Bab 66

174 3 0
                                    

Selamat membaca ...

________


Mimik wajah kelas dua belas, terpancar akan kelegaan. Mereka telah dipenghujung dalam menempuh bangku SMA ini.

Ujian praktek hingga ujian akhir pun telah dilaksanakan. Bahkan pengumuman kelulusan sekolah, sudah di umumkan. Mereka sangat senang, lantaran SMA Taruna Bangsa lulus seratus persen, bahkan tahun ini menjadi lulusan terbaik.

Tidak sia-sia mereka menggempur materi-materi pelajaran, yang telah dipelajari dari semester satu hingga menjelang ujian. Karena hasil yang mereka dapat, sangat-sangat memuaskan.

"Sya, peluk." Rere yang tiba-tiba menjadi manja dan ingin memeluk Rasya.

Rasya yang melihat itu terkekeh dan memeluk erat sang sahabat tercinta.

"Bentar lagi kita pisah dari sekolah ini. Gue juga gak tahu, kita akan di satu kampus yang sama nanti, atau beda. Akan ketemu orang-orang baru, dan gue pasti bakalan kangen dengan lo dan semuanya yang udah dilalui di sekolah ini." Rere berujar, seraya masih dalam pelukan Rasya.

"Iya, Re. Gue tahu banget perasaan lo gimana, karena gue pun ngerasain hal yang sama. Banyak momen yang kita lalui di sini. Bakalan kangen juga sama sahabat gue yang cerewet sekaligus selalu nasihatin gue, kalau kita sampe di kampus yang berbeda." Rasya melepas pelukannya dan mencubit pipi Rere dengan gemas. Lalu, mereka tertawa riang setelah itu.

***

Rasya dan Bagas sedang berkunjung ke rumah Damian. Karena mereka juga ingin menyampaikan secara langsung, jika mereka lulus.

"Seneng banget Mamah, kalian semua lulus. Bahkan tahun ini menjadi yang terbaik di SMA Taruna Bangsa. Dan Mamah sangat-sangat bangga dengan kalian, karena masih menjaga dalam hal rumah tangga kalian sampai lulus sekolah. Ehem, ngomong-ngomong, kalian bebas loh." Marinka memberi ucapan atas pencapaian Rasya dan Bagas selama bersekolah. Juga ada sedikit godaan di akhir kalimatnya.

"Apaan sih, Mah." Rasya seolah terganggu atas ucapan mamahnya itu.

Sebenarnya bukan terganggu, tapi lebih ke malu. Itu lah yang dirasakan Rasya. Belum lagi, pipinya memunculkan semburat merah. Bagas yang di sampingnya tersenyum penuh arti dan matanya ia alihkan ke Marinka kembali.

"Papah, kapan pulang, Mah?" tanya Bagas.

"Sebentar lagi juga pulang. Oh iya, Mamah lupa lagi buat kue. Nanti kalian coba, ya. Mamah ke dapur dulu." Marinka pun pergi ke dapur, meninggalkan Bagas dan Rasya di sofa ruang tengah.

"Sya," panggil Bagas.

Rasya mendongak menatap Bagas, dan megernyit heran. Lantaran suaminya tiba-tiba tersenyum sangat manis dan lebih ke menggoda.

"Kenapa?" tanya Rasya.

Bagas mendekatkan bibirnya ke telinga Rasya. Kemudian, "Bikin dedek, yuk! Gempur malam ini." Lalu Bagas menjauhkan bibirnya dari telinga Rasya.

Reaksi Rasya langsung kaget juga semburat merah muncul kembali dari pipinya. Rasya memukul lengan Bagas, lalu menutupi wajahnya dengan bantal sofa.

Bagas yang melihat reaksi istrinya itu tertawa senang. Bahkan ia terus saja menggoda Rasya dengan mencolek lengannya dan setelah itu tertawa kembali.

Gasya (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang