Chapter 8

30 6 0
                                    


Malam itu adalah malam bulan purnama. Malam yang begitu bersejarah dan suci, bagi keluarga bangsawan Mikazuki. Malam yang sangat istimewa untuk sepasang suami istri yang baru saja dikaruniai seorang bayi laki-laki menggemaskan di keluarga Mikazuki.

Seorang anak kecil berjalan dengan tertatih-tatih menghampiri bayi kecil yang merupakan adiknya itu. Dengan lembut dia menggenggam tangan mungil adiknya. Tangan mungil itu merespon dengan gerakan kecil, membuatnya tersenyum senang.

“Celamat datang di kelualga Mikajuki,” ucap anak kecil itu tersenyum ceria menyambut adik barunya.

Ibu dari anak tadi tersenyum bahagia, begitupun dengan sang ayah yang disibukan dengan anak perempuan kecilnya yang berada dalam gendongannya itu, gadis kecil itu terus menerus memainkan anak rambut miliknya.

Beberapa jam sebelum kebahagian itu datang kepada keluarga kecilnya, sempat terjadi hal tidak terduga yang membuat Amatsuki-panggilan untuk kepala keluarga Mikazuki- dibuat panik untuk sesaat.

Pemuda berusia dua puluh tiga tahun itu sama sekali tidak mengerti dengan apa yang baru saja terjadi.

Kristal yang ia terima sebagai tanda dari perjanjian perdamaian itu tiba-tiba saja bersinar. Warnanya seindah bulan purnama diatas sana.

Tangannya dengan refleks mengarahkan kristal itu keatas. Amatsuki terpana dibuatnya. “Utsukusi!”

Tanpa Amatsuki sadari, sekumpulan pasukan yang menyembah kegelapan itu sudah mengepung istana miliknya.

Bulan yang terlihat indah itu, kini mulai tertutupi oleh awan hitam, langit mulai menggelap berwarna merah darah. Terlihat mengerikan.

Amatsuki yang baru saja melihat perubahan pada langit yang sedang ia tatap itu. Buru-buru mencari keberadaan istri beserta anak-anaknya. Dia punya firasat buruk mengenai hal ini.

Dengan instingnya itu, dia segera menyuruh pelayannya untuk membawa kedua anaknya yang masih sangat kecil itu pergi ke tempat yang aman.

Sementara dia segera berlari menuju istrinya yang baru saja melahirkan anak laki-laki, pada beberapa menit lalu.

Disana Amatsuki mendapati tiga prajuritnya tewas secara mengenaskan. Sepertinya ketiga prajuritnya itu berusaha melindungi istri dan anaknya dari iblis yang saat ini berdiri dihadapannya. Untunglah istri dan anaknya masih terlihat baik-baik saja.

“Datang juga kepala keluarga Mikazuki, hahaha...” iblis dengan tanduk dikepalanya itu tertawa nyaring. Dia lalu menunjuk bayi yang berada di gendongan ibunya. “Kami membutuhkan bayi itu, sebagai persembahan untuk tuan kami. Dia adalah anak yang terlahir di malam bulan purnama, itu artinya dia memiliki kekuatan sang bulan. Berikan anak itu! Atau aku akan mengambilnya secara paksa.” Dia masih tertawa.

Amatsuki mengepalkan kedua tangannya, marah. Dia langsung menghantamkan tinjunya pada iblis bertanduk itu. Serangan dadakan Amatsuki berhasil dihindari.

Iblis itu tertawa, lalu melancarkan serangan balik yang langsung mengenai Amatsuki.

Amatsuki terjatuh mengenai ujung ranjang yang ada di tengah kamar.

Kurowa istri dari Amatsuki berteriak memanggil nama suaminya.

“Diamlah!” Karena merasa terganggu dengan teriakan milik wanita itu. Si iblis langsung menyerang ke arah wanita itu dengan api miliknya.

Namun, api itu tiba-tiba saja menghilang sebelum mengenai tubuh Kurowa yang masih menggendong anak yang baru saja dilahirkannya itu.

Iblis bertanduk itu bukannya terkejut, justru malah tersenyum. “Sudah kuduga bayi itu adalah ancaman bagi tuanku. Aku harus segera membawanya... iee aku harus membunuhnya.”

Prince of Fantastic [END]Where stories live. Discover now