DIA ANGKASA

By WEENSR

26.8M 2M 463K

[PO DIA ANGKASA 31 AGUSTUS 2021] [FOLLOW SEBELUM DI BACA] HIGHEST RANK #2 IN TEENFICTION ON 19 MARET 2021 ** ... More

P R O L O G
1. PESONA ANGKASA NAUFAL MERAPI
2. WILAYAH
3. PENGUASA ANDROMEDA
4. RUMAH SAKIT
5. TITIK AWAL
6. INSIDEN SMA ANDROMEDA
7. MENGENAL ANGKASA
8. ANGKASA, CHANDRA DAN PATI
9. SESEORANG DAN RAHASIA
10. ACARA BESAR SATROVA
11. CARA KERJA KUNCI DETERMINASI
12. PENENANG EGO
13. MENDEKAT UNTUK MENJAGA, BUKAN UNTUK MENCINTAI
14. ILUSI YANG KUKIRA NYATA
15. MELUKIS SENJA UNTUK SEMENTARA
16. SEBENARNYA, KITA APA?
17. KONJUNGSI PERASAAN
18. ROTASI
19. DIFFERENT FEELINGS
20. KEMBALINYA ANALISA ELARA
21. PERTANYAAN KETUA SATROVA
22. SATU HARI BAIK
23. CARA MAIN YANG BERBEDA
24. FAKTA YANG MENYAKITKAN
25. PERUBAHAN AURORA
26. DIA PEREMPUAN KUAT
27. SISI LAIN ANGKASA
28. MELINDUNGI DARI JAUH
29. CEMBURU?
30. PERASAAN MASING-MASING
31. BERPISAH SEBELUM BERSATU
32. BERJARAK
33. LOCATION UNKNOWN
34. SELAMAT TINGGAL?
35. PRIORITAS
37. DIBALIK SEMUA PERASAAN
38. ADA, TAPI DIPAKSA UNTUK HILANG
39. HADIR SEBAGAI LUKA
40. HARI-HARI YANG LEBIH BAIK
41. MENUJU ACARA PENSI
42. PENSI SMA ANDROMEDA
43. HANCURNYA HUBUNGAN ANGKASA & ANALISA
44. DUKA DAN PUTUS ASA
45. PERMINTAAN PEREMPUAN BERBANDA BIRU
46. CAN I?
47. BERJUANG SEKALI LAGI UNTUK SELAMANYA
48. SELAMAT MENDUDUKI KURSI IBU KETUA, RA!
49. TERNYATA DIA TIDAK SUNGGUH
50. SATU LANGKAH LEBIH JAUH
51. ANGKASA DAN SEKALA
52. HARAPAN KECIL
53. RESIKO TERBESAR DARI MENCINTAI
54. ANGKA(SA)
55. TERIMA KASIH TELAH ADA
56. CATATAN BAHAGIA
57. BAGIAN TERKECIL DARI KATA LEPAS
58. KEJUJURAN DAN PENJELASAN
59. PERMAINAN UNTUK BALAS DENDAM
60. BERKORBAN LAGI?
61. PERJUANGAN TERBAIK
62. MILIK MUTLAK
63. SATU HARI UNTUK SELAMANYA
64. SETELAH TANTANGAN 1 MINGGU SELESAI
65. TITIK HENTI YANG (TIDAK) LAGI SAMA
66. USAHA ANGKASA
67. DEKLARASI CHANDRA PATI SAGARA
68. BUKAN CERITA YANG HARUS DI AKHIRI
69. YOU HAVE ME
70. TENTANG ANGKASA
71. TITIK TEMU KITA
72. ANGKASA RORA
73. ADAPTASI RASA
74. SATROVA BESAR
75. SELESAI?
76. BERDAMAI DENGAN KEADAAN
77. CERITA PANJANG UNTUK KITA YANG BAHAGIA
78. MERELAKAN KITA YANG PERNAH TERCIPTA
79. SETELAH TIDAK DENGANMU
80. DIA AURELANI AURORA
81. MENERIMA AKHIR KISAH
INFORMASI + OPEN GC
INFORMASI PO DIA ANGKASA 31 AGUSTUS 2021
VOTE COVER + GIVE AWAY
PO DIA ANGKASA DI BUKA
PO KE-2 DIA ANGKASA
NEW STORY - DIA AURORA

36. SURPRISE ULANG TAHUN

277K 22.6K 2.4K
By WEENSR

Happy reading, semoga suka Aamiin❤️ dukung terus crita Dia Angkasa yaw^^ kalau ada tipo tanda aja.

36. SURPRISE ULANG TAHUN

Sekali waktu, tertawalah, dunia tidak hanya bercerita tentang sedih saja. Dan jika hidup menuntun mu tanpanya, harusnya tidak apa-apa kan?

...

**

Hari Minggu, dan Vana berinisiatif dengan teman-teman kelasnya untuk ke rumah sakit menjenguk Aurora sekaligus memberikan surprise ulang tahun kepada sahabatnya. Sedari tadi malam, Vana berkoar-koar di grup yang sengaja ia buat tanpa Aurora untuk menyusun surprise-nya dengan baik.

AURORA BIRTHDAY

Silvana L: Gmn kue tarnya, aman?

Silvana L: Yg lain persiapannya gimana juga?

Nabila Fasih: Masih antri nih Va, tpi gue usahain cpt*

Fiqih Tesya Aruna: Buket bunga aman

Ratu Sylva Mahagoni: Bahan dekor udah siap hiyaaa

Rengga Pratama: Gue udh siap dari tdi juga masa. Pompa balon udh gue kantongin, gue berdiri di garis terdepan😎 kalah lo semua.

Ruli Ade Wijaya: Belagu kok di pelihara, Ga.

Danita Lara Maheswari: Fix jam berapa nih? Soalnya gue harus naik angkot dulu

Silvana L: Jm 9 semua OTW. Kt kmpul di parkiran rmh skit.

Ratu Sylva Mahagoni: Jgn di parkiran dong, Va. Panas hmm

Meisya Nadia: Ada yg bisa jemput gue gk?

Dewa Pramudya: Rmh lo dimn Mei?

Meisya Nadia: Kompleks 8, rmh nmr 7

Kei Ronald K: Apakah ada yang bisa gue banting?

Rengga Pratama: Mandi lo kebo, gue udah mau otw

Kei Ronald K: Sans aja Bor, slow motion aja

Rania Regina Rein: Keadaan Aurora udah gimana? Di bolehin masuk kan?

Silvana L: Aman, gue udh kerjasama sama ketua Satrova dn Ayah Aurora.

Rengga Pratama: Aurora ibu ketua gue jangan-jangan? Widih

Zora Melody: Vana gue udah beres, lo dimana skrng?

Dewa Pramudya: buru-buru amat Mel, baru jam 8 nih

Zora Melody: bukan urusan lo!

Ruli Ade Wijaya: Mantan kok nggak akur hehe

Rengga Pratama: Jgn ikut campur di rmh tngga orng Rul, berabe woi

Nabila Fasih: Ga? Jmput gue di dpn toko cake ya? Lo lewat situ kan?

Rengga Pratama: Siap bosku

Ratu Sylva Mahagoni: Titik kmpul di taman rmh skit ya?

Kei Ronald K: Apaan di taman, lo pikir kita mau kencan🤣

Fiqih Tesya Aruna: Gue udh otw, jlnan besar mulai macet

Ruli Ade Wijaya: Gaskan gaskan

Silvana L: di lobby rmh skit aja.

Ruli Ade Wijaya: Gue sih terserah, asal bersamamu ea

Kei Ronald K: Anjirr

Rania Regina Rein: Gue udh di jln dn gue mls klo ada yg jm karet

Rengga Pratama: Ashiap

Danita Lara Maheswari: Ketua kelas mana?

Ruli Ade Wijaya: Pling lagi bureng di rmhnya

Darko Dirga Saputra: Gue udh di rmh skit.

Ratu Sylva Mahagoni: Nah, contohi Darko dong, nggak bacot tpi udh smpai

Rengga Pratama: Stiap orng punya cara tersendiri dalam berjuang:)

Danita Lara Maheswari: Apasih gak nyambung

Silvana L: udh mau jm 9, wktunya bergegas gais

Kei Ronald K: Gue isi bensin dulu biar nggak mogok tengah jalan

Fiqih Tesya Aruna: Ok

Silvana L: Sip.

Sebenarnya sejak tadi Vana sudah datang di rumah sakit tempat Aurora di rawat, cuman perempuan itu tidak masuk dan menemui sahabatnya. Ia memilih menunggu di luar, sembari menatap jendela besar rumah sakit yang menampakkan view jalanan besar yang cukup padat.

"Aurora udah sadar, tapi dia belum bangun," kata Angkasa. Laki-laki itu memakai kaos hitam dengan perpaduan celana jeans abu-abu yang membuatnya semakin tampan.

Bisa di katakan ini kali pertama Vana berbicara secara langsung dengan Angkasa, selama hampir dua tahun sama-sama sekolah di Smanda, ini kali pertamanya ia merasa sedekat ini dengan Angkasa, karena sejak dulu Vana memang memberi jarak antara dirinya dengan anak Satrova karena takut jadi sasarannya.

"Tapi rencana gue bisa lo bantu kan?" tanya Vana ragu.

"Oke, gue bisa," balas Angkasa cepat tanpa berfikir panjang lebar.

Vana tersenyum, ternyata Angkasa mudah juga di luluhkan dengan mengatasnamakan Aurora. "Thanks,"

"Bilang makasih kalau udah selesai, bukan sekarang," balas Angkasa.

Vana memberi anggukan kecil, cukup kesal, tetapi tidak apa-apa, Angkasa memang seperti ini kan?

"Om Dwipa kemana?" tanya Vana, lebih tepatnya basa-basi. Ia merasa canggung jika tidak bersuara sedangkan ada manusia di sampingnya.

"Dia baru saja terbang ke Surabaya," jawab Angkasa. Ia juga tidak sempat menemui Ayah Aurora dan membahas mengenai pelaku penyekapan Aurora kemarin karena Dwipa berangkat mendadak jam 5 subuh setelah mendapatkan telfon, dan tugas yang mengharuskan ia pergi.

"Oh, jadi Aurora di jaga sama siapa?"

"Tante Lestari,"

"Dia siapa?" tanya Vana.

"Saudara Om Dwipa."

Vana membulatkan mulutnya, membentuk huruf O, tanda kalau ia paham. Lalu keduanya kembali terdiam, di kepala Vana, ia sibuk memikirkan topik pembicaraan apalagi yang harus ia bahas dengan Angkasa karena Vana sangat tidak suka dengan situasi awkward.

Handphone Angkasa berbunyi, Vana yang berdiri di sampingnya tanpa sengaja melihat layar handphone Angkasa yang menampilkan screen panggilan masuk. A, hanya huruf awal yang sempat Vana baca, lalu Angkasa beranjak pergi dari sebelahnya memberi jarak yang cukup jauh ketika ia mengangkat telfon itu.

A? pasti Analisa, tidak mungkin Aurora. Batin Vana.

Angkasa menelfon cukup lama, Vana lalu membuka handphonenya dan melihat ternyata sudah banyak spam chat di grup yang ia buat, tepat pukul 9. Perempuan itu lalu beranjak, berjalan ke lobby rumah sakit untuk menemui teman-temannya.

"Gila, gue udah lumutan disini, lo tahu kan gue paling nggak suka menunggu, time is money," koar Rengga ketika Vana batu saja tiba menghampiri mereka.

"Lebay lo, belum genap satu menit lo sampai sini," sela Ratu.

"Va gimana? kita langsung masuk?" tanya Nabila.

"Udah datang semua kan?" tanya Vana menggantung pertanyaan Nabila, Vana melihat ke arah teman-temannya, memastikan kalau semua yang bergabung di grup sudah lengkap.

"Lengkap, gue udah absen dalam hati," kata Darko.

