✾〜Chapter 11〜✾

88 15 2
                                    

Anak laki-laki bersurai merah itu kini tengah bersembunyi dengan tubuh mungilnya yang gemetar. Saat ia sedang mendengarkan percakapan di ruangan itu, tiba-tiba saja suara ledakan terdengar bahkan hampir meruntuhkan istana dengan ledakannya yang menimbulkan goncangan hebat.

Tak lama setelah itu suara keributan pun terdengar. Bahkan dalam istana pun terdengar suara pedang yang saling beradu juga suara keributan lainnya. Disaat dia masih belum bisa sepenuhnya mencerna apa yang terjadi, tiba-tiba saja ada beberapa orang prajurit yang sudah berlumuran darah berlari kearahnya dengan mengacungkan pedang mereka yang sudah terlumuri oleh merahnya darah.

Dan saat ini ia sedang berada di kamarnya dengan pintu yang tertutup rapat. Walaupun dia tidak terluka dan kondisinya bisa terbilang masih aman, tetap saja dia masih ketakutan melihat orang-orang yang saling membunuh satu sama lain dengan ganasnya seolah tanpa ampun.

"Riinu."

Mendengar suara yang setengah berbisik memanggilnya, dengan segera Riinu menoleh kearah asal suara. Dan dia baru menyadari bahwa kakak kembarnya itu sedang terduduk di salah satu sudut kamarnya dengan darah yang mengalir deras dari lengan kirinya.

"Rineko-kun?!" serunya kaget saat melihat kondisi kembarannya.

Dengan langkah cepat Riinu menghampirinya dan tanpa basa-basi lagi langsung menggunakan kekuatan penyembuhnya.

Kurang dari lima menit, lengan kiri yang sudah terluka parah ditambah dengan luka bakar itu kembali seperti semula seolah luka yang tadi tidak pernah ada.

Rineko sempat dibuat kagum oleh kemampuan penyembuh yang dimiliki kembarannya itu. Hanya saja tak lama kemudian ekspresinya kembali serius.

"Kau tahu dimana Ibu dan Ayah berada?" tanyanya.

Walaupun masih terlihat bingung, ia tetap menjawab. "Tadi aku mendengar suara Ibu dan seseorang di ruang kerja Ayah."

"... Kita harus mencari Ibu sekarang juga. Hanya Ibu yang bisa menghentikan ini." tutur Rineko dengan raut seriusnya.

"Eh, Rineko-kun... Kau tahu sesuatu? Sebenarnya ada apa ini? Apa hanya aku yang tidak tahu apa-apa?" tanyanya frustasi karena mungkin saat ini hanya dia yang masih belum paham dengan situasi.

"Ceritanya panjang kalau dijelaskan. Dan jika kau bertanya-tanya kenapa hanya kau yang tidak tahu apa-apa, itu karena kau terlalu lugu, terlalu naif sampai-sampai tidak bisa menyadarinya."

Melihat Riinu yang nampak semakin kebingungan, Rineko berdecak sebal.

"Tch, sudahlah. Yang terpenting sekarang kita harus menemukan Ibu." ujarnya yang segera beranjak berdiri dan berjalan keluar kamar dengan langkah cepat disusul oleh Riinu.

___

Kini sebagian surai putihnya sudah terwarnai oleh merahnya darah. Kedua kakinya telah terpotong dan perutnya juga telah terkoyak membuat darahnya menggenang di lantai.

Walaupun rasanya sulit, wanita itu tetap berusaha untuk mempertahankan kesadarannya.

"Belum... Ini belum saatnya aku mati. Soraru-san... Aku tidak ingin Soraru-san membenciku, aku juga masih ingin mengajarkan banyak hal pada Riinu, dan Rineko... Aku ingin melihatnya tumbuh menjadi pria yang kuat seperti Soraru-san... Kumohon, aku tidak ingin mati sekarang..."

Tetesan air mata keluar dari kedua netranya yang mulai meredup. Walaupun rasanya sangat menyakitkan, wanita bersurai salju itu masih tetap mencoba menggunakan kekuatan penyembuhnya yang sudah sangat melemah.

"Kaasan!!"

Seorang anak laki-laki bersurai merah menghampirinya dengan air mata yang telah menggenang di kedua irisnya yang berbeda warna.

Prince of Fantastic [END]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin