Chapter 4

42 7 1
                                    

Riinu menatap pecahan kristal yang sudah dijadikan sebagai kalungnya itu. Ia tak habis pikir pada Ayahnya, kenapa pula Ayahnya malah memberikan pecahan kristal itu padanya? Dan kenapa malah dia yang dijadikan sebagai Putra Mahkota? Padahal menurutnya, kakak kembarnya itulah yang lebih pantas untuk menjadi Putra Mahkota, sekaligus orang yang diberi kepercayaan untuk menjadi pemegang pecahan kristal dengan warna ruby itu.

“Riinu.”

Begitu mendengar suara yang hampir sama dengannya itu, Riinu segera mengalihkan pandangannya kearah pintu kamarnya yang disana sudah ada pemuda dengan surai hitam itu.

Sebelum Riinu sempat menyahut, kakak kembarnya itu sudah kembali bersuara dengan nada datar.

“Ayah memanggilmu. Ada hal penting yang ingin dibicarakan.” ucapnya.

Riinu menatap kepergian kembarannya itu dalam diam. Ia pun menghela nafasnya dan beranjak keluar kamarnya untuk menemui Ayahnya.

Perjanjian perdamaian telah dibuat, dan pesta megah yang menjadi perayaan atas perjanjian damai itu pun telah usai. Namun sayangnya, kini kota Ancylict yang menjadi ibu kota kerajaan Crynce itu sedang mengalami musim dingin yang berkepanjangan.

Padahal seharusnya ini masih pertengahan musim semi, tapi kerajaan itu kini tengah terselimuti oleh salju yang tiba-tiba saja memenuhi wilayahnya dalam satu malam.

Langit yang semula masih berwarna biru cerah kini tergantikan dengan warna kelabu yang nampak kelam. Butiran salju pun tak henti berjatuhan dari langit kelabu.

Soraru menatap kearah luar jendela dengan ekspresi datar namun tatapan matanya begitu dalam penuh arti.

“Lihatlah, tandanya sudah muncul. Dan ini terjadi karena keserakahanmu... Mafuyu.”

Tapi tentu saja Soraru tidak akan tinggal diam. Selama dia masih bisa mengendalikan tubuhnya itu, maka berbagai cara akan ia pikirkan untuk mencegah keenam wilayahnya agar tidak terjerumus ke dalam kegelapan.

Suara ketukan pintu terdengar. Soraru yang sudah tahu siapa yang bertamu ke ruangannya itu pun tersenyum tipis.

“Masuk.”

Begitu mendengar suara pintu yang dibuka, Soraru mengalihkan pandangannya pada putra bungsunya yang berada di dekat pintu itu.

Ia tersenyum kecil pada putranya, “Aku sudah menunggumu, Riinu-kun.”

“Maaf membuatmu menunggu lama, Ayahanda.” ucap Riinu dengan sopan, ia lalu berjalan perlahan mendekati ayahnya.

Mendengar panggilan formal itu Soraru lantas tertawa kecil, “tidak perlu formal begitu, lagipula kita hanya berdua disini.”

Riinu hanya tersenyum tipis menanggapi ucapan Ayahnya.

Soraru berdeham, tatapan matanya itu kembali menjadi serius.

“Langsung saja, kau sudah tahu apa yang sedang melanda Ancylict kan?” tanyanya.

Riinu mengangguk singkat. “Kerajaan kita sedang kritis karena dilanda musim dingin berkepanjangan. Bahan makanan sudah menipis, dan ladang juga lahan pertanian sudah tertutupi oleh salju.”

“Tepat sekali. Lalu, bukankah kau berpikir bahwa ini tidak wajar? Apa kau sudah bisa menebak penyebabnya?” tanyanya pada Riinu untuk memastikan apakah putra bungsunya itu telah menyadarinya atau belum.

“... tanda bangkitnya kegelapan.” jawabnya pelan dengan raut seriusnya.

Soraru mengangguk membenarkan ucapan putranya itu.

“Seperti yang kau bilang tadi, tanda akan bangkitnya kegelapan telah muncul. Dan sebagai Raja, tentu saja aku tak akan membiarkan kerajaan kita serta dunia ini terjerumus dalam kegelapan...” Soraru menjeda ucapannya karena ia lelah berbicara dengan kalimat panjang.

Prince of Fantastic [END]Where stories live. Discover now