Chapter 42

22 3 0
                                    

Bau anyir darah tercium dimana-mana. Ruang bawah tanah ini menyimpan banyak iblis didalamnya. Iblis yang terkurung dan tidak bisa pergi kemanapun. Hanya ada siksaan dan kematian yang menanti.

Akane melirik pada gadis disebelahnya. Senyuman gadis itu masih terlihat mengerikan baginya.

Bagaimana bisa dia tersenyum saat menyiksa tahanan iblis yang baru saja ditangkapnya itu? Dia bahkan sampai tertawa bahagia saat teriakan iblis yang berwujud wanita dewasa itu memenuhi ruang bawah tanah.

"Akane-chan, kalau kau tidak sanggup melihatnya. Kau bisa kembali ke atas.''ucap Momo, gadis dengan rambut pendek sebahu dengan mata bulat indahnya itu.

Tanpa melihat kearah Akane, Momo tetap melanjutkan aksinya itu.

"Momo-chan kuserahkan yang disini padamu. Tapi tolong jangan sampai kau membunuhnya!''

Momo berhenti sejenak dari aktivitasnya itu. Dia membalikan badannya menghadap pada Akane.

"Hai, daijoubu dayo~ aku pasti tidak akan membunuhnya. Tapi...''

Akane menaikan kedua alisnya. Senyuman lebar menghiasi bibir merah milik Momo. "... jika wanita ini tidak mau memberikan informasi yang kita minta. Aku tidak yakin bisa menepati perkataanku untuk tidak membunuhnya.''

Akane terdiam, dia menghela nafasnya. "Terserah, yang paling penting kau harus tetap mempertahankan jantungnya agar tetap utuh.''

"Tentu saja.''

Akane lalu pergi dari sana. Masih banyak pekerjaan yang harus ia lakukan. Akane tidak ingin membuang waktunya hanya untuk membuat para iblis yang ditangkapnya itu menjawab semua pertanyaan darinya. Jadi ia menyerahkan hal itu pada Momo dan Satan.

Akane juga tidak terlalu suka jika harus berlama-lama berada di ruang bawah tanah yang dipenuhi banyak iblis itu. Membuatnya ingin muntah saja.

"Akane-sama, ada yang ingin saya sampaikan pada anda.''

Akane menatap kearah Valhalla yang baru saja menghalangi jalannya.

Akane lalu mempersilahkan kepada pria itu untuk menyampaikan kemauannya.

Valhalla menunduk sekilas, mengucapkan terima kasih. Dia lalu mulai menceritakan tentang kejadian kemarin saat melawan para iblis di kompetensi yang diikuti Jel.

Dari mulai awal hingga akhir. Tidak ada kebohongan dari perkataannya. Valhalla siap menerima semua konsekuensinya, karena sudah bertindak sendiri. Bagaimana jika akibat dari perbuatannya itu, justru malah membuat Jel semakin menderita? Tapi untuk saat ini, tuan mudanya itu terlihat baik-baik saja. Bahkan keadaannya jauh lebih baik dari sebelum-sebelumnya. Seperti kutukan itu sudah menghilang dari tubuhnya dan sejak awal tidak pernah ada.

Raut wajah Akane tidak menggambarkan keterkejutan sama sekali. Seolah-olah dia sudah mengetahui apa yang terjadi.

"Akane-sama?! Tolong maafkan saya.''

Akane tersenyum kecil, ''Valhalla-san kau sangat mengkhawatirkan keadaan oniisama, aku sangat berterima kasih untuk itu.''

Valhalla sedikit bingung mendengar ucapan Akane, kenapa gadis itu justru berterimakasih padanya?

"Valhalla-san yang terkenal tidak banyak bicara. Ternyata bisa bercerita sebanyak itu tadi. Jika sudah menyangkut oniisama, Valhalla-san terlihat berbeda.''

Valhalla berdehem kecil, ''i-itu tidak benar. Saya hanya mengkhawatirkan keadaan Jel-sama.''

"Un, kita berdua itu benar benar mirip ya.''

"Hm?''

"Tidak jadi.''

Akane lalu melanjutkan langkah kakinya menuju ruang pribadinya. Ada hal penting yang harus ia urus. Ini mengenai apa yang barusan di bicarakan Valhalla tadi.

Dia memang senang melihat kakaknya terlihat baik-baik saja. Namun, ada yang mengganjal pikirannya. Apa kondisi kakaknya yang sekarang itu akan berlangsung selamanya? Atau hanya sementara, sebelum hal yang lebih buruk terjadi.

Benda apa yang Kradness berikan pada Jel? Akane harus mencari tahunya, sebelum semua terlambat.

Bisa jadi benda itu adalah 'sesuatu' yang selama ini ia cari. Walau hal itu terlihat mustahil. Bagaimana bisa salah satu pinpinam iblis malah memberikan sesuatu yang bisa saja dapat menghancurkan kegelapan?

"Aku pasti akan melindunginya.''

Sejak kecil, Jel merasa kalau dia harus menjadi orang yang kuat, agar bisa melindungi adiknya.

Dia masih mengingat dengan jelas, saat ayah mereka masih bersikap dingin padanya dan adiknya.

Waktu itu, setiap kali mereka berdua bertemu pandang dengan sang ayah, Akane pasti akan langsung bersembunyi di belakang tubuh kecil Jel.

Akane juga sering menangis dan bercerita pada Jel, bahwa dirinya sangat ingin bermain dengan ayahnya-seperti anak kecil pada umumnya. Dan Jel lagi-lagi harus berbohong pada gadis kecil itu.

Bahwa ayah mereka sedang sibuk, jadi beliau tidak bisa meluangkan waktu untuk kedua anaknya.

Beberapa tahun kemudian, Jel mulai memberanikan diri untuk menemui ayahnya. Dia melakukan hal itu, semuanya demi Akane. Jel tidak mau melihat adik tercintanya itu, bersedih.

Sudah cukup! Jel harus mengakhirinya, dia akan membuat Akane bahagia.

Pada hari itu, Jel dan Akane bisa meluluhkan hati ayah mereka yang telah lama membeku.

Setelah kejadian itu, mereka bertiga hidup bahagia layaknya keluarga yang selama ini selalu diimpikannya.

Lalu, sejak kapan Akane mulai berubah? Jel tidak tahu.

Sekarang adik kecilnya itu telah berubah menjadi adik yang terlalu operprotektiv terhadapnya. Jel yang dulu selalu berperan melindungi adiknya, sekarang berubah menjadi dirinya yang selalu dilindungi oleh sang adik.

Apa mungkin ini ada hubungannya dengan waktu itu?

Beberapa bulan setelah mereka kembali menjadi keluarga. Jel yang sedari kecil terbiasa menahan rasa sakit di dadanya, dia juga menyembunyikan apa yang dirasakannya itu pada semua orang.

Hari itu, Senra yang sudah mulai curiga bahwa putra pertamanya itu menyembunyikan sesuatu darinya. Mulai melakukan penyelidikan dan benar saja.

Didalam tubuh putranya terdapat kutukan yang dapat membuat putranya itu mati.

Segala cara untuk menyembuhkan putranya itu sudah ia lakukan, namun tidak ada yang berhasil.

Tentu saja Senra tidak menceritakan hal ini kepada kedua anaknya. Mereka masih kecil, tidak mungkin kan Senra memberitahukannya. Itu hanya akan membuat kedua anaknya semakin cemas.

Melihat tingkah aneh ayahnya, Jel dan Akane mulai menyelidiki Senra. Mereka berdua tidak ingin ada kebohongan lagi di antara keluarganya.

Dan betapa terkejutnya mereka saat mengetahui kebenarannya.

"Oniisama ini semua bohong kan?''

Jel masih bisa mengingat dengan jelas tangan gemetar adiknya itu yang menggenggam erat tangannya.

Raut wajah sedih milik adiknya itu tidak bisa ia lupakan. Setiap kali mengingatkan, membuat Jel merasa sakit.

Kenapa harus dirinya? Jel selalu bertanya-tanya dalam hatinya, namun dia tidak juga menemukan jawaban dari pertanyaannya itu.

Karena kutukan itu jugalah, Jel pernah mempunyai keinginan untuk mengakhiri hidupnya. Itu terjadi ketika usianya sepuluh tahun.

Untung saja tindakannya itu dapat dihentikan oleh Senra.

"Jangan pernah melakukan hal itu lagi! Apa kau mau meninggalkan adikmu sendirian?!''

Saat itu Jel hanya bisa terdiam. Pelukan itu terasa hangat. Jel bisa merasakan pelukan hangat itu bahkan sampai sekarangpun.

Sudah lama rasanya dia tidak bermimpi seperti ini. Rasanya seperti baru kemarin, dia mengalami semua kejadian yang ada dimimpinya.

Jel tersenyum, tangan kanannya ia letakkan di dadanya. Tidak sakit. Jel merasa apa yang dialaminya dimimpi itu, memang hanya sekedar bunga tidur semata. Masa lalu yang ia lihat di mimpinya itu tidak benar-benar terjadi.

Prince of Fantastic [END]Where stories live. Discover now