Zidan melihat ke seluruh koridor, tapi tidak ada yang spesial. Karena koridor saat ini sepi, terkecuali ada pak Maman. Tukang bersih-bersih sekolah. Tidak mungkin bukan, jika Fathur memperhatikan pak Maman?

Dengan segala pemikiran Zidan, akhirnya ia juga ikut masuk ke ruang OSIS. Kerjaan mereka masih banyak yang belum di selesaikan.

***

Bagas melihat bangku di depan kini sudah terisi. Lengkungan bibir ke atas terpatri di wajahnya. Melihat orang di depan sudah duduk di singgasananya, kini malah bahagia.

"Heh, senyum-senyum sendiri, mirip orang gila lo." Doni menegur Bagas kala mana ia melihatnya tersenyum sendirian.

Bagas memutar bola matanya. Hancur sudah imajinasi yang sudah memenuhi otak, akibat ulah sahabatnya.

"Bisa diem gak itu mulut? Rese lo ya, gangguin orang aja kerjaannya."

"Hiih, sensian amat lo. Kaya cewek pms," sinis Doni.

Bagas menghiraukan ucapan Doni. Ia meraih ponsel yang ada di kolong meja dan mulai memainkannya.

Belum ada lima menit Bagas memainkan ponselnya, ia teringat akan suatu hal.

"Sya," panggil Bagas.

"Hmm," hanya gumaman seperti itu yang keluar dari mulut Asya, tanpa menoleh.

"Ck, kalo ada orang ngomong tuh di lihat orangnya, di kira enak apa ngomong sama punggung doang."

Asya segera menoleh ketika Bagas berucap seperti itu.

"Kenapa?" ujarnya malas.

"Lo ikut serta dalam acara minggu depan?"

"Iya, terus?"

"Gak, gue cuma tanya."

"Apa si, Gas. Pertanyaan lo gak penting, tanpa lo tanya ke gue juga pasti lo udah tahu dari temen-temen."

"Cuma mau mastiin."

Asya jengah Bagas membahas hal yang tak penting, ia memutar badannya kembali ke depan. Tapi belum sampai sepenuhnya hadap depan, lengannya di tahan oleh Bagas.

Bagas diam sebentar melihat raut wajah Asya yang benar-benar cantik. Tidak, bukan itu tujuannya. Oh ayolah Bagas, lo harus fokus.

Asya mengernyit karena Bagas tak kunjung berbicara, mulutnya ingin bergerak tapi sudah keduluan oleh Bagas.

"Dokumentasi kerjanya sama Zidan kan?" Asya mengangguk.

"Terus kalo sama Fathur gak ada hubungannya kan?" Asya bingung dengan pertanyaan Bagas.

"Jangan deket-deket Fathur, gue gak suka." Bagas berbicara dengan nada pelan, seperti berbisik. Setelah itu ia menjauhkan jaraknya dengan Asya, dan mulai memainkan ponselnya kembali.

Asya segera berbalik badan, ia ingin cepat cerita tentang hal ini pada Rere. Karena sahabatnya itu sedari tadi tak kunjung datang dari toilet.

Ini benar-benar aneh, ia berpikir Bagas salah minum obat. Mengapa jadi posesif seperti itu? Dan apa urusannya jika ia dekat dengan Fathur, memang dia siapa?

 ***

Rasya saat ini sedang berada di sofa depan televisi, ia menonton acara talk show sambil memakan keripik singkong yang di sediakan di toples kecil.

"Asya," panggil Damian ketika baru saja menurunkan bokongnya di sofa satu lagi dekat dengan Asya.

"Kenapa, Pah?"

"Gimana sekolah kamu?"

"Baik, gak ada masalah apapun." Asya berhenti memakan keripik dan toples itu di simpan ke meja, kini ia sepenuhnya menghadap Damian. "Emang ada apa, Pah? Tumben-tumbenan nanya sekolah aku?"

"Enggak, hanya ingin tahu saja. Oh iya, gimana hubunganmu dengan Bagas?"

"Masih sama usilnya. Tapi sekarang dia agak aneh, masa tiba-tiba jadi posesif gitu sama aku." Asya mengadu sambil mengerucutkan bibirnya.

Damian terkekeh kala Asya berkata jika Bagas posesif, ia berpikir Bagas mulai ada hati. "Dia suka kali sama kamu," tebak Damian.

"Kan, sekarang malah Papah yang aneh. Orang kaya dia suka sama aku, itu suatu hal yang tidak mungkin."

"Gak ada yang gak mungkin, Sya. Siapa tahu bener, kan?" serobot Damian ketika Asya membantah hal itu.

Asya tak berkutik ia melamun sebentar dan menghadap televisi kembali. Matanya memang ke sana, tapi pikirannya sudah kemana-mana.

"Udah, kamu gak usah pikirin kata-kata Papah. Itu hanya tebakan, takut salah kaprah juga. Papah ke dalam ya, mau istirahat, kamu jangan malam-malam tidurnya." Asya hanya mengangguk sebagai jawaban, pikirannya masih melayang di pembahasan tadi.

Renaya dan Damian berbicara hal yang sama, jika Bagas suka dengannya. Tapi berkali-kali hal itu di bantah olehnya, itu sangat tidak mungkin.

Bagas Emilio sang jahil akut, suka dengan Rasya Abigail, sang korban keusilannya.

Asya bergidik ngeri memikirkan hal itu, ia segera mematikan televisinya dan mulai beranjak dari sana menuju kamarnya. Ingin rehat dari pikiran-pikiran yang aneh.

________

To be continue

Thank you ❤

Gasya (End)Where stories live. Discover now