〜✾Chapter 37✾〜

72 12 3
                                    

Arlan yang menyadari kesadarannya perlahan semakin menghilang. Memutuskan untuk memejamkan kedua matanya. Seketika itu juga rasa sakit yang dirasakannya menghilang.

Etan yang melihat kejadian itu, ia tidak bisa berbuat apa-apa. Saat inipun dirinya tengah berhadapan dengan salah satu boneka beruang itu.

"Darimana datangnya boneka-boneka ini?'' Etan melihat kesekelilingnya dan yang dia lihat hanyalah beberapa temannya yang juga sedang menghadapi boneka ini, sama seperti dirinya. Bahkan keadaannya ada yang lebih parah dari dirinya.

Etan masih diuntungkan, karena dia hanya menghadapi dua boneka saja. Sedangkan yang lain ada yang sampai benar-benar terkepung.

Etan harus memikirkan bagaimana caranya mengalahkan boneka-boneka ini. Dia sudah berkali-kali menggunakan berbagai cara. Namun boneka boneka itu tetap tidak mau berhenti bergerak.

Mungkin jika orang yang mengendalikan boneka boneka ini tidak dikalahkan. Semua boneka itu tidak akan pernah mau berhenti menyerang.

Colon yang melihat itu langsung terdiam membeku. Ia begitu terkejut melihat rekannya yang menyelamatkan nyawanya.

"A-Arlan..?" panggilnya kecil. Pemuda berambut biru ini begitu shock. Ia tidak dapat berpikir jernih akibat serangan tadi.

"Arlan?! Kau masih hidupkan?! Sadarlah!!!"

Emosinya mulai tidak terkendali, Sihir air Colon mendorong boneka yang berada di dekat Arlan menjauh. Colon langsung mendekati Arlan.

"Arlan!!! Arlan!!! Kau dengar aku?! Hei!! Cepat buka matamu!!!" teriak Colon panik. Ia tidak tahu harus berbuat apa tanpa rekannya.

"Ini perintah!! Aku bilang bangun!!!" Namun, hasilnya tetap sama. Arlan tidak membuka matanya.

"Kau tidak boleh mati disini!!! Apa yang harus ku katakan kepada yang lainnya?!" teriak Colon.

"Jangan mempermainkanku!!!" lanjutnya. Colon merasa boneka boneka itu kembali mendekati dirinya.

Ia langsung menggunakan sihir airnya lagi untuk mendorong boneka boneka itu menjauh dan segera menyeret tubuh Arlan pergi.

"Aku harus mencari tempat yang aman.." gumamnya.

Boneka-boneka itu tetap mendekati Colon yang tengah membawa Arlan pergi.

Walau berapa kalipun Colon mendorong dan menghempaskan mereka. Semua boneka itu tetap kembali mengejar Colon dan Arlan.

Colon terus berlari menyeret tubuh Arlan. Sampai ia kelelahan sendiri.

"Doushiyo..."

Colon melihat tubuh Arlan yang terkena tusukan itu mulai ragu sendiri.

"Kau masih hidup kan..?" ucap Colon. Colon tau ia bukan tipe healer seperti Riinu, bukan tipe penyerang secara terang terangan seperti Souma dan Satomi. 

"Yabaii.." Colon melihat wajah Arlan sejenak lalu meletakkannya ke tanah.

"..... Maafkan aku." lirih Colon dan lari pergi meninggalkan Arlan. Rasa bersalahnya kembali membesar.

Colon mengutuki betapa pengecutnya dirinya. Meninggalkan rekannya yang sedang 'kritis' dan menyelamatkan diri sendiri.

"Ayah.. Souma.." gumam Colon. Ia ingin menyesali perbuatannya yang telah berleha leha saat latihan dan mengikuti egonya untuk membuktikan ayahnya kalau dia itu 'Colon'.

'Bodoh bodoh bodoh.. seharusnya kau tahu ini akan terjadi, dimana pertarungan yang tidak akan bisa kau lawan sendiri' batin Colon.

'Colon-nii..'

Prince of Fantastic [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang