya.
Jadi, setelah Seungwoo berhasil merenggut harta berharganya, kini dia pergi begitu saja dengan meninggalkan surat dan beberapa lembar uang?
Seungwoo pikir Eunbi seorang pelacur?
"Lee Seungwoo brengsek!"
Eunbi mengumpat, melampiaskan kemarahannya dengan merobek surat dan beberapa lembar uang yang Seungwoo letakkan di meja makan apartemennya.
Lalu, Eunbi terduduk di atas lantai yang dingin sembari menangisi keadaannya.
***
Paling tidak, butuh waktu sekitar tiga hari untuk Eunbi bisa menata kembali perasaannya.
Eunbi yakin, saat itu Seungwoo pasti tidak bermaksud meninggalkannya seperti itu, pria itu pasti memiliki alasan lain.
Tidak masalah jika Seungwoo tidak mencarinya selama tiga hari ini, mungkin Eunbi yang harus menemukannya.
Maka dari itu, Eunbi memutuskan untuk menemui Seungwoo.
Sebenarnya Eunbi tidak yakin kalau Seungwoo akan ada di restoran pusatnya, tapi melihat mobil Seungwoo terparkir di sana, Eunbi semakin yakin bahwa Seungwoo pasti sedang ada di dalam.
"Selamat siang, ada yang bisa dibantu?" Pelayan yang bertugas di dekat pintu resto menanyakan itu, membuat Eunbi lalu menjawab, "Saya ingin bertemu dengan pemilik resto ini, dia sedang ada disini kan?"
Pelayan itu mengeluarkan ekspresi bingungnya. "Maaf apakah Nona sudah membuat janji sebelumnya?"
Eunbi menggeleng, selama ini dia asal saja datang ke resto karena Seungwoo selalu membukakan pintu untuknya.
"Sayang sekali Nona, tetapi kami tidak bisa mengijinkan --"
"Mbak Eunbi?"
"Oh, Yohan!"
Eunbi tersenyum saat melihat sosok Yohan berjalan ke arahnya.
"Mas mengenal nona ini?" tanya pelayan itu.
Yohan mengangguk tanpa ragu. "Tentu saja, dia calon tunangan Bang Seungwoo. Jadi, lain kali jangan melarangnya menemui kakakku, mengerti?"
"Maafkan saya, Nona," ungkap pelayan itu.
Eunbi tersenyum ramah. "Tidak masalah, kamu hanya melakukan tugasmu."
"Kalau begitu saya permisi, Mas."
Yohan mengangguk mengiyakan, lalu perhatiannya kembali jatuh pada Eunbi.
"Pelayan baru? Aku tidak pernah melihatnya."
"Iya, Mbak, baru satu bulan. Mbak Eunbi datang buat ketemu Bang Seungwoo?"
Giliran Eunbi yang mengangguk. "Iya, Kak Seungwoo ada disini, kan?"
"Iya, lagi rapat sama panitia ultah kampus. Mbak langsung masuk aja ke ruangan abang."
"Gak papa?" tanya Eunbi ragu, takut justru menganggu.
"Ya gak papalah, Mbak. Cuma panitia kampus juga, bukan presiden," canda Yohan, membuat Eunbi terkekeh mendengarnya.
"Yaudah, Mbak masuk ya. Makasih Yo!"
"Anytime, Mbak!"
Setelah itu langkah kaki Eunbi berjalan menuju ruang kerja Seungwoo yang berada di dekat dapur resto.
Untuk memberi kejutan Seungwoo, Eunbi memasuki ruangan itu tanpa mengetuk pintu lebih dulu.
"Surpri -- se ..." Ucapan Eunbi secara otomatis terhenti saat melihat pemandangan menjijikkan di depannya.
"Eun-bi?"
Eunbi tertawa sumbang menatap sosok pria dan perempuan di depannya itu.
"Bi, ini tidak seperti --"
"Apa? Kak Seungwoo mau bilang aku salah lihat?!"
"Tapi --"
Pyarrr.
Eunbi sengaja melempar vas kaca ke samping Seungwoo, hingga pecahan kaca itu sedikit menggores pipi Seungwoo sampai berdarah.
"Astaga, pipi Kakak berdarah!"
Perempuan yang bersama Seungwoo di ruangan itu berteriak histeris, tapi justru diabaikan oleh Seungwoo.
Pria itu lebih fokus pada Eunbi yang tengah menangis dalam diam sekarang.
"Eunbi, kakak bisa jelasin --"
Plak.
Eunbi menampar sebelah pipi Seungwoo yang tidak tergores.
"Aku gak nyangka kalau Kakak sebrengsek ini! Malam itu, waktu Kakak ninggalin aku setelah apa yang Kakak lakuin, aku masih berusaha berpikir positif tentang Kakak. Tapi sekarang apa? Kakak justru berciuman dengan perempuan lain!" teriak Eunbi sembari menangis.
Dan hal itu berhasil mengundang kehadiran Yohan dan Hangyul yang bekerja part-time di resto milik Seungwoo.
"Kak Seungwoo benar-benar brengsek!"
Setelah mengatakan itu, Eunbi berjalan cepat untuk keluar dari ruang kerja Seungwoo. Air matanya bahkan tidak berhenti mengalir.
"Eunbi, dengerin kakak dulu! Eunbi!"
Terlambat.
Eunbi lebih dulu menaiki taxi dan pergi dari resto milik Seungwoo. Membuat Seungwoo mengumpat kesal.
"Shit!"
Berbeda dengan Seungwoo, Yohan dan Hangyul justru tengah bingung dengan situasi yang terjadi sekarang.
