DIA ANGKASA

By WEENSR

26.7M 2M 462K

[PO DIA ANGKASA 31 AGUSTUS 2021] [FOLLOW SEBELUM DI BACA] HIGHEST RANK #2 IN TEENFICTION ON 19 MARET 2021 ** ... More

P R O L O G
1. PESONA ANGKASA NAUFAL MERAPI
2. WILAYAH
3. PENGUASA ANDROMEDA
4. RUMAH SAKIT
5. TITIK AWAL
6. INSIDEN SMA ANDROMEDA
7. MENGENAL ANGKASA
8. ANGKASA, CHANDRA DAN PATI
9. SESEORANG DAN RAHASIA
10. ACARA BESAR SATROVA
11. CARA KERJA KUNCI DETERMINASI
12. PENENANG EGO
13. MENDEKAT UNTUK MENJAGA, BUKAN UNTUK MENCINTAI
14. ILUSI YANG KUKIRA NYATA
15. MELUKIS SENJA UNTUK SEMENTARA
16. SEBENARNYA, KITA APA?
17. KONJUNGSI PERASAAN
18. ROTASI
19. DIFFERENT FEELINGS
20. KEMBALINYA ANALISA ELARA
21. PERTANYAAN KETUA SATROVA
22. SATU HARI BAIK
23. CARA MAIN YANG BERBEDA
24. FAKTA YANG MENYAKITKAN
25. PERUBAHAN AURORA
26. DIA PEREMPUAN KUAT
27. SISI LAIN ANGKASA
28. MELINDUNGI DARI JAUH
29. CEMBURU?
30. PERASAAN MASING-MASING
31. BERPISAH SEBELUM BERSATU
32. BERJARAK
33. LOCATION UNKNOWN
34. SELAMAT TINGGAL?
35. PRIORITAS
36. SURPRISE ULANG TAHUN
38. ADA, TAPI DIPAKSA UNTUK HILANG
39. HADIR SEBAGAI LUKA
40. HARI-HARI YANG LEBIH BAIK
41. MENUJU ACARA PENSI
42. PENSI SMA ANDROMEDA
43. HANCURNYA HUBUNGAN ANGKASA & ANALISA
44. DUKA DAN PUTUS ASA
45. PERMINTAAN PEREMPUAN BERBANDA BIRU
46. CAN I?
47. BERJUANG SEKALI LAGI UNTUK SELAMANYA
48. SELAMAT MENDUDUKI KURSI IBU KETUA, RA!
49. TERNYATA DIA TIDAK SUNGGUH
50. SATU LANGKAH LEBIH JAUH
51. ANGKASA DAN SEKALA
52. HARAPAN KECIL
53. RESIKO TERBESAR DARI MENCINTAI
54. ANGKA(SA)
55. TERIMA KASIH TELAH ADA
56. CATATAN BAHAGIA
57. BAGIAN TERKECIL DARI KATA LEPAS
58. KEJUJURAN DAN PENJELASAN
59. PERMAINAN UNTUK BALAS DENDAM
60. BERKORBAN LAGI?
61. PERJUANGAN TERBAIK
62. MILIK MUTLAK
63. SATU HARI UNTUK SELAMANYA
64. SETELAH TANTANGAN 1 MINGGU SELESAI
65. TITIK HENTI YANG (TIDAK) LAGI SAMA
66. USAHA ANGKASA
67. DEKLARASI CHANDRA PATI SAGARA
68. BUKAN CERITA YANG HARUS DI AKHIRI
69. YOU HAVE ME
70. TENTANG ANGKASA
71. TITIK TEMU KITA
72. ANGKASA RORA
73. ADAPTASI RASA
74. SATROVA BESAR
75. SELESAI?
76. BERDAMAI DENGAN KEADAAN
77. CERITA PANJANG UNTUK KITA YANG BAHAGIA
78. MERELAKAN KITA YANG PERNAH TERCIPTA
79. SETELAH TIDAK DENGANMU
80. DIA AURELANI AURORA
81. MENERIMA AKHIR KISAH
INFORMASI + OPEN GC
INFORMASI PO DIA ANGKASA 31 AGUSTUS 2021
VOTE COVER + GIVE AWAY
PO DIA ANGKASA DI BUKA
PO KE-2 DIA ANGKASA
NEW STORY - DIA AURORA

37. DIBALIK SEMUA PERASAAN

281K 21.4K 10.6K
By WEENSR

Selamat membaca kalian, semoga suka Aamiin❤️ kalau ada tipo, tandai aja yah!!

