DIA ANGKASA

By WEENSR

29.8M 2.1M 473K

[PO DIA ANGKASA 31 AGUSTUS 2021] [FOLLOW SEBELUM DI BACA] HIGHEST RANK #2 IN TEENFICTION ON 19 MARET 2021 ** ... More

P R O L O G
1. PESONA ANGKASA NAUFAL MERAPI
2. WILAYAH
3. PENGUASA ANDROMEDA
4. RUMAH SAKIT
5. TITIK AWAL
6. INSIDEN SMA ANDROMEDA
7. MENGENAL ANGKASA
8. ANGKASA, CHANDRA DAN PATI
9. SESEORANG DAN RAHASIA
10. ACARA BESAR SATROVA
11. CARA KERJA KUNCI DETERMINASI
12. PENENANG EGO
13. MENDEKAT UNTUK MENJAGA, BUKAN UNTUK MENCINTAI
14. ILUSI YANG KUKIRA NYATA
15. MELUKIS SENJA UNTUK SEMENTARA
16. SEBENARNYA, KITA APA?
17. KONJUNGSI PERASAAN
18. ROTASI
19. DIFFERENT FEELINGS
20. KEMBALINYA ANALISA ELARA
22. SATU HARI BAIK
23. CARA MAIN YANG BERBEDA
24. FAKTA YANG MENYAKITKAN
25. PERUBAHAN AURORA
26. DIA PEREMPUAN KUAT
27. SISI LAIN ANGKASA
28. MELINDUNGI DARI JAUH
29. CEMBURU?
30. PERASAAN MASING-MASING
31. BERPISAH SEBELUM BERSATU
32. BERJARAK
33. LOCATION UNKNOWN
34. SELAMAT TINGGAL?
35. PRIORITAS
36. SURPRISE ULANG TAHUN
37. DIBALIK SEMUA PERASAAN
38. ADA, TAPI DIPAKSA UNTUK HILANG
39. HADIR SEBAGAI LUKA
40. HARI-HARI YANG LEBIH BAIK
41. MENUJU ACARA PENSI
42. PENSI SMA ANDROMEDA
43. HANCURNYA HUBUNGAN ANGKASA & ANALISA
44. DUKA DAN PUTUS ASA
45. PERMINTAAN PEREMPUAN BERBANDA BIRU
46. CAN I?
47. BERJUANG SEKALI LAGI UNTUK SELAMANYA
48. SELAMAT MENDUDUKI KURSI IBU KETUA, RA!
49. TERNYATA DIA TIDAK SUNGGUH
50. SATU LANGKAH LEBIH JAUH
51. ANGKASA DAN SEKALA
52. HARAPAN KECIL
53. RESIKO TERBESAR DARI MENCINTAI
54. ANGKA(SA)
55. TERIMA KASIH TELAH ADA
56. CATATAN BAHAGIA
57. BAGIAN TERKECIL DARI KATA LEPAS
58. KEJUJURAN DAN PENJELASAN
59. PERMAINAN UNTUK BALAS DENDAM
60. BERKORBAN LAGI?
61. PERJUANGAN TERBAIK
62. MILIK MUTLAK
63. SATU HARI UNTUK SELAMANYA
64. SETELAH TANTANGAN 1 MINGGU SELESAI
65. TITIK HENTI YANG (TIDAK) LAGI SAMA
66. USAHA ANGKASA
67. DEKLARASI CHANDRA PATI SAGARA
68. BUKAN CERITA YANG HARUS DI AKHIRI
69. YOU HAVE ME
70. TENTANG ANGKASA
71. TITIK TEMU KITA
72. ANGKASA RORA
73. ADAPTASI RASA
74. SATROVA BESAR
75. SELESAI?
76. BERDAMAI DENGAN KEADAAN
77. CERITA PANJANG UNTUK KITA YANG BAHAGIA
78. MERELAKAN KITA YANG PERNAH TERCIPTA
79. SETELAH TIDAK DENGANMU
80. DIA AURELANI AURORA
81. MENERIMA AKHIR KISAH
INFORMASI + OPEN GC
INFORMASI PO DIA ANGKASA 31 AGUSTUS 2021
VOTE COVER + GIVE AWAY
PO DIA ANGKASA DI BUKA
PO KE-2 DIA ANGKASA
NEW STORY - DIA AURORA

21. PERTANYAAN KETUA SATROVA

334K 24.3K 3.7K
By WEENSR

Selamat membaca, semoga sukaa Aamiin❤️Silahkan tandai typo yeah!!