"Mantap dah ketua kelas gue yang burengnya nggak ada akhlak," sahut Kei cengengesan.

"Okay, langsung masuk aja kalau gitu," titah Vana, langsung diikuti dengan pergerakan teman-temannya dari belakang.

Angkasa Naufal Merapi: Aurora blm bngun, lo bisa bergerak cepat sm tmn-tmn lo. Perawat udah mindahin dia ke ruangan sebelah.

Vana lalu mengabarkan teman-temannya, ia mengomando semuanya untuk cepat bergerak ke ruangan inap Aurora yang akan mereka sihir untuk surprise ulang tahunnya.

"Wah, ruangan VIP nih," kata Ruli menggeleng-geleng.

"Aurora ternyata the real sultan, tetapi dia tetap sederhana di depan kita," sambung Ratu.

"Gue suka gaya ibu ketua gue," kata Rengga salut. "Rendah hati dan membumi."

"Emang Angkasa sama Aurora pacaran?" tanya fiqih, "Angkasa sama Analisa kan? queen of mathematics Smanda?" lanjutnya dengan tanya.

"Kenyataannya gitu, tetapi gue tetap kawal Aurora yang jadi ibu ketua gue," tepis Rengga.

"Waktunya cuman 30 menit, lo semua nggak usah bacot dulu yah?" peringat Rania.

Semua lalu bergerak bekerja, menghiasi ruangan inap Aurora dengan begitu cantik, kerja sama siswa XI MIPA 4 terlihat begitu kompak, walaupun beberapa kali Zora mendengus kesal ketika Ruli dan Rengga berusaha untuk mendekatkan dia dengan Dewa kembali setelah mereka putus dan saling mendiami.

"We dont talk anymore," goda Ruli tepat di depan Zora yang asyik dengan balon-balon yang ia tata.

"Like we used to do," sambung Rengga sembari menoleh ke arah Dewa.

"I don't care!" sahut Zora.

"Rengga, Ruli, plis, kalau lo mau buat Zora dan Dewa baikan nanti aja, lo fokus dulu niup balon," ujar Nabila.

"Iya mbak jago, ampun," balas Ruli dan Rengga bersamaan dalam satu nada.

Vana memasang bunting flag bertuliskan happy birthday dengan bantuan Dewa yang ada di sebelahnya, sebaik mungkin keduanya berusaha mensejajarkan tinggi agar bunting flag yang ia pasang sebanding antara kiri dan kanan.

Meisya, Fiqih, dan Ratu sibuk memberi pita warna-warni pada balon yang selesai di tiup, ketiganya bekerja cukup gesit lalu menerbangkan balon ke langit-langit ruangan inap.

Danita memotong kertas origami, lalu ia bagi kepada teman-temannya yang ada di ruangan itu untuk menuliskan doa terbaik dan harapannya kepada Aurora. Semua menulis dengan antusias dengan pulpen yang ada di tangannya masing-masing. Setelahnya, kertas itu mereka kumpulkan dalam satu amplop dengan judul REMEMBER.

"Gimana? Udah selesai 'kan semuanya?" tanya Vana.

"Yoi mbak jago," kata Rengga.

"Tinggal berapa menit lagi, Va?" tanya Zora.

"5 menit, kita siap-siap semua," balas Vana, semua temannya lalu bergegas merapikan alat dan bahan yang ia gunakan dan sudah tak terpakai lagi.

Angkasa Naufal Merapi: Gmn?

Silvana L: Aman.

Angkasa Naufal Merapi: Ok. Gue suruh perawat mindahin Aurora. Lo semua siap-siap.

Silvana L: Ogheyy

**

Aurora baru saja bangun, wajahnya cukup segar setelah istirahat, perempuan itu mengerjapkan matanya, menyadari ruangan yang ia tempati berbeda saat ia bangun semalam. Ia menoleh ke arah kanan melihat Lestari sedang duduk dengan laptop yang ada di pangkuannya.

"Ta-nte ...," panggil Aurora pelan.

Lestari tersenyum lebar ketika melihat dan mendengar keponakannya bersuara memanggilnya, ia menyingkirkan laptop yang ada di depannya lalu berjalan ke arah brankar.

"Selamat pagi ponakan," sapa Lestari hangat.

"Ayah kamu ke Surabaya, jadi Tante yang jaga kamu selama 2 hari kedepan," jelas Lestari.

Lestari Matra, dia seorang CEO perusahan, satu-satunya adik perempuan Dwipa dan berdomisili di Jakarta.

Aurora memberikan anggukan pelan, "Tante pasti banyak pekerjaan ya? Maaf Aurora ngerepotin Tante,"

"No sayang, kamu nggak pernah ngerepotin Tante, Tante senang kalau punya waktu sama keponakan Tante, kamu itu keponakan Tante satu-satunya," jelas Lestari sembari menggenggam tangan Aurora. Sifat Lestari memang sebelas dua belas dengan Dwipa, itu yang membuat Aurora nyaman dengannya.

"Terima kasih Tante, Aurora jadi merasa punya Mama," kata Aurora yang membuat hati Lestari menghangat.

3 orang perawat lalu masuk ke ruangan inap Aurora, mereka meminta izin kepada Lestari untuk memindahkan Aurora ke ruangan sebelumnya, Lestari menyetujuinya, karena ia memang sudah tahu rencana teman-teman keponakannya.

Memasuki ruangan sebelumnya, Aurora bisa melihat lampu ruangan itu mati dan sama sekali tidak ada penerangan di dalamnya, tetapi ia tidak begitu panik karena mungkin suster akan menyalakan lampu ketika ia sudah mengatur peralatan rumah sakit yang melekat di tubuhnya sekarang.

Sayup-sayup ia bisa melihat beberapa balon yang beterbangan di langit-langit ruangannya, balon yang sudah dihiasi dengan pita warna-warni.

TAK!! Suara saklar lampu yang di pencet. Lalu ruangan kembali terang seperti biasanya.

"SELAMAT ULANG TAHUN AURORA!!" teriak semua orang yang ada di ruangan itu secara bersamaan.

Aurora menoleh melihat ke arah teman-teman kelasnya, mereka semua bernyanyi lagu happy birthday di samping kanan kirinya dengan begitu ceria, lalu perlahan air mata bahagia menetes dari mata indah perempuan berbanda biru itu, ia terharu melihat teman-temannya, meskipun dalam keadaannya yang seperti ini, mereka masih selalu ada dan memberi bahagia pada Aurora, senyum indah juga ia pancarkan tanda kalau paginya berhasil membuat Aurora terbang karena hal spesial yang menyambutnya.

"Happy sweet seventeen Ibu ketua gue," kata Rengga heboh lalu mengambil gitar yang ada di sampingnya bernyanyi lagu jambrut - selamat ulang tahun untuk Aurora. Suara laki-laki itu memang berada di atas rata-rata, dia salah satu anak paduan suara di sekolah.

"Selamat ulang tahun my human diary," kata Vana sembari berjalan mendekat ke brankar Aurora, ia memeluk sahabatnya erat. "Sehat selalu Ra, pokoknya setelah SMA kita kuliah bareng-bareng dan melakukan hal sama-sama pokoknya."

Semua perempuan yang hadir lalu ikut berpelukan dengan Aurora, menjadikan hari ini haru bahagia yang tentunya tidak akan Aurora lewatkan sebagai catatan bahagianya.

Nabila menyodorkan kue ke arah Aurora, diiringi lagu oleh teman-temannya. Lestari ikut masuk, meramaikan moment itu, tidak lupa merekamnya dengan ponsel yang ada di tangannya.

"Thanks gais, you are wonderful today," kata Aurora lembut. "kalian sukses membuat pagi gue indah," lanjutnya.

"Gue emang membawa kebahagiaan, Ra," kata Ruli sembari memperbaiki kerah bajunya.

"Sok banget lo, gue yang berperan aktif di sini," kata Kei tidak mau kalah.

Aurora menatap satu persatu teman-temannya, ahh hari ini benar-benar hadir sebagai kejutan baginya. Aurora bersyukur, di tengah banyak keterbatasan yang ia miliki, ia masih mempunyai orang-orang baik yang mengelilinginya.