37. DIBALIK SEMUA PERASAAN

Dan ternyata, waktu memiliki rahasia yang bisa ditertawai, ditangisi, dan dilupakan dalam satu masa.
...

**

Seperti biasa, jika jam istirahat tiba, Warung Zebr akan di penuhi oleh anak Satrova yang menghabiskan waktunya di tempat itu, Mang Dadang selaku pemilik resmi Wazeb sangat mensyukuri hal ini, karena makanan dan minuman yang beliau jajakan selalu habis tanpa drama rugi yang harus beliau tanggung.

"Anjir bener! Gue kapok dah belajar fisika, capek gue, nyerah gue," kata Bobby, cowok itu membuka 2 kancing bajunya, menandakan kalau selain matahari yang bersinar terik, fisika juga.

"Pelan-pelan atuh, semua kan ada prosesnya," kata Mang Dadang.

"Hahaha, emang dia yang goblok, Mang," kata Alaska sembari berdiri memesan bakmie.

"Manusia terlahir dengan anugrah akal, jadi nggak ada atuh yang goblok, bodoh, oon, di dunia ini, semua punya keahlian masing-masing," ujar Mang Dadang memberikan wejangan.

"Mantap Mang, kau membangkitkan moodku lagi hari ini," kata Bobby cengengesan. "Pesan bakmie 2 mangkok, Mang,"

"Bakso telur puyuh 1, Mang," teriak Rama di tempatnya.

"Batagor, Mang," kata Sekala.

"Nasi goreng," sahut Angkasa.

"Ashiap Kasep," balas Mang Dadang semangat.

"Lo mau pesan apaan, Zi? Sejak tadi lo cuman diam di tempat, bicara nggak, ngomong something kek," timpal Bobby kepada Razi.

"Dia emang gitu anjir, lo udah berteman sama Razi sejak 4 tahun, masa lo nggak bisa ngertiin dia sih," sela Bara.

"Yeh ... emang gue pacarnya harus gue ngertiin, ngaco lo, Bar," kata Bobby sembari mengambil bakmienya, lalu mencari posisi nyaman untuk menyantapnya.

"Acara pensi apa kabar, Ska?" tanya Bara penasaran. "Gue nggak pernah liat pergerakan apapun dari anak osis akhir-akhir ini,"

"Jelas banget lo nggak move on, Bar, mantau mulu kerjaan lo," ujar Bobby.

"PENSI tetap jalan, acaranya 4 hari lagi, lo nggak liat, karena lo nggak jadi bagian di sana," kata Sekala logis.

Bara manggut-manggut tanpa memedulikan ucapan Bobby, "Jadi Aurora tetap ikut mentas di PENSI?"

"Nggak,"

Bukan Sekala yang menjawab, tetapi Angkasa.

"Jangan libatin dia, kondisinya drop banget kemarin," lanjut Angkasa lagi.

Sekala tetap diam, tidak berani melawan Angkasa kali ini, karena memang kondisi Aurora jauh dari kata baik-baik, perempuan itu butuh banyak istirahat.

Angkasa berbalik menatap Sekala yang bergeming, "Lo habis di tangan gue kalau lo libatin Aurora."

Bobby yang sedang melahap bakmienya lalu tersendat, "Sialan, lo buat gue merinding, Bos,"

"Lo udah tahu siapa pelakunya, Sa?" tanya Rama mengalihkan pembicaraan.

"Belum, Om Dwipa belum ngirimin gue data orang-orangnya," kata Angkasa, "beliau masih sibuk di Surabaya, ada tugas Negara."

"Tapi orang yang lo curigai udah ada kan?" tanya Bara.

"Seudzon nyurigaiin orang, Bar," balas Angkasa.

Alaska berbalik menatap Razi yang sejak tadi diam mengamati teman-temannya, "Lo dapat jejak dari mana kalau Aurora ada di gudang lama SMANDA?" tanya Alaska.

Yang lain ikut menoleh kearah Razi, jujur saja pertanyaan Alaska cukup menantang untuk rasa penasaran mereka selama 2 hari ini.

"Lo juga kemana pas pulang sekolah? Anak-anak ngumpul di basecamp sore itu," imbuh Bara.

"Eh gue baru ingat, Naka nyari lo kemarin, dia katanya mau bahas soal sparing basket," ungkap Bobby.

"Gue ke SMA PRIMA waktu itu," jawab Razi.

"Untuk apa lo ke SMA PRIMA? Cie jangan-jangan lo ada gebetan di sana," kata Rama.

Razi menatap datar Rama, "Nggak, gue jemput Aruna."

"Tapi, sebelum gue jemput Aruna, gue kembali ke SMANDA lagi, gue lupa ngambil kunci ruangan olahraga," kata Razi mulai menjelaskan.

Selain menjabat sebagai kapeten basket SMA ANDROMEDA, Razi juga di percaya oleh Pak Dirgam untuk memegang kunci ruangan olahraga.

"Terus?" tanya Bara.

"Gue liat Aurora di ruangan musik, kayaknya lagi nunggu lo, Ska," terang Razi sembari menoleh kearah Sekala.

"Awalnya nggak ada apa-apa, suasana sekolah aja yang emang sepi waktu itu, terus gue liat ada 2 orang anak SMANDA lagi yang belum pulang, mereka jalan ke arah gedung lama,"

"Lo kenal orangnya?" tanya Angkasa.

"Sayangnya nggak, karena mereka make masker, jawab Razi.

"Sumpah, cerita lo bikin gue greget di tempat," sela Bobby.

Bara menjitak kepala Bobby, "Diam dulu Bob, si es belum selesai."

"Gue balik ngeliat Aurora, dia masih ada di sana, sibuk sama handphonenya, mungkin nelfon supirnya, gue juga nggak tahu," lanjut Razi.

"Lalu?"

"Gue pergi setelah itu," kata Razi final.

"Terus lo kenapa bisa tahu kalau dia di gudang?"

"Gue ngecek CCTV di ruangan tata usaha," jawab Razi. "1 detik setelah gue liat, saluran CCTV mati dan nggak bisa di akses sampai sekarang,"

"Ada 3 orang pelaku, dan di gudang ada 2 orang yang nyekap Aurora pakai rantai," ungkap Razi.

Angkasa mengepalkan tangannya kuat, "Siapa?"

"Yakin lo mau tahu?"

Semua terdiam, mereka tetap menoleh ke arah Razi yang ucapannya masih menimbulkan tanda tanya besar. Setelah Angkasa memberikan anggukan, secara seksama mereka menanti jawaban Razi setelahnya.

"Hai semua,"

Semua anak Satrova yang ada di tempat itu menoleh ke arah sumber suara yang berada di pintu Wazeb, di sana ada Analisa yang sedang berdiri dengan senyum khasnya ke arah Angkasa.

"Sa, cewek lo," kata Alaska.

"Angkasa, bisa bicara sebentar?" tanya Analisa lembut, matanya menatap sang pacar dengan sangat manis.

Angkasa mengangkat alisnya satu, "Apa?"

"Diluar bisa?" tanya Analisa lagi yang membuat Angkasa berdiri dari posisi duduknya.

"Lo mau bicara apa?" tanya Angkasa dingin, datar, saat mereka berdiri saling berhadapan di luar Warung Zebra.

"Pulang sekolah, pulang sama aku yah?" sahut Analisa. "Mampir ke rumah, Mama mau ketemu sama kamu."

