Epilog

36 6 2
                                    

Beberapa tahun kemudian

Pemuda dengan rambut sebiru laut itu memasuki ruang kerja sang Ayah dengan perasaan gugup. Dia meyakinkan dirinya sendiri bahwa ini adalah keputusan yang tepat. Dia sudah tidak mau lagi menjadi orang lain. Dia ingin diakui sebagai dirinya sendiri oleh sang Ayah.

Colon menarik nafas panjang sebelum ia mengatakan tujuannya menemui kepala keluarga Cielos.

"Coromi... kenapa kau tidak bilang kalau mau kesini?''

Belum sempat Colon mengatakan sesuatu sebuah pelukan hangat sudah lebih dulu ia dapatkan dari pria yang menjadi ayahnya ini. Bukannya Colon tidak suka, hanya saja dia merasa sedih karena semua itu ditujukan bukan untuknya.

Colon segera melepaskan pelukan sang Ayah, membuat Cloe mengerutkan sedikit alisnya.

Colon berdehem pelan, mengisyaratkan pada Souma pengawal pribadinya itu untuk memberikan benda yang ia minta sebelumnya.

Colon mengulurkan tangan kanannya, lalu seakan tahu maksud Colon. Souma segera memberikan  pisau belati itu ke tangan Colon. "Arigatou,''

Colon memberanikan dirinya sekali lagi. Cloe yang melihat tingkah anaknya yang sedang memegang sebuah belati itu menjadi sedikit takut. "Coromi nani shiteruno?'' Cloe berusaha mendekati Colon. Dia ingin menjauhkan belati itu dari tangan sang anak.

Colon mengisyaratkan pada Souma untuk menjauhkan Cloe dari dirinya. Souma segera melaksanakan perintah tersebut. Tentu saja Cloe tidak terima dengan tindakan kurang ajar Souma padanya. Cloe sebisa mungkin menjauhkan Souma dari dirinya.

"Ayah, boku wa Colon dayo. Coromi janai!''

"Nani itteru no Coromi?!''

"Dakara...'' Colon mengarahkan belati itu kebelakang rambut panjangnya yang terurai. Biasanya ia akan menguncir rambutnya itu, tapi saat bertemu dengan sang ayah dia membiarkan rambutnya tergerai begitu saja. "Mulai sekarang panggil aku Colon!'' Katanya sambil memotong rambut panjangnya menggunakan belati.

Ekspresi terkejut yang ditunjukan ayahnya sama sekali tidak mengganggu Colon. Dia sudah membulatkan tekadnya, jadi Colon tidak akan goyah sekalipun ayahnya itu memasang wajah sedih seperti sekarang.

"Souma ikou!'' Colon lalu menaruh potongan rambutnya didepan sang ayah, sebelum akhirnya ia melangkah keluar dari ruangan tersebut.

Souma melepaskan tangannya dari Cloe yang langsung kehilangan tenaganya dan berakhir terduduk dilantai. Tanpa menghiraukan Cloe, Souma segera menyusul Colon.

"Kenapa jadi begini?'' Cloe mengambil potongan rambut milik anaknya itu, lalu memeluknya. "Coromi...'' lirihnya.

✿✿✿

''Apa tuan yakin dengan keputusan ini?'' Pemuda itu tampak tidak peduli dengan jawaban yang akan diberikan nantinya.

Pertanyaan tadi hanya sekedar basa-basi saja. Walau harus ia akui bahwa dirinya sedikit penasaran dengan jawaban yang akan dikatakan oleh tuannya.

"Aku tahu selama ini aku sudah menutup mata akan apa yang telah dilakukan oleh ibuku. Dulu aku takut, sekarangpun aku masih takut dengannya. Tapi jika terus seperti itu, aku tidak pantas bersanding dengan mereka berlima. Aku tidak mau hanya aku yang tertinggal. Aku ingin mengubah diriku.''

"Dan itu dengan melaporkan ibumu ke istana kerajaan? Hah!'' Pemuda itu sedikit mencibir  tuannya. Dia seakan mengejek bahwa apa yang dilakukan oleh tuannya itu adalah sesuatu yang tidak akan berjalan sesuai dengan apa yang diinginkannya.

Sekarang pemuda itu jadi merasa kasihan melihat apa yang akan terjadi pada tuan mudanya di masa depan nanti.

"Tolong awasi ibuku, supaya dia tidak bisa mengetahui apa yang kulakukan.''

Prince of Fantastic [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang