Chapter 36

21 2 0
                                    

Satomi tidak dapat bertahan lebih lama lagi, sedikit demi sedikit kesadarannya mulai perlahan menghilang. Jika begini terus, dia pasti akan mati.

''Dareka... tasukete!''

Saat Satomi sudah mulai putus asa, dia mendengar suara seseorang yang terlempar. Suara tersebut membuatnya penasaran, apalagi Satomi merasakan bahwa iblis wanita yang sedari tadi memukulinya itu telah berhenti melakukan hal tersebut.

Dengan menahan rasa sakit, Satomi perlahan membuka kedua matanya yang tadi sempat terpejam. Pertama kali yang dilihat oleh matanya adalah sesosok pemuda tinggi dengan rambut berantakanya yang dikuncir dibelakang.

Pemuda asing itu tersenyum, ''apakah kau baik-baik saja?''

Saat melihat senyuman pemuda itu, Satomi seperti melihat mentari senja. Itu terlihat menghangatkan hatinya.

Senyuman perlahan menghiasi wajah pucatnya. "Arigatou.''

Pemuda yang nampak tidak asing baginya itu balas tersenyum. Dia lalu mulai membuat barrier yang mengelilingi tubuh Satomi.

"Tetaplah disana! Pelindung itu akan melindungimu dari serangan luar dan ...'' Pemuda itu melemparkan sebuah item sihir padanya. "terimalah! Item sihir itu dapat perlahan-lahan menyembuhkan lukamu.''

Dan benar saja, rasa sakit serta luka lebam yang menghiasi tubuhnya sedikit demi sedikit mulai terasa menghilang.

"Aghg!! Siapa yang telah mengganggu kencanku?'' Perempuan iblis itu kembali bangkit berdiri. Ia sedikit membenarkan pakaian minimnya itu yang sempat berantakan.

Setelah selesai pandangannya langsung mengarah pada dua pemuda yang saling tersenyum dihadapan matanya itu, membuatnya tampak seperti orang ketiga dan itu membuatnya sangat kesal. Harusnya tidak begini! Harusnya bukan dia orang ketiganya! Tapi pemuda asing yang tiba-tiba datang itulah pengganggunya.

"Aku sangat tidak suka dengan orang yang mengganggu waktu dateku.''

Perempuan iblis itu langsung mengarahkan panahnya kearah Satomi dan pemuda asing itu. Namun sayangnya semua anak panah itu tiba-tiba saja berbalik menyerang dirinya. Karena kaget dia tidak bisa sepenuhnya menghindari serangan yang tidak dapat diprediksi olehnya itu.

"Kau! Masaka....''

"Ah.. gomen gomen... apa aku belum memperkenalkan diri dengan benar?!'' Pemuda tinggi itu menatap kearah perempuan iblis itu dengan tatapan sedikit rasa benci.

"Tcih! Aku tidak peduli kau siapa, yang aku tahu kau adalah pengganggu.'' Suaranya sedikit terdengar ketakutan, namun dia bisa dengan mudah menyembunyikan fakta tersebut.

"Aku bukan pengganggu, aku ini punya nama dan namaku adalah Ramuel, Jel Ramuel.''

"Ra-muel?''

Ketika mendengar nama itu sekelebat ingatan yang susah payah ia coba lupakan itu muncul. Ingatan yang sangat sangat ia benci.

"Iee... itu tidak mungkin... kau...'' wanita itu tertawa, entah menertawakan apa.

Jel yang merasa heran dan sedikit penasaran mulai bertanya. "Kenapa kau tertawa? Dasar aneh.''

"Ramuel! Ramuel! Ramuel! Ramuel!'' Teriaknya mulai menggila. Dia mulai menghujani anak panahnya lagi kearah Jel dan panah itu bernasib sama seperti diawal. Namun kali ini berbeda wanita iblis itu dengan lincahnya menghindari serangan balik dari anak panah miliknya sendiri itu dengan sempurna. Dia sudah memperkirakan semuanya dengan tepat.

"Jadi begitu ya.'' Katanya tersenyum menyeringai. "Sasuga keturunannya Ramuel-sama.'' Lanjutnya.

"Ramuel-sama? Apa kau mengenal ayahku?'' Pertanyaan itu tiba-tiba saja keluar dari mulut Jel.

Wanita iblis itu tersenyum saat memdenger pertanyaan dari Jel. "Untuk apa aku menjawab pertanyaanmu itu? Ramuel! Anakmu itu benar-benar menyebalkan seperti perempuan rendahan itu. Aghhhh!!! Kirai kirai kirai!'' Wanita iblis itu mulai menyerang Jel dengan tangan kosong dan untungnya serangan itu dapat dihindari oleh Jel.