Angkasa berpikir cukup lama, sebenarnya sepulang sekolah ia ingin langsung ke rumah sakit. "Gue pikirin dulu,"

"Angkasa, kamu sayang kan sama aku?" tanya Analisa. Angkasa menoleh, menatap pacarnya lekat, dan anehnya ia merasa biasa saja ketika Analisa menanyakan hal ini padanya, jantungnya sudah tidak segila dulu.

"Kalau gue nggak sayang gue nggak bakal bertahan," jawab Angkasa, dan perempuan yang ada di depannya kemudian tersenyum lebar mendengarnya.

"Aku bawain kamu nasi goreng, di makan ya, aku yang buat," kata Analisa sembari menyodorkan kotak makanan pada Angkasa. Sejujurnya Angkasa sudah kenyang, tetapi karena tidak ingin mengecewakan Analisa, ia mengambilnya kotak itu.

"Thanks," ucap Angkasa.

"Aku duluan, nanti aku hubungi kamu lagi," ujar Analisa lalu membalik badannya.

"Lisa?" panggil Angkasa.

Analisa berbalik, "Apa sayang?"

"Jangan ke sini lain kali, kalau ada apa-apa yang lo mau bilang, hubungi gue aja lewat telfon," terang Angkasa. Sejujurnya ia tidak nyaman jika ada orang lain yang ke Warung Zebra kecuali teman-temannya, Satrova.

Analisa mengangguk, "Oke, aku duluan."

Setelah memastikan Analisa sudah benar-benar pergi dari tempat itu, Angkasa lalu masuk ke dalam dengan warna wajah yang datar.

"Ciee ... Abis bicarain apaan nih, serius banget kelihatannya," kata Bobby.

"Jangan suka ngusik hubungan keluarga orang, Bob," peringat Bara.

Angkasa meletakkan kotak makanan Analisa di atas meja, lalu cowok itu kembali duduk di posisinya.

"Makanan nih?" tanya Rama pada Angkasa, cowok itu menunjuk kotak yang di letakkan Angkasa.

"Ya, kalau ada yang mau makan, makan aja, daripada gue buang," balas Angkasa dingin.

"Dari Analisa masa lo mau buang?" tanya Alaska.

"Gue nggak mood makan, udah kenyang gue," jawab Angkasa.

"Sini dah makanannya, gue cobain," kata Bobby antusias.

Angkasa berbalik menatap Razi, "Ucapan lo tadi belum selesai,"

"Ada hal yang lebih penting dari itu, Sa," potong Alaska.

"Apa?"

"Juna, dia di tahan di markas Vagans, kayaknya ini wujud balas dendam karena lo ngeluarin Regan dari Satrova," jelas Alaska sembari membaca pesan dari nomor yang tidak di kenal itu.

"Bocah, bangsat!"

**

Angkasaku: Gue g bs plg sm lo, gue ada urusn pntig.

"Wid, gue pulang sama lo ya? Angkasa nggak bisa nganter gue pulang," kata Analisa pada Widya yang baru saja akan pergi dari sebelahnya.

"Alasannya apa? Sampe dia nggak bisa nganter lo pulang?" tanya Widya.

"Dia ada urusan," jawab Analisa.

"Paling ngurusin anak berpenyakitan itu, gue liat banyak anak Satrova di rumah sakit kemarin," ungkap Analisa.

"Aurora masuk rumah sakit karena rencana itu?" tanya Analisa pelan-pelan.

"Iya, dan gue puas," ujar Widya enteng.

Pikiran Analisa tiba-tiba bercambang kemana-mana, perasaannya tiba-tiba tidak enak.

"Kita nggak akan ketahuan kan, Widya? Angkasa nggak akan tahu kan kalau gue terlibat di penyekapan Aurora?" tanya Analisa dengan suara paniknya.

"Nggak bakal. Orang suruhan gue, orang berpengalaman," kata Widya. "Nggak usah takut, lo lupa kalau gue saudaranya Aray?"

Aray Arianjar—ketua STR, dan pemimpin tawuran besar di depan SMA ANDROMEDA beberapa waktu lalu.