Sekalipun mereka tidak pernah melihat Eunbi semarah itu. Apa mungkin Seungwoo sudah melakukan kesalahan yang besar?
***
"Aa' mau ke kampus, kan? Adek nebeng boleh nggak?"
Chaeyeon tiba-tiba muncul di luar jendela kaca mobil Wooseok, membuat pria itu tersenyum kecil melihat tingkah adiknya.
"Tumben gak sama Hyunjin? Adek kan akhir-akhir ini sama dia terus kemana-mana."
"Aa' cemburu ya?"
Wooseok mendengus. "Ngapain aa' cemburu sama Hyunjin? Pacar kamu juga bukan dia."
Sementara Chaeyeon cuma ngangguk-ngangguk aja.
"Jadi bareng nggak? Buruan naik!"
Mata Chaeyeon berbinar. "Jadi, boleh nebeng, nih?"
"Ya bolehlah, masa iya enggak. Bisa dipasung sama bapak Donghae kalau nolak nganterin princess kesayangannya."
"Assa!"
Chaeyeon berteriak girang sembari naik ke mobil Wooseok.
Setelah itu, Wooseok mengemudikan mobilnya menuju kampus.
"Aa' gak pernah lihat Hangyul tiga hari ini, kemana dia?" tanya Wooseok.
Chaeyeon mengendikkan bahunya. "Gak tahu," jawabnya, memancing kecurigaan Wooseok.
"Lah, emang Adek belum baikan sama Hangyul?"
Gelengan kepala Chaeyeon menjadi jawaban untuk Wooseok.
"Kenapa? Adek masih kesel sama Hangyul?"
Tapi Chaeyeon lagi-lagi menggeleng. "Enggak, cuma Kak Hangyul gak bisa dihubungi, nomornya nggak aktif."
"Ah, sekarang aa' tahu alasan kamu uring-uringan dari kemarin."
Chaeyeon hanya menatap Wooseok sekilas lalu kembali melihat keluar jendela mobil.
Tapi suatu hal menarik pandangannya.
"Eh, A' berhenti, deh."
Tanpa ragu Wooseok menuruti perkataan Chaeyeon.
"Kenapa?" tanyanya.
"Itu Kak Sakura, kan? Kok sama Kak Lino, sih?" tanya Chaeyeon, mengundang kerutan di dahi Wooseok.
"Kamu kenal sama Lino?"
"Iya kenal, kan dia temen segrup musiknya Hyunjin. Aku pernah dikenalin, tapi Hyunjin bilang aku gak boleh deket-deket sama Kak Lino."
Wooseok mengerutkan dahinya. "Kenapa?"
"Aa' beneran gak tahu?"
Dan Wooseok menggeleng. "Kak Lino itu terkenal brengsek. Cewek mana aja dipacarin, bahkan sampai ditiduri. Setahu aku, Hyunjin pernah cerita kalau ada juga yang sampai hamil, tapi Kak Lino gak mau tanggung jawab."
Tiba-tiba Wooseok meradang mendengar perkataan Chaeyeon.
"Dek."
"Hmm?"
"Hari ini ada matkul penting? Kalau bolos gak papa kan?"
Dahi Chaeyeon mengerut bingung. "Ha?"
Lalu tanpa berkata apapun, Wooseok justru melajukan mobilnya berlawanan dengan arah ke kampus.
"Loh loh, Aa' mau kemana?!"
***
Perasaan Wooseok tiba-tiba gelisah, tidak tenang memikirkan Sakura.
Dia sudah berusaha mengikuti mobil Lino tadi, tapi Wooseok tidak berhasil menyusulnya.
Sekarang Wooseok tidak tahu kemana Lino membawa Sakura pergi.
"Aa' pasti khawatir sama Kak Sakura, ya?"
Wooseok hanya diam, tidak menanggapi perkataan Chaeyeon.
Dan itu berhasil membuat Chaeyeon jadi ikutan bingung.
"Mau adek bantu tanya ke Hyunjin? Siapa tahu Hyunjin tahu kemana Lino pergi biasanya."
Wooseok segera merespon perkataan Chaeyeon. "Coba kamu telpon Hyunjin."
Chaeyeon mengeluarkan ponsel dari tasnya dan mendial nomor Hyunjin. "Bentar, ya, A'."
"Halo?"
"......"
"Kamu gak tahu? Bisa minta tolong cari tahu ke temen-temen kamu?"
"......"
"Oke, aku tunggu kabarnya, ya!"
"......"
"Makasih Hyunjin!"
Setelah Chaeyeon menutup sambungan telponnya, Wooseok segera melemparkan pertanyaan.
"Apa kata Hyunjin?"
Terdengar helaan napas dari mulut Chaeyeon. "Kata Hyunjin, dia gak tahu Lino kemana, tapi dia bilang akan coba cari tahu keberadaan Lino lewat temen-temennya."
Mendengar itu, pikiran Wooseok semakin tidak karuan.
"Kita tunggu aja kabar dari Hyunjin, ya, A'."
Sekitar tiga puluh menit kemudian, Chaeyeon menerima pesan dari Hyunjin yang berisikan alamat keberadaan Lino.
Tetapi saat Wooseok memasukkan alamat itu ke mesin GPS mobilnya, kedua tangan Wooseok mengepal erat.
"Hotel Classie," gumam Chaeyeon tanpa sadar.
Halo 👋
Maaf pika baru update yaaa!
Tapi diusahakan untuk ceritaa ini akan pika selesaikan secepatnya, paling enggak target bulan depan udah selesai lah. Semoga 🥺
Tinggalkan jejak, guys! 😍
© moppink || 07 Maret 2021.