21. PERTANYAAN KETUA SATROVA 

Dengan cerita yang berbeda, ada yang selalu bersama tetapi tidak bisa menyatu, ada yang tidak pernah bersama lalu seakan sengaja ditakdirkan untuk jadi satu, dan ada juga yang sudah saling menyatu tetapi pada akhirnya tidak ditakdirkan untuk bersama. 
... 

Malam ini Vana bermalam di rumah Aurora, perempuan itu sengaja kesini untuk menemani Aurora karena Ayahnya masih berada di Makassar untuk beberapa hari kedepannya. Iya, harusnya hari ini Dwipa Matra sudah kembali ke Jakarta, tetapi karena ternyata masih banyak urusannya yang belum selesai, jadi laki-laki itu memperpanjang waktunya di Makassar.

"Kalau cemilannya segudang gini, sebulan pun gue betah kali di rumah lo, Ra," kata Vana sambil memilih cemilan yang sengaja di sediakan di kulkas besar Aurora.

"Tahu gini gue nggak perlu repot-repot ke alfamart nyari coklat, kalau rumah lo udah kayak jualan alfamart, Ra," ucap Vana yang tidak berhenti takjub melihat betapa lengkapnya makanan dan cemilan yang ada di rumah Aurora. "Mana gratis lagi."

Aurora hanya tersenyum melihat keantusiasan sahabatnya yang sejak tadi berdiri memilih makanan, genggaman tangannya sudah penuh dengan aneka cemilan. Kali ini surga benar-benar nyata bagi Vana.

"Om Dwipa mau nggak ngerekrut gue jadi anaknya?" tanya Vana asal.

"Nanti gue kabarin kalau Ayah gue buka lowongan," jawab Aurora yang membuat keduanya terkekeh.

"Jadi lo pasti enak banget, Ra," simpul Vana. "Semua keinginan lo pasti diiyain sama Ayah lo."

"Enak nggak enak, karena gue kemana-mana sendiri, Va. Temen gue cuman bisa di hitung jari," kata Aurora.
"Dan gue juga udah nggak punya Mama yang selalu bisa gue ajak kemana-mana kayak lo."

"Kebahagian hakiki itu nyatanya bukan cuman uang, harta dan jabatan, tetapi juga seseorang," lanjut Aurora dengan sorot mata teduh. Vana bisa melihat kesedihan yang mendalam pada mata itu.

Vana bergerak ke samping Aurora, perempuan itu merangkul sahabatnya, "Lo punya gue, gue selalu ada buat lo, tenang aja, kita lewati dunia yang banyak bercanda ini sama-sama, gue juga nggak punya temen selain lo, Ra."

Aurora tersenyum menampilkan deretan giginya yang tersusun rapi, "Makasih, Vana."

Tidak perlu sempurna, teman yang baik dan selalu ada juga salah satu anugrah terbaik dalam hidup.

"Udah, nggak usah nyiptain suasana mellow lagi, gue mau marathon Drakor," sahut Vana. Lalu mengambil laptop dan menyumbat kedua telinganya menggunakan earphone.

"Va? Lo nggak mau ngerjain tugas matematika dari Bu Dira?" tanya Aurora.

"Gue nggak mood ngerjain tugas malam ini, gue mau happy-happy dulu di rumah lo," ucap Vana. "Entar gue suruh Abang gue kerja tuh tugas, aman."

Vana lalu hanyut dengan film yang ada di depannya, sedangkan Aurora berada di sampingnya dengan posisi berbaring, entah kenapa akhir-akhir ini ia selalu merasa kelelahan, tulang-tulangnya terasa ngilu, dan juga deru nafasnya kadang tidak teratur.

Sekala Bumi Sagarmatha: Bsk kt ltihn dari pagi smpe sore. Lo bisa kan?

Besok memang sedang tanggal merah. Dan Aurora pikir ia akan menghabiskan waktunya di rumah untuk istirahat. Tapi nyatanya?

Aurelani Aurora: Iya gue bisa.

Sekala Bumi Sagarmatha: Ketua OSIS Smanda minta WA lo

Aurora membulatkan matanya, dengan dahi yang berkerut.

Aurelani Aurora: Untuk apa?

Sekala Bumi Sagarmatha: Dia mau ngajak lo ikut kepanitiaan, karena setiap kelas, harus ada panitia di dalamnya.

Sekala Bumi Sagarmatha: Lo bisa kan?

"Va?" Vana sontak men-pause drakor yang sedang seru-serunya ia nonton.

"Apa?"

"PENSI kegiatannya setiap tahun yah?" tanya Aurora.

"Iya, dan setiap tahun juga selalu meriah, banyak cogan dari SMA lain yang datang, pokoknya jadi ajang cuci mata," jelas Vana mengingat PENSI tahun lalu yang benar-benar menciptakan lautan manusia di lapangan Andromeda.

Aurora mendengus, "Setiap kelas harus ada panitianya?"

"Iya, tahun lalu Darko yang jadi panitia dari kelas kita."

"Sekala nawarin gue ikut kepanitiaan, dan katanya Ketua OSIS yang ngajak gue," ungkap Aurora.

Vana berbalik, "Terus lo jawab apa?"

"Gue belum jawab," kata Aurora, melihat kearah langit-langit kamarnya. Sejujurnya perempuan itu sangat bimbang sekarang, ia ingin, tetapi bagaimana dengan kesehatannya?

"Pikir-pikir aja dulu, Ra. Bicara sama Ayah lo, kali aja lo nggak diijinkan, tetapi lo malah ikut," saran Vana.

Dwipa Matra memang tidak pernah mengizinkan Aurora untuk mengikuti kegiatan dan aktifitas di sekolah selain datang untuk belajar, karena ia tidak ingin putrinya kenapa-napa, itu saja.

"Ayah gue udah pasti ngelarang gue, dia nggak bakal setuju," gumam Aurora semakin bingung.

"Tuh lo tahu, nurut aja deh, orang tua ngelerang kita bukan tanpa sebab, dia pasti takut kalau lo sampai drop karena kelelahan," jelas Vana. Di bandingkan Angkasa, Vana akan lebih bawel jika ini menyangkut keamanan Aurora.

Sekala Bumi Sagarmatha: gue udah kasi Arya info kalau lo mau

Sekala Bumi Sagarmatha: Gue ikut kepanitiaan juga kok.

Sekala Bumi Sagarmatha: I believe u can, Ra.

Aurora menatap nanar pesan Sekala. Perempuan itu cukup lama terdiam membaca pesan itu. Aurora tahu kesehatannya tidak seperti orang lain, perempuan itu juga merasa tidak perlu untuk ikut ini karena ia tidak biasa dengan dunia organisasi, tetapi Sekala?

"Sekala udah bilang sama ketua OSIS kalau gue mau," kata Aurora tidak semangat.

Vana merebut handphone Aurora dan melihat pesan laki-laki itu yang masuk secara beruntun, "Kok gue ngerasa Sekala selalu mau terlibat kegiatan sama lo sih, Ra?"

Aurora hanya mengangkat kedua bahunya, tanda ia tidak tahu dan tidak ingin membahas Sekala lebih lanjut lagi.

"Tapi kok Sekala ikut kegiatan OSIS sih? Satrova dan Osis itu kontra banget, Ra," selidik Vana sambil memegang kepalanya menerawang.

"Nggak akur maksud lo?"

Vana mengangguk, "Banget, Angkasa sama Bara pernah berantem sama Arya yang bikin heboh SMANDA juga."

"Gara-gara apa, Va?" tanya Aurora semakin penasaran.

"Kalau sama Angkasa, biasalah, gara-gara aturan, cowok itu nggak setuju. Kalau sama Bara, masalahnya karena Salsa. Jadi Salsa itu mantan Bara, tetapi mereka nggak seakur mantan yang jadi teman, Bara sama Salsa itu beda, mereka kayak orang yang nggak pernah pacaran, soalnya setelah dengan Bara, Salsa pindah haluan ke ketua OSIS," jelas Vana. "Dan kayaknya Bara marah dan ngajak Arya duel di samping Wazeb."

"Gue baru tahu kalau ternyata Bara punya mantan, soalnya hidupnya rilex-rilex aja, nggak neko-neko kayak Alaska," ungkap Aurora jujur, itu benar-benar penilaian Aurora untuk Bara.

"Ra? Bisa nggak lo nggak usah bahas Alaska, gue lagi nggak mau denger nama dia," kita Vana tiba-tiba sensi.

"Kenapa? Lo masih marahan?" tanya Aurora menggoda sahabatnya agar perempuan itu semakin kesal.

"POKOKNYA JANGAN SEBUT NAMA DIA," teriak Vana, dan untungnya tak ada Ayah Aurora dirumah ini.

"Vana, jangan teriak-teriak, nanti pembantu gue kaget," tegur Aurora melemparkan guling kearah Vana.

"Lo kemarin pulang sama Angkasa?" tanya Vana memutar pembicara.

"Iya."

"Gimana rasanya deket dengan ketua geng yang famous-nya nggak main-main, Ra?" tanya Vana. Sekarang gilirannya yang membuat Aurora kesal. Laptopnya sudah ia matikan sejak tadi, mungkin bercanda dan saling bertukar cerita dengan sahabatnya akan lebih asyik dari pada itu.

"Biasa aja," balas Aurora cuek, mengatur ekspresinya.

"Ego lo yang bilang biasa aja, hati lo dari tadi teriak-teriak luar biasa," timpal Vana tidak puas dengan jawaban Aurora.

"Angkasa udah punya pacar," tutur Aurora. Awalnya ia ragu mengatakan ini, tetapi entah kenapa ia bisa merasa lepas untuk membicarakan apapun dengan Vana.

Vana yang mendengarnya malah tertawa besar, "Kata siapa?"

"Sekala."

"Kalau emang punya, namanya siapa coba?" tanya Vana. Setahunya, Angkasa tidak memiliki pacar, karena sejauh ia mengenal cowok itu, ia belum pernah mendengar nama perempuan yang membumbung tinggi dekat dengan Angkasa selain Aurora.

Ya. Nyatanya Vana juga tidak begitu tahu segalanya.

"Gue nggak tahu," balas Aurora. "Udahlah, nggak usah bahas Angkasa lagi."

"Astgfirullah, Ra. Lo duluan yang mancing, lo duluan yang nanya ke gue, emang gengsi nggak ada obatnya yah?"

**

"SELAMAT PAGI DUNIA TIPU-TIPU," sapa Bobby pada teman-temannya. Ia baru saja tiba di rumah Bara.

Malam ini mereka semua berkumpul di situ, memang sudah jadi kebiasaan untuk nongkrong di rumah Bara, selain karena luas dan bebas, rumah ini juga surga makanan bagi anak-anak Satrova.

"Udah malam bego! Pagi mulu sapaan lo," sentak Alaska emosi. 

"Anjir! santai aja, alas kaki, hidup lo dari tadi tegang mulu perasaan," balas Bobby, cowok itu lalu mengambil posisi duduk di ruang tamu. 

"Dari mana lo, Bob? gue telfonin nggak di angkat, gue chat, lo juga nggak balas," tanya Rama pada Bobby. 

Di Rumah ini ada Angkasa yang sibuk bermain PS dengan Bara yang menjadi rivalnya, ada Alaska yang berbaring di kursi sambil melahap ketang goreng dengan perpaduan nikmatnya, greentea, ada Rama yang sejak tadi kurang kerjaan, cowok itu mengutak-atik stetoskop milik Mami Bara, ada Sekala yang sejak tadi sibuk dengan handphonenya, dan ada Bobby yang baru saja tiba langsung melahap makanan yang ada di depannya.     

"Sorry, gue emang kadang sibuk akhir-akhir ini, soalnya job gue lagi banjir, slur," kata Bobby asal. 

Bara berbalik menatap Bobby, "Sibuk apaan lo? ajak-ajak gue juga dong, gabut gue."

"Oh tidak bisa, muat satu orang jeh," balas Bobby enteng mengikuti gaya bicara salah satu kartun favoritnya. 

"Kasian banget lo, Bar, masa dia gituiin lo," sahut Alaska. "Nggak mantan, nggak pacar, kelakuannya minta di tabok semua." 

"Gue Bara Bintang Tenggara, gue sabar untuk jadi anak berbakti buat Mami gue," bela Bara pada dirinya sendiri. 

"Bacot lo semua!" sahut Angkasa. 

"Sensi amat, Bos, dedek bawaannya atut," canda Bobby yang membuat semuanya tertawa kecuali Angkasa.

"Bob, balik kanan lo, gue mau coba letakin stetoskop di dada lo," pinta Rama yang dituruti oleh Bobby.

"Kok gue nggak ngerasain apa-apa yah?" tanya Rama ragu, ia lalu mengulang meletakkannya secara baik-baik.

"Gue udah ngerasa detak jantung lo, njir," kata Rama kegirangan.

"Emang detak jantung gue apaan?"

"Detak jantungku adalah kau," sahut Alaska cengengesan.

"WOE! HATI-HATI LO MAKE TUH BARANG, STETOSKOP TERMASUK BARANG BERHARGA PUNYA MAMI GUE,"  teriak Bara.

"Seberapa berharga?" tanya Angkasa penasaran.

"Kasusnya Lebih parah ketika lo ngilangin tupperware," jawab Bara tidak main-main. Cowok itu pernah merusak tubing stetoskop Maminya dan alhasil uang jajannya di pending selama 2 bulan.

"Nih bocah ngapain senyum-senyum sendiri kayak orang gila, bikin gue merinding aja di rumah lo, Bar," runtuk Bobby ketika melihat Sekala tersenyum kearah handphonenya.

"Ska, nggak sekarang, gue masih butuh otak encer lo buat ujian semester nanti," kata Rama menepuk pundak cowok itu.

"Gue masih waras," sahut Sekala menepis tangan Rama.

"Lo senyum-senyum sambil ngeliat handphone, chat sama siapa lo?" tanya Bara penasaran, karena tidak biasanya Sekala bertingkah seperti itu, biasanya cowok itu akan membiarkan handphonenya tetap berada di sakunya.

"Kepo lo, Bar," sela Bobby.

"Sialan! Gue mulu yang salah perasaan."

"Sa, temanin gue ke basecamp dong," ajak Alaska. Cowok itu sedang memasang jaket besar Satrova, bersiap-siap pergi.

"Untuk apa?" tanya Angkasa.

"Gue lupa kunci rumah gue, dan bokap gue ternyata udah ada di bandara sekarang," terang Alaska. "Lo harus temenin gue."

"Bobby aja, gue males keluar," tolak Angkasa. Cowok itu tidak menoleh sedikitpun, ia sibuk dengan game yang ia mainkan dengan tangan yang terus memencet stick.

"Temanin aja, Sa. Nanti dia di gebukin lagi kayak gue," tambah Bobby.

Angkasa yang mendengarnya lalu melempar stick yang ada di tangannya ke arah Rama, dan dengan pergerakan cepat cowok itu langsung menangkapnya. Angkasa mengambil kunci motornya, lalu ikut pergi dengan Alaska.

**

"Gue bilang juga apa, Va. Nggak ada yang jualan seblak di dekat sini," omel Aurora. "Mana udah jalan jauh banget lagi."

"Gimana dong, Ra? Gue nggak sadar kalau udah jalan sejauh ini," kata Vana dengan wajah cemas. Tempat mereka berhenti memang area yang cukup sepi, dan hanya lampu jalanan yang menyinari jika malam tiba, dengan cahaya yang remang-remang.  

"Gue pesan grab aja, gue nggak tahu area sini," ucap Aurora kemudian mencari ponselnya di saku bajunya, dan sialnya, ia lupa kalau ternyata handphonenya tadi ia charger di nakasnya. "Gue lupa bawa handphone." 

"Gue juga lupa, gimana dong? Mana nggak ada kendaraan yang lewat lagi." Vana sejak tadi menoleh kearah kanan kiri untuk mencari tumpangan pulang, tetapi tidak ada. 

"Gue panik serius, mana nggak ada orang di area sini," cetus Aurora. Perempuan itu lalu duduk di tembok yang ada di sampingnya, kaki pegal, mungkin karena terlalu jauh berjalan, itu yang ia rasakan sekarang. 

"Kalau ada yang nolong gue, jika dia laki-laki, jomblo, dan ganteng, langsung gue jadiin sebagai pacar gue, Ra, serius, nggak pake acara tolak-tolak lagi kayak Alaska kemarin," ujar Vana sambil melontarkan sumpah serapanya.

Hampir 10 menit mereka berada di tempat itu, tidak melakukan pergerakan apapun, Vana juga tidak lagi mengajak Aurora meneruskan perjalanan mereka atau berbalik arah, karena ia juga tidak hapal dengan daerah ini. 

"Nggak mungkin 'kan kita sampai pagi disini?" tanya Vana entah kepada siapa. Sejak tadi dia hanya sibuk mondar-mandir di depan Aurora. 

Suara motor besar lalu terdengar nyaring di telinga Aurora dan Vana dari jauh, suara itu hampir memenuhi ruangan suara di jalanan sepi tempat mereka terjebak, dengan mata berbinar keduanya sama-sama saling berpadangan cukup lama, tanpa berfikir panjang lagi, mereka melambaikan tangannya ke arah 2 pengendara itu. 

"BERHENTI PLEASE! TOLONG GUE! GUE KESASAR GARA-GARA PENGEN SEBLAK!" teriak Vana saat motor itu persis berada di depan mereka. 

Tapi... nihil kedua pengendara itu tidak berhenti, mereka melewati Aurora dan Vana.

"SONGONG LO SEMUA! MENTANG-MENTANG NAIK MOTOR!" teriak Vana emosi. Sejujurnya ia juga merasa bersalah karena telah mengajak Aurora keluar malam dengan persiapan yang sangat tidak memadai. 

"Gimana dong, Va?" tanya Aurora semakin panik. 

Vana terdiam. Perempuan itu sedang mengamati kedua motor yang lewat tadi, tiba-tiba berhenti dengan jarak yang sudah cukup jauh dengan tempatnya berdiri, mereka lalu memutar motornya, berbalik ke arah Vana dan Aurora. 

Motor sport hitam dengan logo tengkorak gahar dan motor sport merah berhenti di depan mereka. Dan kedua perempuan itu langsung pias, speechless ketika dua orang bermotor besar itu membuka kaca helm full face-nya. Angkasa dan Alaska. 

"Lo ngapain disini?" tanya Alaska. 

Vana tiba-tiba gagu, shockbreaker, sampai tidak bisa menjawab pertanyaan ringan yang Alaska tanyakan. 

"Lo kenapa?" tanya Angkasa kepada Aurora, laki-laki itu langsung turun dari motornya dan berjongkok pas di tempat Aurora duduk. 

"Nggak papa," balas Aurora. "Gue cuman keluar nyari makan sama Vana, dan kesasar." 

"Untung gue liat lo tadi, kalau nggak apa jadinya coba? disini tempat orang-orang mabuk asal lo tahu," sahut Alaska dengan nada yang tidak tenang tiba-tiba. 

"Namanya juga kesasar," timpal Vana yang langsung di berikan tatapan datar oleh Alaska. 

"Gue anter lo pulang," kata Angkasa. "Las, lo bonceng Vana," titah Angkasa.

Saat itu Angkasa bisa merasakan kalau tubuh Aurora bergetar ketika tangannya menyentuh pudak cowok itu saat naik di motornya, Angkasa tidak bisa berfikir lagi bagaimana jika tadi bukan ia yang lewat di tempat itu, Angkasa tidak bisa membayangkan jika ada hal yang terjadi dengan Aurora, cowok itu pasti akan menyalahkan dirinya selamanya. Dwipa Matra terlalu berjasa dalam hidupnya, dan kini gilirannya yang membalas kebaikannya, dengan menjaga anak perempuannya dengan baik. 

Mereka lalu melajukan motornya pergi dari tempat itu, awalnya Angkasa memang akan langsung mengantar Aurora pulang, tetapi ia tiba-tiba mengingat ucapan perempuan itu, kalau mereka keluar malam untuk mencari makanan. 

Angkasa memberi kode kepada Alaska agar cowok itu terus mengikuti kemana motornya melaju, dan sampailah mereka di sebuah tempat makan yang cukup terkenal di ibu kota. 

"Lo belum makan kan?" tanya Angkasa yang langsung di balas anggukan oleh Aurora. 

Saat Vana dan Alaska berjalan lebih dulu di depan mereka, Angkasa lalu berbalik menatap Aurora dengan intens.

"Ra, lo bisa nggak kasi gue alasan kenapa gue khawatir sama lo?" 







**
SEE U❤️🍫

Continue Reading

You'll Also Like

3.8K 318 15
'Dunia gak jahat, yang jahat itu takdir kita' _H and J_ (END) Menceritakan kehidupan kelam dua orang saudara kembar yang harus terus berjuang di saat...
8.1K 694 82
Orang yang menyembunyikan tentang banyak hal dengan senyumannya, entah itu rasa sedih, trumatis atau bahkan depresi. Mereka berusaha merasa baik - ba...
1M 32.6K 45
-please be wise in reading- ∆ FOLLOW SEBELUM MEMBACA ∆ Tentang Vanila yang memiliki luka di masalalu dan tentang Vanila yang menjadi korban pelecehan...
814K 23K 55
Zanna tidak pernah percaya dengan namanya cinta. Dia hanya menganggap bahwa cinta adalah perasaan yang merepotkan dan tidak nyata. Trust issue nya so...