"Abang gue nggak bakal biarin gue di mangsa sama Satrova, dan lo juga," ucap Widya menenangkan.

Widya menoleh kearah jendela, yang memberi penampakan parkiran yang ramai dengan anak-anak Satrova, di sana ada Angkasa yang terlihat sibuk dengan handphonenya.

"Cowok lo masih di parkiran, samperin aja, dia nggak mungkin ninggalin lo gitu aja," sahut Widya.

"Lo yakin?" tanya Analisa ragu.

"Trust me," kata Widya manis pada Analisa.

"Oke, gue duluan, Wid," kata Analisa sembari tersenyum hangat pada sahabatnya.

Setelah Analisa pergi dari ruangan kelas, Widya menatap Analisa dari belakang dengan sorot mata yang berubah tajam.

Permainan segera di mulai, kalau gue hancur, lo juga harus hancur, supaya kita impas, batinnya.

Ponsel Analisa berdering, menampilkan pesan masuk di sana. Perempuan itu bergerak cepat membacanya.

Chinta Sanista P: Gue udh di tmpt biasa.

**

"Ska, lo nggak ada kerjaan kan? Lo temani Aurora di rumah sakit, pastikan kalau dia aman," kata Angkasa.

Sekala mengangguk, "Oke."

Sekala memang tidak suka ikut tawuran, atau terlibat dalam perkelahian, makanya ia tidak ikut dengan rombongan Satrova ke markas Vagans.

Semua anak Satrova lalu bersiap menuju ke lorong Sastra. Mereka memakai jaket hitam kebesarannya, dengan slayer hitam yang menutupi sebagian wajah mereka. Analisa yang melihatnya lalu berlari kecil menghampiri Angkasa.

"Sa? Kamu mau tawuran?" tanya Analisa.

"Bukan urusan lo, lo pulang aja," kata Angkasa sinis.

"Sa? Ayo!" panggil Bara pada Angkasa.

"Angkasa, kamu udah janji nggak mau tawuran lagi," cegah Analisa, perempuan itu berdiri di depan motor Angkasa.

"Lisa, ini bukan saatnya lo bersikap labil di depan gue," kata Angkasa.

"Tapi aku takut kamu kenapa-kenapa," ujar Analisa lirih.

"Gue bisa jaga diri gue sendiri, gue tahu mana bahaya buat gue dan mana nggak, gue udah pikir resikonya baik-baik," sembur Angkasa.

Angkasa membelok stir motornya, ia hanya menatap Analisa sebenar, lalu menancap gas tinggi yang membuat semua teman-temannya mengikutinya dari belakang.

Analisa meminggirkan tubuhnya, lalu menatap nanar motor-motor yang melaju jauh dari penglihatannya.

"Nggak usah mikirin dia, dia nggak peduli, lo mending berbalik, dan lihat, ada gue yang selalu ada buat lo," kata seseorang dari arah belakang Analisa. Penampilannya cukup sama dengan penampilan Angkasa, hanya budget kelas yang membedakan.

"Gue nggak bisa ninggalin Angkasa," kata Analisa, air mata perempuan itu jatuh secara terang-terangan.

"Apa spesialnya? Dia cuman ketua Geng, tanpa Satrova cowok itu juga cuman cowok culun," kata seseorang yang menjadi lawan bicara Analisa sekarang.

Analisa menghambur ke dalam pelukan cowok itu, "Tapi gue sayang sama Angkasa."

Cowok itu membuang rokoknya, "Putusin Angkasa, dan lo akuin kalau kita udah pacaran sejak 5 bulan yang lalu,"

"Gue nggak bisa, gue nggak mau pisah dari Angkasa, Mahesa," kata Analisa.

Ya. Cowok yang ada di depan Analisa sekarang adalah Mahesa Aditya Pratama—senior yang pernah terlibat perkelahian dengan Angkasa di lapangan basket karena bola yang Aurora lempar dan mengenainya.

"Nggak ada jaminan lo sama Angkasa akan bertahan, dia udah nggak cinta sama lo," tutur Mahesa.

"Putusin dia, demi gue Lisa," kata Mahesa lagi.

"Tapi-"

"Nggak harus sekarang," potong Mahesa. "Gue tahu lo capek, jalan sama gue yuk?" tawar Mahesa.

Analisa mengulas senyum, lalu mengangguk. Mereka berdua masuk ke dalam mobil lalu pergi dari tempat itu. 

**

Sekala memasuki ruangan rawat inap Aurora. Di sana ada Lestari yang siap siaga stand by untuk menjaga keponakannya.

"Siang Tante," kata Sekala pada Tante Lestari.

"Siang, ini Sekala kan yang anggota Satrova juga?" tebak Lestari ramah.

Sekala mengangguk, "Iya Tante."

"Oh silahkan, mau bincang-bincang sama ponakan Tante yah? Silahkan, Tante izin keluar dulu, nyari cafe," kata Lestari. "Nitip Aurora, Sekala."

"Baik Tante," balas Sekala.

Setelah Lestari keluar, Sekala mendekat ke arah brankar Aurora, cowok itu menarik kursi untuk duduk dan samping Aurora. Sekala tersenyum, sembari mengamati wajah Aurora lekat.

"Sendiri, Ska? Yang lain mana?" tanya Aurora, ia merubah posisiku dari berbaring menjadi duduk.

"Lagi ada urusan," jawab Sekala sekenanya.

Aurora mengangguk paham, apa salah jika ia yang berharap Angkasa datang menjenguknya? Apa salah jika ia terus beranggapan baru Angkasa peduli padanya?

"Ra, sebelum lo pingsan, lo sempat sadar waktu di gudang?" tanya Sekala.

"Iya gue sempat sadar, gue bahkan ngeliat kaki gue terantai, tapi setelah ada asap, baru gue pingsan," jelas Aurora.

"Iya, gue nemuin lo saat lo udah nggak sadar di lantai gudang," kata Sekala.

"Jadi lo yang nolongin gue, Ska?"

Sekala mengangguk memberi tanda kalau dirinya yang menolong Aurora waktu perempuan itu di sekap.

Aurora tersenyum hambar, sekali lagi ekspektasi menertawainya. Rasanya sakit, saat keinginan lagi-lagi tidak sesuai dengan kenyataan. Nyatanya Angkasa yang ia harapkan, ternyata bukan. Bukan Angkasa yang menolongnya.

"Ska, makasih ya, lo baik banget sama gue," kata Aurora.

"Nggak papa, Ra, gue ikhlas lakuin ini buat lo," ujar Sekala, dan terdengar tulus di telinga Aurora

"PENSI tinggal 4 hari lagi kan? Itu artinya gue harus keluar rumah sakit besok," terang Aurora, "gue mau ikut mentas."

"Yakin? Lo belum sembuh total," tanya Sekala ragu.

"Gue kuat lebih dari yang lo tahu," balas Aurora percaya diri.

Sekala terkekeh pelan melihat Aurora tersenyum lepas di depannya, "Kalau lo yakin, gue juga yakin."

"Ra?"

"Apa, Ska?" tanya Aurora.

"Gue suka kalau lo senyum kayak gini," kata Sekala.



















**
SEE U❤️🍫 TULIS NEXT DISINI HEHE

Continue Reading

You'll Also Like

5.8K 2K 31
Novel tersedia di Shopee [Part Lengkap] "Selarasnya semesta pertemukan dan memisahkan kita dikala hujan." Bagaimana bisa dengan begitu mudah Namira R...
24.5K 1.9K 3
ALGERIAN MAHATMA Kalau kalian denger namanya pasti akan beranggapan bahwa Algerian itu adalah sosok yang cool dan berwibawa. Tepuk tangan dulu sini...
1M 15.3K 27
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+
59K 1.1K 25
Dunia itu luas. Seorang gadis yang mengalami trauma akan dunia luar, sekarang sudah menginjak remaja. Ia harus menerima bahwa dirinya harus pindah ke...