"Ra, balik kanan dong, kita masih punya surprise lagi nih," titah Rengga.

Dewa menarik kain yang ia pakai untuk menutup dekorasinya, dan untuk kesekian kalinya Aurora takjub dengan apa yang di hidangkan di depan matanya.

Lestari yang juga menyaksikannya tidak kalah terharu, bahkan ia bisa melihat ketulusan dan cinta yang memang nyata dari mata teman-teman keponakannya.

"Lo semua baik banget sama gue," sahut Aurora.

"Lo yang baik sama kita, Ra, lo selalu peduli sama teman-teman kelas lo, dan lo nggak pernah ngebeda-bedain dalam berteman," sahut Ratu.

"Ra, terima kasih karena selalu membantu gue menjalankan tugas ketua kelas," ucap Darko tulus. "Cepat sembuh."

"Makasih udah ngasih tahu gue arti pertemanan tanpa perbedaan," kata Zora dengan senyum yang terbit di bibirnya.

"Ra, gue nggak tahu mau bilang apa, intinya, gue senang kalau cecant di kelas gue bertambah," kata Kei.

"Big thanks, Crossfour," kata Aurora dengan mata berkaca-kaca sembari menyebut nama kelasnya.

"Ra, kayaknya kita laper deh," kata Ruli to the poin yang langsung di hadiahi tawa oleh teman-temannya.

"Tenang, tante udah pesan makanan, kita party hari ini," sahut Lestari yang membuat seisi ruangan inap Aurora heboh.

**

Setelah teman-teman kelas Aurora pulang, teman-teman Angkasa memenuhi depan ruangan inap Aurora, mereka semua berencana untuk memberikan kado kepada Aurora, walaupun Satrova belum terlalu dekat dengannya tetapi mereka semua merasa Aurora adalah bagian dari mereka, karena Ayahnya berperang penting dalam geng besar itu.

"Lo bawa kado apaan Bar, gede banget," kata Bobby cengengesan melihat kado yang di bawa oleh Bara, yang besarnya hampir menyamai oven.

"Gue beli kado ini dari tabungan gue asal lo tahu, isinya spesial, nggak sembarang kado," balas Bara.

"Ye, Lo pikir kado yang gue bawa sembarangan, enak ajak lo," timpal Bobby.

"Baperan banget lo, gue nggak nyindir kado lo," kata Bara.

"Bacot lo berdua," imbuh Alaska.

"Kado lo mana, Las?" tanya Rama ketika melihat Alaska berdiri enteng tanpa apapun yang ada di tangannya.

"Masih di jalan, gue pakein grab," jawab Alaska.

"Apaan tuh Ska? rapi banget, kayak baju yang udah di setrika 20 kali," tanya Bobby pada Sekala.

"Kado lah, masa buku tugas," balas Sekala sensi.

"Sans dong, Ska, gue cuman nanya, Anjirr," ucap Bobby terpancing dengan respon Sekala.

"Angkasa mana? Masa dia nggak datang, padahal dia yang nyuruh kita ngumpul," sahut Rama.

"Kayaknya masih di jalan sama Razi," ungkap Bara.

Kelima cowok itu lalu duduk di kursi besi rumah sakit, sembari menunggu Angkasa dan Razi, mereka membicarakan hal penting tentang pelaku penyekapan Aurora.

"Gue pikir pelakunya bukan orang yang seumuran kita," kata Sekala. "Ini kayak udah terencana dan tersusun rapi,"

"Gue sepakat sama Sekala, soalnya gue udah mondar-mandir di Smanda dan nggak ada jejak yang gue dapat," tambah Rama.

"Kok gue ngerasa kalau ada dalang dari semua ini ya?" tanya Bobby.

"Tapi lo merasa aneh nggak dengan kehadiran Pati di Smanda?" tanya Bara.

"Kehadiran Pati emang aneh, tetapi kita nggak punya bukti kalau Pati masuk dalam permainan ini," jelas Alaska.

