AKU UPDATE DAN KALIAN HARUS MERAMAIKAN TIAP PARAGRAF ❣️
TARGET NEXT MASIH SAMA!🔥
SELAMAT MEMBACA, SEMOGA SUKAA AAMIIN<3
59. PERMAINAN UNTUK BALAS DENDAM
Kita nggak tahu kapan moment terakhir seseorang ia habiskan bersama kita, jadi selagi masih bisa di nikmati, hargai.
...
**
Hari sabtu, dan merupakan hari terakhir SMA ANDROMEDA melaksanakan UKK. Dari ujung koridor beberapa siswa yang telah keluar dari ruangannya memasang wajah-wajah segar, bagaimanapun porseni dan libur panjang sudah ada di depan mata mereka.
"Angkasa!"
Seruan itu menghentikan langkah Angkasa dan Aurora yang sedang berjalan beriringan di koridor. Mereka serentak berbalik, menatap Bara, Alaska, Bobby, Rama, dan Razi.
"PARTY KUY!" ajak Bara.
"Dimana?" tanya Angkasa.
"Di basecamp aja," jawab Bobby yang diangguki oleh Bara.
"Gue sih ok ok aja, tapi kalau mau party, Satrova harus lengkap," tutur Angkasa mutlak.
"Aman, masalah lengkapnya, itu tanggung jawab gue sebagai wakil lo, Sa," imbuh Alaska mantap lalu mengambil handphonenya di saku celananya.
"Neng Rora, Would you like to come?" tawar Bobby sembari menoleh kepada Ibu ketuanya, Aurora.
Sebelum menjawab pertanyaan Bobby, Aurora menatap Angkasa meminta persetujuan.
"Boleh, nanti gue jemput lo," jawab Angkasa, dan langsung mendapatkan sorakan dari teman-temannya.
"Berarti kalau Bu ketua hadir, Bu wakil juga hadir kan," ucap Alaska sembari menatap Vana yang berjalan ke arah mereka. Cowok itu mengedipkan matanya satu yang membuat Vana membuang wajah dari Alaska.
"Anjir! Gue juga mau bawa pasangan," timpal Bara tidak terima.
Bobby menunjuk Salsa yang baru saja turun dari lantai 2, "Sal, Bara mau balikan nih,"
Mampus!
"Astagfirullah, lo kayaknya mau coba main-main sama gue, Bob," kata Bara frustasi. Mau di simpan di mana wajah tampannya?
Salsa hanya tersenyum tipis, menatap Bara sebentar kemudian berbalik pergi.
"Gimana gue move on anjing, kalau senyum itu masih jadi candu gue," ujar Bara lagi. Padahal sudah hampir setahun lamanya perempuan itu pergi darinya, tetapi kenapa perasaannya masih sama? Kenapa perempuan itu masih jadi topik menyenangkan yang ia sukai?
"Sadar, bego! Dia udah milik orang lain," timpal Razi pedas. Dan terdengar sangat sadis di telinga Bara.
"Kuatkan hati Bara," ucap Bobby dramatis sembari menepuk-nepuk pundak sahabatnya.
"Lo yang masih memiliki, jaga baik-baik, karena berpisah ketika masih cinta itu sakitnya nggak ada obat." Nasehat Bara bijak, ia menatap Angkasa dan Alaska bergantian.
"Ashiap, Bosku," balas Alaska sekenanya.
"Jadi kita kumpul di basecamp jam berapa?" tanya Rama yang sejak tadi diam.
"Jam 4," jawab Angkasa.
Semua mengangguk sepakat.
"Okay, sampein juga, Las, jangan ada yang ngaret, kalaupun ada, gue suruh push up," kata Bara memberitahu Alaska yang sibuk dengan handphonenya.
"Paling lo yang ngaret," sembur Bobby.
"Gue lagi, gue lagi,"
"Syukuri, Bar, hidup itu anugrah," tambah Rama.
Aurora dan Vana tertawa bersamaan, Bara dan Bobby, sejak dulu dua cowok itu tidak pernah memiliki kata 'sepakat' dalam pertemanannya. Tetapi bukankah pertemanan seperti itu yang indah? Setidaknya bukan hanya sekedar numpang tenar, atau fake friend yang memeluk hanya untuk menancapkan pisaunya lebih dalam.
"Okay, udah fix kan? Gue anter Rora pulang dulu," kata Angkasa.
"Gue udah kayak pilihan ke-3 lo, Bos," runtuk Bobby, "Gue kayak pelampiasan seriusan, yang lo datangi ketika Neng Rora sedang sibuk."
"Jijik banget gue denger penuturan lo, njir!" seru Bara.
Vana menatap Angkasa, "Gue mau jalan sama Aurora."
Kedua alis Angkasa terangkat, menatap Aurora, meminta penjelasan, "Mau kemana, Ra?"
"Aku mau jalan-jalan sama Vana, kan dia mau ke Jogja hari Selasa," jawab Aurora.
"Cie cie, ada yang mau LDR-an nih," goda Bobby pada Alaska.
"Seminggu doang," balas Alaska enteng.
"Nanti kalau udah tamat SMA, buat jarak yang jauh-jauh, Va, supaya si Alas kaki tahu rasanya kerinduan tanpa pertemuan," tutur Bobby pada Vana.
"Okay, rencananya emang gue mau kuliah di Makassar," jawab Vana sengaja. "Bareng Rora juga."
Bukan hanya Alaska yang melebarkan bola matanya, tapi Angkasa juga.
"Nggak, cewek gue harus tetap disini sama gue," tolak Angkasa terang-terangan.
"Posesifnya nggak ada obat," kata Bara menggeleng-geleng.
"Daripada lo, gagal move onnya nggak ada obat," timpal Angkasa balik pada Bara.
"Hahaha, gelud aja, lapangan luas, Bos," ujar Bobby cengengesan. Mood cowok itu hanya sekedar melihat teman-temannya bertengkar receh.
Aurora kembali bersuara, "Sa? aku duluan ya."
Vana juga melakukan hal yang sama pada Alaska, tapi bedanya perempuan itu tidak bersuara.
"Va, lo bawa mobil kan?" tanya Angkasa pada Vana.
Vana mengangkat kunci mobilnya, memperlihatkan pada Angkasa, "Iya."
Angkasa mengelus puncak kepala Aurora, "Hati-hati, Ra."
"Hubungi gue kalau ada apa-apa," lanjut Angkasa dan di balas anggukan pelan oleh perempuan kesayangannya.
"Uwaw, so sweet," campur Bara. "Dunia serasa milik berdua kalau gini ceritanya."
"Ck," Angkasa berdecak, menatap tajam Bara, tetapi cowok itu malah terbahak bersama Bobby.
"Hati-hati, Vana," kata Alaska pada pacarnya.
Vana menaikkan jempolnya, kemudian berjalan berbalik bersama Aurora.
**
Hampir semua anak SATROVA yang masih berada di SMANDA berkumpul di parkiran sekolah setelah ulangan selesai. Mereka hanya nongkrong biasa, sembari membahas hal-hal yang menurutnya wajar untuk di bahas. Angkasa duduk di atas motornya, diikuti Razi dan Rama yang juga melakukan hal yang sama. Bara berdiri di depan Razi, Bobby duduk di kap mobil Alaska bersama pemiliknya. Di bagian samping tempat duduk kayu, ada Juna, Fajar, Lois, Rengga, Ruli, dan Kei.
"Akhirnya UKK selesai juga," syukur Bobby.
"Semoga gue dapat rangking satu," sahut Bara percaya diri.
"Jangan mimpi lo, Bar," timpal Alaska cengengesan.
"Bermimpilah setinggi langit, apabila kau jatuh, kau akan jatuh di antara bintang-bintang," ujar Bara membelah diri.
"Sa ae lo, Bar," kata Razi tersenyum tipis.
Rama menatap sebuah pesan di handphonenya, kemudian akhirnya membuka suaranya, "Gue duluan, Bor."
"Mau kemana lo? Tumben buru-buru, kayak ada yang ngejar aja," sahut Alaska.
"Gue ada urusan," jawab Rama.
Setelah itu, cowok dengan slayer merah yang ada di lengannya menyalakan mesin motornya, lalu menancap gas dan berlalu pergi meninggalkan parkiran yang masih ramai oleh teman-temannya.
"Sok sibuk banget tuh anak sekarang," campur Bobby sembari mengamati motor cowok itu keluar dari area SMANDA.