"Perempuan rendahan? Siapa yang kau maksud?'' Jel yang sudah bisa menebak maksud dari perkataan wanita iblis itu, langsung melancarkan serangan balik dengan menggunakan sihir pengikat iblis miliknya.

Jel tahu, dia tidak seharusnya menggunakan sihir itu karena saat ini dia bukanlah Akane. Jika ada orang lain yang mengetahui kalau Jel tidak hanya bisa mengunakan sihir perlindungan, pasti orang itu akan curiga bahwa dia bukanlah Jel.

Sebelum dia menggunakan sihir itu, Jel sempat melirik sekilas pada pemuda bersurai sakura yang ditemuinya beberapa hari lalu saat kembarannya itu memintanya untuk membantu pemuda tersebut menemui kakak perempuannya. Dia terkekeh kecil saat mengingatnya. Dia tahu, kembarannya pasti ingin sekali menjahilinya. Tapi, malah sebaliknya. Semua itu justru berbalik padanya. Dari dulu selalu begitu, kakak kembarnya tidak akan pernah bisa menyaingi dirinya dalam hal kejahilan.

_''Kurasa dia tidak akan sepenuhnya mengingat kejadian ini.''_

Jel mulai menggumamkan sesuatu, lalu dia dengan cepat memghampiri wanita iblis itu dan menyentuh sekilas lengan  milik wanita itu.

Ditangan wanita itu sudah ada mantra sihir yang ditanamkan oleh Jel.

Jel segera menjauh dari wanita itu. Sedetik kemudian dia langsung mengarahkan tangannya kearah si wanita dan seketika itu juga iblis itu telah sepenuhnya masuk kedalam penjara barrier miliknya.

Barrier yang mengurung wanita itu perlahan mulai mengecil dan hancur. Sama seperti halnya wanita iblis itu yang hancur tak tersisa.

Sebenarnya wanita iblis itu tidak hancur. Jel hanya memindahkan iblis itu ke dalam penjara bawah tanah yang ada di istananya dengan sihir pemindah. Itu hal yang mudah, apalagi iblis itu sebelumnya sudah diberi sihir pengikat, sihir yang dapat mengikat siapapun agar tidak dapat melawan. Jika dia mencoba melawan perintah dari sang pengikat, maka dia akan menerima hukuman berupa rasa sakit yang teramat sangat. Rasa sakitnya lebih mengerikan daripada kematian.

Kenapa Jel melakukan hal serumit itu? Alasannya hanya satu, karena dia tidak boleh membiarkan siapapun tahu bahwa dia dan kakak kembarnya itu tengah bertukar tempat.

_''Yosh! Dengan begini semuanya beres. Tapi karena aku terlalu banyak menggunakan sihirnya, manaku berkurang cukup banyak. Kuharap seseorang dapat mengakhiri pertarungan ini secepatnya.''_

Jel mengistirahatkan tubuhnya untuk sementara waktu sampai semuanya kembali normal.

✬✬✬✬

Sesosok iblis tersenyum dari balik pepohonan yang telah menyembunyikan keberadannya sedari awal. Saat para pemuda asing itu saling menyerang satu sama lain.

Sekarang adalah gilirannya beraksi, dia sudah lelah menjadi penonton.

Sosok iblis itu mulai mengeluarkan boneka boneka miliknya yang siap untuk menyerang para bocah yang baru selesai bertarung itu dengan perasaan senang.

Sudah lama dia tidak memainkan boneka boneka miliknya ini. Semua boneka miliknya pasti akan sangat senang, karena mereka akhirnya punya teman bermain.

"Saa... hajimemasyou~ hahahaha...'' Sosok iblis itu tertawa sambil menari bahagia layaknya anak kecil yang baru saja menemukan mainan baru.

Arlan yang baru saja selesai bertarung dengan Etan. Dia merasakan aura yang membuatnya merasa tidak nyaman. Firasatnya mengatakan sebentar lagi akan terjadi hal yang buruk. Dan benar saja, matanya langsung saja menangkap sesosok bayangan hitam tengah berdiri di belakang Colon yang sedang terduduk karena kelelahan.

Arlan semakin  menajamkan indera penglihatannya dan betapa terkejutnya dia saat mengetahui identitas dari sosok yang berada di dekat Colon itu.

"Colon-dono abunai!'' Arlan secepatnya berlari kearah Colon untuk menyelamatkan pemuda itu dari sosok 'boneka' yang ingin menusuk Colon menggunakan pisau.

Arlan berhasil menyelamatkan Colon, namun sayangnya pisau itu telah mengenai perutnya.

Sosok boneka mirip beruang dengan tampilan banyak bekas jahitan itu terus menerus memperdalam tusukannya. Sesekali boneka itu tersenyum sambil tertawa layaknya anak kecil.

Prince of Fantastic [END]Where stories live. Discover now