"Terus yang tahu kalau Aurora ada di gudang, siapa?" tanya Rama.

"Razi, gue tahu ada sesuatu yang dia tahu," ujar Bara. "Razi kan nggak ada waktu kita di basecamp sore itu, waktu pencarian pertama dia juga nggak ada, tahu-tahunya sebar broadcast mengabarkan kita semua buat ke gudang lama," terang Bara masuk akal.

Rama mengerutkan keningnya, "Razi pelakunya?"

Mendengar pertanyaan Rama, semua mata teman-temannya mengarah ke arahnya dengan pandangan yang tidak bisa di baca.

"Bukan dodol," sentak Bobby tidak santai.

"Bukan, gue cuman mikir, Razi tahu siapa pelakunya," kata Bara.

"Cowok dingin kita pergerakannya halus banget," sahut Alaska. Ia tidak menyangka Razi bisa tahu posisi Aurora di sekap tanpa banyak bacot seperti yang lainnya.

"Anjir gue penasaran," kata Bobby.

"Gila! Gue hampir mati malam itu karena Angkasa nonjok gue waktu dia frustasi nyari Aurora dan nggak ketemu," kata Bara menginformasikan kalau wajah tampannya di hajar habis-habisan di gedung lama SMANDA.

"Syukurin Bar, itu salah satu anugrah," kata Bobby.

"Angkasa kayaknya nggak datang," kata Alaska, cowok itu melihat kearah handphonenya.

"Ha? Kenapa?" tanya Bobby.

"Ada hal penting yang katanya harus ia urus," balas Alaska. "Dan kadonya, dia titip sama Razi, Razi sebentar lagi datang."

Baru saja Alaska menyahut, Razi lalu terlihat di ujung lorong rumah sakit dengan pergerakan yang cukup santai ke arah mereka.

"Tuh makhluk dingin, panjang umur woe," kata Bobby bersorak.

"Tumben Angkasa nggak datang karena hal penting, biasanya Aurora penting buat dia," kata Bara.

"Jadi kesimpulannya, hal itu lebih penting dari Aurora," sambung Rama.

"Lagi jalan sama ceweknya palingan, gue denger-denger sih Analisa ngambek karena Angkasa nggak datang di acara ulang tahunnya," sambung Alaska.

"Oh, Analisa sama Aurora ultahnya barengan?" tanya Bobby.

"Yoi, sekebetulan itu, dan nggak lucu," kata Bara.

"Langsung masuk?" tanya Razi.

"Lo duluan aja, Bar, Tante favorit lo kan ada di dalam," goda Bobby.

"Sialan lo, gue masih suka Salsa asal lo tahu," kata Bara sembari menjitak kepala Bobby.

Pintu ruangan inap Aurora kembali terbuka. Sontak orang yang ada di dalamnya langsung menoleh ke arah pintu, Aurora dan Lestari, pandangan mereka berporos pada titik yang sama.

"Selamat siang menjelang sore, Tante," kata Bara. "Kita mau ngasih Aurora surprise."

Tante Lestari menggeleng pelan sembari terkekeh, "Orangnya denger tuh, ngasih surprise kok bilang-bilang."

"Biar beda dari yang lain, Tante," kata Bobby.

Semua yang ada di luar ruangan inap tadi lalu masuk satu persatu, di mulai dari Bara yang berjalan lebih dulu, Bobby, lalu di susul oleh Razi, Alaska, Sekala dan Rama. Meraka membawa kado di tangannya masing-masing.

"Selamat ulang tahun Rora," ucap Bara heboh sendiri. Sembari memanggil nama Aurora yang jadi nama kontak di handphone Angkasa.

"Selamat ulang tahun putri kesayangan Om Dwipa, panutan gue," tambah Rama.

"Kado spesial, untuk orang spesial, hiyaa," kata Bobby.

Aurora terkekeh pelan melihat aksi teman-teman Angkasa, mereka serentak menyimpan kadonya di atas brankar Aurora.

Menyadari satu hal, Aurora kembali mengarahkan pandangannya ke arah pintu, cukup lama, dan hal ini di sadari oleh anak Satrova yang ada di depannya. Ia menunggu satu orang lagi yang selalu berada di antara mereka, dan sampai 1 menit, tidak ada tanda-tanda pintu akan terbuka.

"Nunggu siapa, Ra? serius amat," kata Alaska.

"Nggak, gue nggak nunggu siapa-siapa," alibi Aurora.

"Makasih udah ingat ultah gue, dan makasih buat kadonya," kata Aurora mengalihkan pembicaraan. Perempuan itu tersenyum tulus, hal yang paling Sekala sukai dari Aurora.

"Sama-sama, Ra," balas Sekala.

"Sama-sama Ibu ketua," balas Bobby.

Aurora tersenyum, "Gue bukan Ibu ketua kalian."

"Itu doa Ra, gue berharapnya gitu, dan semoga ada aja malaikat yang dengar dan langsung diijabah," kata Bobby yang mendapat dukungan dari teman-temannya. Kecuali Sekala yang terlihat tersenyum kecut mendengar ucapan Bobby.

**

"CCTV ruangan inap nomor 379 bisa di aktifkan?" tanya orang itu pada petugas rumah sakit.

"Ada keperluan apa?" tanya petugas.

Cowok berjaket hitam itu lalu mendekat, berbisik di telinga petugas rumah sakit, dan terlihat petugas rumah sakit beberapakali memberikan anggukan.

"Ok, silahkan ikut ke ruangan saya," kata petugas rumah sakit.

Cowok itu menatap dengan teliti keadaan di dalam ruangan inap nomor 379, dimana ada teman-temannya yang masuk dan memberikan kado untuk Aurora. Lalu ia bisa melihat perempuan berbanda biru itu tersenyum beberapa kali karena lelucon yang di ciptakan oleh Bobby dan Bara, sesekali tertawa lepas, yang membuat cowok yang memantau dari layar itu menarik senyum kecil di bibirnya. Walaupun ia tidak ada di sana, tetapi perasaannya lega kali ini, Aurora baik-baik saja.

Seperti candu untuk melihat rekaman CCTV, cowok itu terlihat enggan memindahkan pandangannya dari layar yang ada di depannya, sampai teman-temannya keluar dari ruangan itu.

Aurora terlihat membuka beberapa kado yang mereka bawa, dan tangan perempuan itu lalu meraih sebuah kado yang ukurannya paling kecil dari semua kado yang di bawa oleh teman-temannya. Tidak sampai disitu, baru saja Aurora akan membuka kadonya, terlihat seorang laki-laki masuk di ruangan inap perempuan itu sembari membawa sesuatu di tangannya.

Pati Sagara

Dari CCTV, Pati membawa buket bunga dan boneka untuk Aurora, tidak lama, lalu ia pergi setelah mengucapkan selamat ulang tahun pada perempuan itu. Cowok yang melihat layar CCTV itu mengepalkan tangannya, Pati akan ia habiskan setelah ini.

Seperti tidak memedulikan sesuatu yang Pati bawa, Aurora kembali membuka kado kecil yang tadinya tertunda untuk ia buka.

Sebelum melihat isi kado, Aurora membaca note yang melekat di luar kado.

Hbd, and sorry.



















**
NEXT G NIH? VOTE YAH DAN SPAM NEXT DISINI DULU DONG❤️🤣

Continue Reading

You'll Also Like

24.5K 1.9K 3
ALGERIAN MAHATMA Kalau kalian denger namanya pasti akan beranggapan bahwa Algerian itu adalah sosok yang cool dan berwibawa. Tepuk tangan dulu sini...
320 83 15
Hai! aku indah. Sedikit ku ceritakan tentang kisah cintaku. Seharusnya tak usah! Namun rasanya aman-aman saja bila aku berbagi pengalaman dalam kisah...
7M 295K 59
On Going Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan yang tak s...
59K 1.1K 25
Dunia itu luas. Seorang gadis yang mengalami trauma akan dunia luar, sekarang sudah menginjak remaja. Ia harus menerima bahwa dirinya harus pindah ke...