Bab 45

210 9 0
                                    

Hal yang tak pernah aku sangka hingga saat ini adalah aku bisa menjadi suamimu, sah secara hukum dan agama.
Hal yang membuatku bahagia adalah selalu melihatmu tersenyum, melihatmu ketika hendak tidur dan terbangun dari malam yang indah.
Jadi ... jangan ada kata tinggal untuk ke depannya.
I really love you and always love you.

^Bagas Emilio^

________

Bagas dan Rasya memasuki rumah dengan keadaan yang cukup melelahkan. Lantaran tadi ada banyak tugas yang di berikan para guru, sehingga membuat mereka mumet.

"Sayang, aku mau mandi duluan, ya. Lengket banget badan aku."

"Iya."

Rasya segera bangkit dari sofa menuju kamar di lantai dua. Sementara Bagas, lebih memilih diam dan menyetel televisi yang memperlihatkan acara kuliner.

Televisi yang masih menyala, serta AC yang di hidupkan, membuat mata Bagas sayup dan mulai memasuki alam mimpinya.

Tapi hal itu tidak terjadi, karena dering ponselnya menyala dengan kencang.

"Ya, halo."

" ... "

"Iya, Bagas udah di rumah, kok. Nanti habis mandi Bagas langsung ke sana."

" ... "

"Iya."

Sambungan telepon pun terputus dari sana. Bagas berdecak tanda sedikit kesal, ia lelah dengan apa yang di hadapinya. Tapi juga ia harus berjuang untuk kehidupannya kelak di masa depan.

Bagas segera bangkit dari duduknya dan mematikan televisi. Rasya tadi sudah turun, maka dari itu ia langsung berjalan gontai menuju kamarnya.

Rasya menggelengkan kepalanya. Terlihat seragam putih, kaos kaki, serta tas yang berserakan di karpet berbulu di bawah sofa. Kemudian ia memunguti dan segera membereskannya.

Waktu sudah terlewat dari Bagas dan Rasya pulang sekolah. Kini Rasya menungu Bagas di sofa untuk makan bersama, kebetulan hari juga sudah semakin sore.

Ketika melihat Bagas menuruni tangga, Rasya langsung tersenyum dan menghampirinya.

Tapi ... pakaian yang di kenakan Bagas tidak santai, melainkan formal.

"Kamu mau kemana?"

"Ada pertemuan penting sore ini, maaf ya, aku tinggal. Pertemuannya di luar kantor, dan aku di suruh Papah untuk ke sana. Kamu gak apa-apa, kan?"

Rasya mengangguk mengerti. Walau bagaimanapun, Bagas ini suaminya. Bahkan dia sudah berjanji untuk menafkahinya dari sekarang. Maka dari itu, wajar saja jika ada urusan kantor, Bagas ikut serta di dalamnya.

"Ya udah, kamu hati-hati."

"Iya, makasih sayang." Bagas pun segera pergi setelah mencium kening Rasya sebentar.

Suara deru mobil menghilang dari jangkauan Rasya. Kini ia merasa sepi, di tinggal sendiri oleh suaminya.

"Sendirian, deh." Rasya pun segera masuk ke dalam rumah dan menutup pintunya.

Gasya (End)Where stories live. Discover now