"Iri bilang sahabat, lo yang nggak ada sibuk-sibuknya diam aja," campur Bara.
"Ngelunjak lo sekarang, Bar," protes Bobby.
"Libur semester ini lo ada agenda nggak?" tanya Alaska. Membuka pembicaraan inti mereka.
"Nggak ada gue," jawab Bobby enteng. "Paling di suruh ke pasar sama Bude."
"Gue kayaknya mau ke Eropa," jawab Bara singkat, dan langsung mendapat tatapan penuh tanya oleh teman-temannya.
"Mau ngapain lo, Bang?" tanya Juna, penasaran.
Bara berfikir sejenak, "Cari jodoh."
Bobby terkekeh, diikuti Razi yang melakukan hal yang sama, "Di sini juga banyak perempuan woi."
"Canda jodoh, gue mau liburan sama bokap gue," jawab Bara.
"Yang lain?" tanya Alaska.
"Gue nggak ada, gue ngikut arus orang-orang rumah aja dia mau kemana aja, Bang," jawab Fajar.
"Buat apa sih lo kepo sama agenda liburan, Las?" tanya Rengga.
"Ceritanya, gue mau ngajak SATROVA liburan," jawab Alaska enteng.
"Nah, gue setuju tuh," angguk Kei bersamaan dengan Lois.
"Villa bokap gue bisa di pake kalau lo mau liburan," kata Angkasa.
"Asik, gaskan," ucap Bobby semangat.
"Konsumsi juga aman di sana, lo cuman perlu bawa diri doang," lanjut Angkasa.
"Bawa pacar bisa nggak, bang?" tanya Fajar.
"Bisa, gue juga mau bawa Ratu gue," jawab Bobby cepat.
Mendengar ucapan Bobby, Angkasa tiba-tiba memikirkan Aurora, cowok itu lalu menatap handphonenya, dan shit, Aurora hanya membaca pesannya tanpa ia balas? WAH!
Angkasa Naufal Merapi: Dimana?
Angkasa Naufal Merapi: Lo udh smpai?
Ceklis satu.
Angkasa mulai merasa ada hal yang tidak enak di sini, sangat jarang-jarang Aurora mengacuhkannya seperti ini.
"Yang lain gimana nih? Lo setuju nggak?" tanya Alaska.
"Setuju," jawab Rengga, Kei dan Lois hampir bersamaan.
"Gue sih ngikut aja, asal rame, Bang" jawab Fajar.
"Gue aman," balas Razi.
"Gue gimana njir! Gue mau ke Eropa, masa lo tega liburan without me," respons Bara tidak terima.
"Cancel aja Eropanya, Bang," sahut Fajar.
"Nyari ribut lo sama gue, Jar," tandas Bara.
"Ya maaf, Bang, mau gimana lagi," balas Fajar dengan nyali menciut, bagaimanapun Bara itu menyeramkan, walaupun sering kali ia mengklaim hatinya sebagai 'hati bidadari'.
"Saran gue, kalau kita ke sana, enaknya touring aja, kan seru tuh, Bang" saran Juna.
"Gue kayaknya nggak bisa touring," kata Angkasa. "Cewek gue sakit."
"Nggak papa, lo naik mobil aja sama Rora, nanti Satrova yang kawal lo dari belakang," sahut Alaska.
"Gue juga mau deh naik mobil sama Neng Rora," ujar Bobby. "Di jok belakang juga kagak nape-nape, Bos."
Angkasa menatap Bobby tajam, "Nggak."
"Lo namanya mengusulkan diri untuk di bogem, Bob," kata Bara menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Kalau ngajak anak SMA lain ikut, aman nggak, Bang?" tanya Juna.
"Aman," jawab Alaska.
"Emang lo mau ngajak siapa?" tanya Bobby, kepo.
"Paling adeknya Angkasa," tebak Bara.
Angkasa berbalik menatap Juna intens, "Berani lo buat dia nangis, mati lo di tangan gue."
"Lawan lo adalah ketua lo sendiri," campur Alaska.
"Gue mah apa atuh, Bang," pasrah Juna. Cowok itu memang terkesan dingin di antara semua junior di Satrova, pergerakannya sebelas dua belas mirip dengan Razi, tetapi masalah kepemimpinan ia adalah copy-an Angkasa.
"Lawan gue kalau lo mau sama Runa," sahut Razi menambahkan. Bagi cowok itu, Aruna sudah seperti adik kandungnya juga. Mereka dekat, sangat dekat.
"Mantap! pawangnya Runa ada dua," kekeh Bobby sembari meledek Juna.
"Sabar Juna, hidup itu nggak indah kalau nggak ada tantangan," kata Bara menyemangati.
"Jadi gimana nih, kita fix liburan tanggal berapa?" tanya Alaska mengalihkan.
"Saran gue, kalau masalah liburan, kenapa nggak sekalian pas party aja kita bahas ulang, supaya lebih lengkap aja, lebih banyak suara juga," jelas Angkasa.
"Yoi mamen," imbuh Bobby.
"Mantap, Bang," sambung Fajar.
"Gue setuju-setuju aja," campur Lois yang sejak tadi diam.
Angkasa kembali menatap layar handphonenya, masih ceklis satu. Dan sangat tidak biasanya Aurora mematikan data selulernya. Cowok itu lalu menatap Alaska. "Las, pinjam HP lo."
"HP lo kenapa, Bos?"
"Bacot!" sentak Angkasa.
Alaska memberi benda pipih itu kepada Angkasa lalu dengan cepat cowok itu mencari nama Vana dan menghubunginya.
Tak dijawab
"Ngapain lo telfon pacar gue?" selidik Alaska.
"Paling dia nyari Bu ketua," jawab Bara.
"Rora nggak balas chat gue," terang Angkasa.
Bobby terbahak, "Lo mantau ampe segitu banget, Sa. Kasi Neng Rora ruang kebebasan dong."
Angkasa tidak membalas ucapan Bobby, entah kenapa hatinya tiba-tiba tidak tenang. Atau ini cuman perasaannya saja?
"Lo kayak nggak tahu aja kalau cewek-cewek jalan ke Mall, mereka lupa sama dunianya, saking sibuknya milih-milih skincare dan makanan," jelas Bobby lagi.
"Pengalaman banget lo, Bob," goda Alaska.
Angkasa kembali membuka room chat Aurora. Dan tanpa basa-basi cowok itu mengetik banyak pesan di sana.
Angkasa Naufal Merapi: Ra?
Angkasa Naufal Merapi: Jgn lama, nnti lo cpek
Angkasa Naufal Merapi: Posisi lo dimana? Gue ke sana sekarang.
Angkasa Naufal Merapi: Ra?
Angkasa Naufal Merapi: Gue g tenang klo lo g bls pesan gue.
Tak lama, pesan itu menampilkan notifikasi ceklis dua abu-abu.
Angkasa mulai legah, pergerakan mata cowok itu tidak jauh-jauh dari layar handphonenya.
Typing...
RORA-NYA ANGKASA: Gue sm Vana kok bby, tenang aja. Gue nggak papa, lo nggak perlu ke sini ya.
Angkasa senang melihat pesannya yang akhirnya di balas oleh perempuan kesayangannya. Tapi ia merasa aneh dengan respond pesan itu.
Gue? Bukannya Aurora menggunakan bahasa aku-kamu kepadanya?
Bby? Sejak kapan? Bukan Angkasa tidak senang, cuman hal ini ia rasa tidak biasa untuk seorang Aurora yang ia kenal. Perempuan itu bisa dikatakan sangat anti menggunakan panggilan seperti itu.
"Sa!" suara Razi membuat semua anak Satrova mengarah kepadanya. Terutama Angkasa.
"Apa?" tanya Angkasa.
Razi menunjukkan pesan yang baru saja masuk di handphonenya satu menit yang lalu.
+6282445XXXXX: Beritahu Angkasa, 'Do you miss me boy?' :)
+6282445XXXXX: Aruna ada sama gue
+6282445XXXXX: Gudang lama jln. 20, see you.
Tidak lama sebuah pesan masuk di handphone Angkasa.
+6282445XXXXX: Bawa anggota, Aruna lewat.
Sekujur tubuh Angkasa dingin tiba-tiba, "BANGSAT!!"
**
Whaha kira-kira apa yang akan terjadi?
Yang mau Q&A, tulis disini, bakal gue jawab^^
SPAM NEXT DISINI DULU DONG SUPAYA RAME🔥🔥
Follow my ig: wy.naaa